SERPIHAN 3

874 Kata
POV AKARA Aruni Kusuma. Cewek yang sering tenggelam di antara buku-buku di perpustakaan kala jam istirahat. Aku awalnya tak tertarik sama sekali dengan dia. Ya, Aruni bukan list cewek-cewek idaman di sekolah. Bahkan dia tak termasuk dalam radar cewek yang sering jadi bahan obrolan para cowok di sekolah kami. Kami pun jarang ngobrol di kelas bila bukan saat mata pelajaran yang di ajar oleh pak Abdul. Beliau satu-satunya guru yang meminta para murid duduk sesuai urutan nomor absen. Beliau bilang supaya lebih mudah menandai. Ternyata Aruni asyik juga anaknya. Pengetahuan dia luas. Di ajak ngobrol apapun dia nyambung. Hanya dia tak mudah di dekati. Tak seperti cewek lain yang sering mencari perhatian dariku. Hingga suatu hari Sandra, teman sekelas kami, datang ke kantin dan duduk di depanku. Kantin yang masih sepi karena jam istirahat masih 10menit lagi. "Hei, Akara. Aku boleh duduk di sini?" "Boleh, San. Tumben kamu ga sama Elisa dan Nawang?" Sandra menggeleng. "Mereka belum selesai mengerjakan tugas Geografi yang tadi." "Ohh ... " Aku tak tahu harus bicara apa dengan Sandra. "Kamu gak pengen deket sama Aruni, Aka?" Pertanyaan Sandra membuatku mengernyitkan dahi. "Aruni? Teman sekelas kita?" "Iya .. ada berapa Aruni memang di sekolah kita?" Aku mengedikkan bahu. "Aruni suka loh sama kamu," lanjutnya. "Masa sih?" "Ih kamu di bilangin gak percaya. Aruni sendiri yang bilang sama aku." Aku tak percaya dengan apa yang dibilang Sandra. Selama ini Aruni bersikap biasa saja. Aku tak merasa di perhatikan lebih olehnya. ********* Sejak hari itu, Sandra sering ngecengin aku dengan Aruni. Aku merasa risih. Aruni itu kan cupu. Mau di taruh mana mukaku. Selain berwawasan luas, tak ada lagi kelebihan Aruni. Dia bukan termasuk siswi yang populer di sekolah seperti Savitri juara kontes kecantikan se-kabupaten atau Nawang yang punya paras manis dengan lesung pipit. Entah Sandra atau Aruni sendiri yang bicara. Gosip tentangku dan Aruni sudah berkembang gak jelas. Suatu hari selesai latihan pramuka, Andromeda si ketua Dewan Ambalan, bertanya padaku. "Aka, kamu habis menolak Aruni ya?" Aku terkekeh. "Kata siapa?" "Lah nih anak pura-pura gak tahu. Pengurus inti Dewan Ambalan tahu semua." "Da, Aruni itu gak pernah sekalipun nembak aku. Justru aku menghindarinya akhir-akhir ini." Andromeda mengernyitkan kening. "Kasihan ya, Aruni. Anak cupu gitu jadi bahan gosip ga jelas ... " Aku terdiam tak tahu harus menjawab apa. "Sebelum ini Aruni gak pernah jadi bahan obrolan lho, Aka. Gegara gosip itu dia jadi pusat perhatian beberapa cowok." Mataku membulat sempurna. "Maksud loh?" "Iya. Kamu tahu kan Kak Wisanggeni?" "Senior kita di pasukan pengibar bendera?" "Dia sampai tanya ke aku mana yang namanya Aruni. Begitu tahu, tepok jidat lah dia ... " 'Kenapa Aruni jadi pusat perhatian cowok-cowok kece sekarang?' tanyaku dalam hati. Andromeda masih meneruskan. "Ada lagi. Kak Tajudin, senior kita di Rohis yang udah lulus sekolah, masa kirim pesan ke aku cuma nanyain foto Aruni." Selanjutnya aku enggan mendengar apa yang Andromeda katakan tentang Aruni. Aku bilang padanya hendak pulang duluan. Hingga hari itu saat aku sedang menunggu pesanan cilok di dekat gerbang sekolah. Aku melihat dia pulang sekolah bersama laki-laki yang sepertinya aku kenal. Mereka terlihat akrab. Aruni berulang kali mengulas senyum. Aku tak bisa melihat wajah lelaki itu karena tertutup oleh helm. Aku bisa melihat ada binar bahagia di wajah Aruni. Binar yang sudah lama tak aku lihat karena sibuk menghindar darinya. Diam-diam aku menghembuskan nafas lega. Aruni sudah punya pacar. Berarti apa yang dikatakan oleh Sandra tidak benar. Terbersit rasa bersalah karena telah mendiamkannya berminggu-minggu. ******** Saat jam pelajaran Bahasa Inggris, Bu Alia izin tidak bisa mengajar. Kami diberi tugas membuat sinopsis novel Indonesia. Banyak anak-anak yang memilih mengerjakan tugas di perpustakaan. Ada pula yang memilih ke kantin. Aku memilih mengerjakan di kelas bersama dengan Elisa dan teman satu gengnya. Aku berdehem sebelum bertanya ke mereka. "Aku boleh minta pendapat kalian?" tanyaku pada mereka. Elisa mengangguk mengiyakan. "Jika kalian jadi aku, bakal minta maaf ke Aruni gak?" Mereka tertawa. Haikal tertawa paling ngakak. "Lagian kamu percaya aja sama Sandra. Dia itu bigos, biang gosip. Apa yang dia bilang bisa separo benar. Separonya lagi ya salah," tukas Elisa. Haikal meneruskan," kalau aku ya akan minta maaf. Aruni ga salah." Jeffry memberi dua jempol. "Be a Gentleman, bro .. " lanjut Haikal. Jessica ikut menambahkan. "Kamu tuh ga tahu bila Aruni sering jadi cibiran ciwi-ciwi saat di kantin. Kasihan Aruni. Emang dia cupu tapi dia ga pernah tuh nyari musuh atau gimana. Nerd iya, tiap hari ke perpustakaan." "Eh kapan hari aku lihat Aruni jalan sama cowok lho di Togamas," ujar Haikal Jeffry menimpali,"kamu baru tahu, Kal? Aruni kan sering di jemput pacarnya pas pulang sekolah." "Oh ya? Kamu lihat wajahnya? Cakep, Jef? Cakep mana sama Akara?" berondong Elisa sambil cekikikan. Jeffry menimpuk Elisa dengan penghapus. "Dasar cewek. Tingginya rerata anak paskibra, rambutnya potong rapi. Kalau wajahnya aku ga pernah tahu. Mereka janjian biasanya di ujung pagar sekolah, dekat koperasi." Terang Jeffry panjang lebar. Jessika memutar bola matanya. "Kita-kita ini penasaran ya tipe cowoknya Aruni kayak apa, Jef. Secara dia ga pernah keliatan jalan dengan anak dari sekolah ini." Aku semakin merasa bersalah dengan Aruni. Tak pernah sebelumnya kami membahas tentang dia hingga sedetail ini. Ada atau tidaknya Aruni di kelas pun kami tak pernah heboh. Aku bertekad akan meminta maaf ke Aruni di mata pelajaran pak Abdul besok.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN