Bab. 3 Kesan Pertama

2015 Kata
Mentari tampak bersinar di ufuk timur, cahayanya membias lewat kaca jendela kamar dan menerpa wajah tampan Reno yang masih terlelap. Pria itu pun menggeliat sambil menutup mukanya dengan selimut. "Reno, bangun sudah siang!" seru Sovi sambil menarik bed cover dari tubuh pria itu. Reno memicingkan matanya ke arah Sovi seraya berseru. "Jangan ganggu gue Sov! Mumpung Bos Kevin masih di luar negeri." Reno merasa enggan sekali bangun pagi hari ini. "Dasar pemalas, entar rejeki lu dipatok ayam baru tahu rasa. Gue mau pulang bagi duit sini! Gara-gara lu nggak ada pemasukan." Sovi minta bayaran dari Reno. Reno segera mengeluarkan dompet dari kantong celana pendek yang dikenakannya. Pria itu menarik dua lembar uang merah dan memberikannya kepada Sovi. "Ni, udah sana pulang!" "Apa-apaan masa cuma segini? Kurang tambahin lah, liat tuh baju kotor lu seminggu sudah kelar dicuci! Lantai dan piring kinclong, kopi panas dan sarapan telah tersedia. Kurang apa coba gue?" tutur Sovi membeberkan semuanya. Reno kembali menarik tiga lembar uang merah dan memberikannya kepada Sovi seraya berkata, "Rejeki gue bukan dipatok ayam, tetapi dibetot sama lu." Sovi tampak terkekeh sambil mencium uang itu dan berucap, "He ... he ... thanks Reno guanteng muach ...." Wanita itu memberikan sun jauh sambil ke luar dari kamar Reno. "Dasar lintah darat lu," sungut Reno yang segera turun dari ranjang. Reno kemudian membasuh dirinya. Setelah selesai mandi, ia memakai kaos dan celana pendek. Pria itu kemudian keluar dari kamarnya untuk mencari sarapan. Tiba-tiba dirinya mencium bau masakan dari arah dapur. "Siapa yang masak ya? Apa Sovi belum pulang?" tanya Reno sambil melangkah ke arah meja makan. Pria itu tampak terkesima melihat rumahnya yang kerap berantakan tampak rapi dan harum. "Selamat pagi Mas Reno," ucap Melati ketika melihat kedatangan pria itu. Reno baru ingat jika mulai hari ini di rumahnya ada Melati. "Kamu yang mengerjakan semua ini, Mela?" tebak Reno yang dijawab anggukan oleh gadis itu. Ia memanggil dengan nama singkatan, agar mudah diingat. "Dasar keong racun," umpatnya dengan kesal karena merasa sudah diakalin oleh Sovi. "Maaf, saya cuma mau membalas kebaikan Mas Reno dan Mbak Sovi," ucap Mela ketika melihat pria itu jadi marah. Mendengar itu Reno jadi tidak enak hati dan memberikan klarifikasi, "Oh ... tidak kok, aku senang kamu melakukannya. Terima kasih ya, sudah merepotkan. Kamu masak apa Mela?” tanya pria itu sambil melihat hidangan di atas meja. “Telor dadar Mas, sama mie goreng,” jawab Mela sambil tersenyum manis. “Woaw … kayaknya enak Ni, saya kok jadi lapar. Boleh dimakan?” tanya Reno yang merasakan perutnya sudah minta diisi. “Ya boleh dong Mas, silahkan!” seru Mela yang ikut menemani Reno sarapan. Reno mulai menyantap serapannya dan berkomentar, “Hem … enak sekali, kalau begitu kamu masakin saya setiap hari ya!” pintanya kemudian. Mela tampak mengangguk kecil seraya berkata, "Tapi telor sama mienya sudah habis, Mas." “Nanti saya beli di supermarket sekalian keperluan dapur yang lainnya," sahut Reno sambil menyuap kembali. Setelah makan Reno dan Mela mulai saling mengenal satu sama lain. Mereka terlihat cepat akrab dan dekat. Reno yang biasanya pake bahasa gaul dan asal ceplos. Sekarang harus menyesuaikan diri karena tutur kata Mela sangat sopan santun. *** Hari demi hari berlalu, Reno yang biasanya suka dugem kini lebih memilih stay di rumah. Kehadiran Mela seolah menjadi sebuah teguran. Agar pria itu mengurangi kebiasaannya yang suka minum dan kadang jajan. Reno sebenarnya pria baik, tetapi pergaulan membuatnya lupa diri. Apalagi semenjak menjadi asisten pribadi Kevin, seorang pengusaha yang kaya raya. Tentu klub dan dunia malam sudah menjadi tempat yang kerap dikunjungi untuk mencari hiburan duniawi. Namun, setelah mengetahui, kalau Mela anak yatim piatu yang sangat soleha. Tidak pernah sekali pun meninggalkan salat. Membuat Reno serasa ditampar karena sering lalai dalam menunaikan kewajibannya. Reno yang awalnya ingin memperkenalkan gadis itu kepada Bosnya, jadi tidak tega karena ia tahu apa tujuan pria itu sesungguhnya. Reno merasa memang bukan orang suci, tetapi dia masih punya hati nurani Tiba-tiba pria itu teringat pesan ibunya. "Le, jangan tinggalkan salat! Suatu saat ibadah itu akan menjadi penolongmu." Hati Reno pun tergerak dan segera mengambil wudhu. Ketika sedang salat, tiba-tiba seseorang menyelinap masuk ke kamar Reno. "Udah insaf lu?" tanya Sovi ketika Reno baru saja selesai melakukan salat zuhur. Reno tampak terkejut dan dengan spontan berkata, "Dasar kunti, bikin kaget orang aja. Mau ngapain lu ke rumah gue?" tanya pria itu dengan heran. "Lu sudah seminggu nggak keliatan di klubnya Jo. Gue kira sakit atau masih hidup apa--?" "Apa udah mati gitu? Sial lu ngarepin gue metong. Biar utang lu lunas ya?" potong Reno dengan kesal. Melihat Reno yang jadi meradang, Sovi segera meralat ucapannya, "Lu kenapa jadi baper sih Ren? Gue cuma kangen pengen dugem bareng." "Heleh ... alasan, bilang aja lu kangen pengen ketemu gue," ujar Reno yang sudah sangat mengenal Sovi. Sovi tampak menghela napas panjang melihat gaya Reno yang kegantengan. Ia pun segera menyanggahnya, "Hadeh ... gue suka sama Bos Kevin, not you." "Mana mau Bos Kevin sama keong racun kayak lu," timpal Reno asal ceplos. "Begini ya Sov, mulai sekarang apa pun yang kita lakukan, jangan pernah ditinggalin salat! Biar seimbang antara dosa sama pahala." ujar Reno dengan bijaknya. Sovi tampak terkejut mendengarnya dan berkomentar, "Tumben lu benar Ren, kenapa nggak dari dulu." "Jangan ngomong aja, salat sana!" seru Reno kepada Sovi. Sovi tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Gue ada yang nggak hapal bacaannya." "Astaga, lu sekolah kaga sih?" tanya Reno dengan spontan. Sovi tampak tertunduk sedih dan menjawab, "Lu kan tahu gue anak broken home. Sekolah sering cabut sampai dikeluarkan. Makanya gue berharap suatu hari nanti dapat jodoh yang bisa bimbing." Sebenarnya Sovi itu anak orang kaya. Akan tetapi kedua orang tuanya bercerai karena sama-sama selingkuh. Sovi yang sedang puber sebagai remaja jadi tidak terkontrol. Lambat laun dia menjadi nakal dan terjebak dalam pergaulan bebas. Sejak usia 17 tahun Sovi pergi dari rumah dan memilih hidup dengan dunianya sendiri. Dengan modal body seksi dan wajah yang cantik. Sovi diterima menjadi seorang waiters di sebuah klub malam. Di tempat itu dia bertemu dengan Reno yang suka menemani Bos Kevin minum. Reno jadi tidak enak hati karena merasa buka lah orang yang baik. Akan tetapi dirinya berjanji, akan mengajak Sovi ke jalan yang benar suatu hari nanti. Pria itu pun mengalihkan pembicaraan ketika teringat jadwal kepulangan bosnya yang tinggal beberapa hari lagi. Entah dirinya bisa atau tidak menjalankan tugas yang telah diberikan kepadanya. Sebagai asisten pribadi, dia belum pernah sekali pun gagal dalam melaksanakan pekerjaannya. "Sov, lu sudah dapat cewek yang kemarin gue suruh cari?" tanya Reno dengan serius. "Lah kata lu mau kenalin Mela ke Bos Kevin," sahut Sovi heran. Reno yang sedang galau segera menyahuti, "Gue nggak sampai hati Sov, dia terlalu baik. Takut kualat gue." Ia pun menceritakan latar belakang Mela secara singkat, jelas dan padat. Sovi kemudian memberikan pendapatnya, "Gue belum dapat Ren, susah gadis jaman sekarang yang masih polos dan mau dimanfaatin." "Bantuin gue Sov! Pasti Bos Kevin marah besar, kalau gue sampai dipecat entar lu pinjam duit sama siapa?" pinta Reno sambil memasang wajah Melas. "Oke, sekarang kita cari bareng-bareng yuk!" ajak Sovi memberikan solusi. "Ya sudah, tetapi ingat ya Sov, kalau ada yang tanya Mela itu siapa. Jawab dia bokin gue!" pesannya kemudian. "Iya bawel, bilang saja lu suka sama Mela. Dia cantik loh Ren, kalau dipoles dikit," sahut Sovi sambil menggoda. "Sok tahu lu," sanggah Reno yang segera keluar dari kamarnya. Reno kemudian menemui Mela untuk berpamitan. "Mel, saya mau ke luar sebentar. Kamu jangan pergi ke mana-mana ya, nanti nyasar lagi! Jangan lupa kunci pintu, terus kalau ada yang datang dan tanya bilang saja kamu pacarku!” Reno memberikan pesan seperti mak-mak yang mau pergi meninggalkan anak gadisnya. Sambil mengangguk Mela pun bertanya, "Mas Reno sama Mbak Sovi mau ke mana?" "Kerja," jawab Sovi sambil tersenyum ke arah Reno. Setelah Reno dan Sovi pergi, Mela segera mengunci pintu dengan rapat. Baru saja melanjutkan pekerjaan rumah, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Ting ... Nong ...! Mela segera melihat ke keluar jendela untuk melihat siapa yang datang. Seorang pria memakai baju biru tampak berdiri di depan pintu. Persis dengan kemeja yang Reno kenakan hari ini. "Mas, Reno sudah pulang," lirih Mela sambil membukakan pintu. Ketika pintu terbuka Mela tampak tertegun melihat orang itu yang ternyata bukan Reno. Mata indah wanita itu tidak berkedip, ketika seorang pria sangat tampan berdiri di hadapannya. Bahkan bisa dibilang sepuluh kali lipat lebih rupawan dari Reno. [Masya Allah, kasep pisan euy (ganteng sekali) pria ini,] lirih Mela di dalam hati mengagumi. Jujur gadis itu baru pertama kali melihat pria tampan seperti itu. Alisnya tebal, hidup mancung dan berkulit putih bersih. Tinggi sekitar 180an centimeter dengan berbadan kekar. Jantung gadis itu pun berdetak sangat cepat. Pria itu juga tampak terkesima melihat Mela dari balik kaca mata hitamnya. Dia belum pernah melihat gadis yang memiliki kecantikan alami. Tanpa dempulan bedak sedikit pun. Bibirnya yang merah delima sangat menggoda untuk dicumbu. "Maaf, Bapak cari siapa? Mas Reno sedang tidak ada di rumah," tanya Mela dengan ramah. "Siapa kamu?" Pria itu balik bertanya sambil menatap Mela dengan saksama. Mela pun teringat akan pesan Reno tadi pagi dan menjawab, "Saya pacarnya Mas Reno." Pria itu tampak tersenyum simpul mendengar jawaban dari Mela. Tanpa berpamitan lagi ia segera meninggalkan rumah Reno. "Dasar orang aneh, datang dan pergi tidak permisi," gerutu Mela sambil menutup pintu rumah. Gadis itu pun tampak tersenyum sendiri. *** Malam kian merambat jauh ketika, di salah satu klub malam orang mulai berdatangan untuk menghibur diri dari kepenatan dunia. Pria, wanita, tua dan muda membaur menjadi satu untuk mencari kepuasan batin yang tidak pernah kunjung usai. Tubuh mereka saling bergoyang mengikuti alunan musik remix yang dimainkan oleh seorang DJ profesional. Bahkan tangan para pria nakal, tidak sungkan untuk mendarat di lekuk tubuh wanita malam. Aroma minuman beralkohol dan parfum yang menyengat. Menyeruak dan menusuk penciuman setiap orang yang hadir disana. Dari salah satu meja VIP, sepasang mata elang menatap dengan tajam ke arah wanita cantik yang berpakaian seksi dan menggoda syahwat kaum Adam. Tiba-tiba seorang pria berpakaian rapi menghampiri pelanggan loyalnya itu. "Selamat malam Bos, mau ditemani minum dengan siapa?" tanya Jo, manager klub itu dengan ramah. Tanpa menoleh pria yang dipanggil bos itu menjawab dengan singkat, "Wanita baju merah." Jo segera mengikuti arah pandang pria itu. Ia melihat seorang wanita cantik berbaju merah yang sedang duduk di meja bartender. Ia segera mendekat ke arah sana dan berbicara penting dengan perempuan itu. "Sov, beruntung sekali lu malam ini. Bos Kevin minta ditemani minum tuh!" seru Jo yang disambut seulas senyum mengembang oleh lawan bicaranya. Tanpa membantah Sovi segera berjalan ke arah meja VIP. Di mana seorang pria tampan tengah duduk dengan santai. Rasanya seperti mendapat durian runtuh karena selama ini jarang sekali wanita yang bisa berkencan dengan pria tajir yang terkenal dingin, tetapi sangat loyal itu. "Malam Bos," ucap Sovi sambil duduk di hadapan Kevin. Terlihat paha mulusnya yang sangat menggoda. "Berapa tarif mu?" tanya Kevin tanpa menoleh. Sovi tampak berpikir sesaat untuk memasang tarif buat pria sekaya Kevin, [Aji mumpung, gue tembak saja sekalian,] batin wanita itu yang ingin memanfaatkan kesempatan emas ini. "Sepuluh juta Bos, tiga jam." Mendengar itu Kevin segera mengeluarkan sesuatu dari balik jas mahalnya dan meletakan di atas meja. "Siapa wanita yang ada di rumah Reno?" Sovi tampak tercengang ketika mendengar pertanyaan dari Kevin. Wanita itu terlihat ragu untuk mengatakan siapa Mela, akan tetapi ketika melihat uang gepokan senilai sepuluh juta itu membuat otak liciknya bekerja dengan cepat. "Sa-saya tidak tahu Bos," elak Sovi dengan gugup. "Jangan buang waktuku!" bentak Kevin sambil menoleh ke arah Sovi dengan tajam. Ia kemudian mengeluarkan lagi uang segepok berwarna biru. Sovi seperti cacing kepanasan mendengarnya. Apalagi mendapat bayaran lima belas juta dalam sekejap mata. Urusan dengan Reno gampang, lagi pula temannya itu tidak tahu ini. Tanpa bisa direm lagi, Sovi segera menceritakan siapa Mela dengan akurat dan tepat. "Namanya Mela Bos, baru datang dari kampung. Dia sedang mencari pekerjaan dan bukan pacarnya Reno," ujar Sovi memberitahu. Kevin tampak tersenyum mendengarnya dan ia segera berdiri dan meninggalkan tempat itu. Tanpa membuang waktu Sovi segera mengambil uang itu dengan wajah yang berseri-seri. Kapan lagi coba bisa dapat duit banyak cuma jawab pertanyaan. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN