SERPIHAN 2

651 Kata
Semester ini berakhir kecanggungan di antara aku dan Akara. Sisa semester aku habiskan dengan bicara seperlunya saja dengan dia. Di kalangan anak Dewan Ambalan berkembang gosip aku sedang mengejar Akara. Tragisnya, ada yang bilang bahwa Akara menolakku. Siapapun yang menyebarkan gosip itu berhasil membuatku jadi bahan perbincangan anak-anak satu sekolah. Raline, adik kelas yang jadi staffku di ekskul majalah sekolah, suatu hari bertanya. "Kak Runi, apa benar kakak di tolak oleh kak Akara?" Belum sempat aku menjawab, Tasya justru menimpali. "Justru Akara yang di tolak oleh Aruni, Lin." "Waduh, lalu kenapa gosip beredar malah sebaliknya, kak Tasya?" Tanya Raline yang makin ingin tahu. "Udah, Sya, jangan jawab aneh-aneh deh. Lagian Akara juga ga pernah nembak." Putusku daripada nanti ada orang dengar lalu menyebar jadi gosip baru. Tasya manyun. "Runi, kenapa kamu ga berusaha menjelaskan ke teman-teman bahwa kalian ga seperti yang di gosipkan?" Aku memutar bola mata malas. "Aku ga mau ribet, Sya. Udah biarin aja. Akara sudah minta maaf sama aku." "Kapan dia minta maaf?" "Udah lama. Lewat kertas. Saat mata pelajaran pak Abdul, dia diam-diam nyodorin kertas." "Isinya?" "Ya dia minta maaf. Tak ada embel-embel yang lain." Tasya mencebik. "Cemen. Cuma lewat kertas,"ujarnya sambil menjentikkan jari. Raline melongo. "Kakak balas apa?" "Aku baca doang. Udah." "Aduh, aku jadi kak Akara pasti keki di gitui n ... "Tukas Raline. ******** Hari itu aku dan dia tak langsung pulang seperti biasa. Kami makan siang di kedai mie ayam depan sekolah. Uang lima ribu sudah dapat satu mangkok mie ayam dan es bubur kacang hijau. Harga yang ramah di kantong pelajar. Kedai ini selalu ramai di jam pulang sekolah. Dia tertawa mendengar ceritaku tentang Akara. "Aku cemburu, Run" ungkapnya. Aku mengernyitkan kening tanda heran. "Kenapa cemburu, kak?" "Akara mungkin mulai menyukai kamu ..." Aku terdiam mendengar pernyataan itu. Sebagai sesama lelaki, tentu dia lebih faham daripada aku. "Iya kan, Run? Setelah minta maaf, dia sudah mencoba apa untuk memperbaiki hubungan kalian?" Aku berpikir sebentar sebelum menjawab. "Entah ya, Kak. Bagiku apa yang ia lakukan ya biasa aja. Cuma berusaha ngajak ngobrol seperti dulu. Aku sudah tidak terlalu menanggapi." "Kamu ini cewek yang bikin sebel, Run ... Hahaha ... " "Biarin ... Nyebelin gini kakak kenapa masih tahan jalan sama aku? Lari sana gih ... " balasku sambil tersenyum meledek. "Udah ah kak, kita ngobrolin yang lain. Kakak kapan ujian skripsi?" "Jadwalnya tanggal 10 besok lusa. Tadi aku ke kampus minta tanda tangan persetujuan dosen pembimbing dan dosen penguji." "Apakah setelah ini kakak akan merantau?" "Iya, tunggu aku ya, Run. Jangan tergoda Akara, hahaha ... " Aku mencebik malas. Mataku tertuju pada Akara yang masuk kedai sendirian. Dia melambaikan tangan dan mendekat. Aku berbisik lirih, "Kak itu yang namanya Akara ... " Akara terpaku begitu melihat dengan siapa aku duduk di kedai ini. Kok ekspresinya begitu? "Kak Agha?" Telunjuknya menunjuk lelaki yang sudah setahun ini menjadi pacarku. Kak Agha terbahak-bahak. "Dunia memang sempit. Sini, duduk bareng kita, Endra ... " Endra? Kak Agha kenal Akara? "Ndra, kenalin ini Aruni. Aruni, ini Danendra. Sepupu yang jadi bintang idola di keluarga besar Basudewa .. " 'Mampus. Akara masih satu klan dengan Kak Agha. Oh iya nama lengkap Akara kan Akara Danendra Basudewa. Kenapa dari dulu aku ga pernah tanya apa kepanjangan B. di akhir nama kak Agha,' batinku. 'Wah parah ini nanti kak Agha ngeledekin kami ...' "Titip jagain pacarku yg kuper dan cupu ini saat di sekolah, Ndra." Godanya pada Akara. "Yang cupu begini limited edition uniknya,"lanjutnya sambil mengerling nakal. Nasib punya cowok yang selera humornya bikin pengen nabok. Eh tapi kan sayang ... "Tenang, kak. Aruni ini cewek paling gak peka satu sekolah." Apa? Kenapa Akara bilang begitu? Duh, jadi bikin berprasangka aneh-aneh. "Gemesin kan dia? Hahaha ... " Haduh, makin salting aku. Kak Agha kenapa semangat banget godain Akara. "Banget. Untung belum sayang ..."seloroh Akara membuatku tercengang. "Ga boleh. Udah ada yang nyayangin Aruni," timpal kak Agha dengan nada sudah tidak bercanda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN