Arin yang duduk sendirian di ruang tamu, kini tengah memikirkan apakah ia harus pindah atau tidak. Dari rusun yang telah ditempatinya dari beberapa bulan belakangan. Ia ingin memikirkan matang-matang apakah ingin menerima saja keinginan Fachri atau tidak. Sebenarnya Fachri tidak terlalu menuntut mereka segera pindah ke apartemen. Hanya saja Arin tidak enak melihat Fachri yang bolak balik ke kampus dengan jarak yang cukup jauh. Selain kampus, tentu saja pria itu juga jauh dari kedua orang tuanya. Tidak tahu alasan apa yang kini dikatakan Fachri kepada kedua orang tuanya, agar melepaskannya untuk tinggal. Hampir satu bulan mereka tinggal bersama, hampir satu bulan pula Arin mendengar Fachri menghubungi kedua orang tuanya dengan mengucapkan beberapa kebohongan yang tidak masuk akal sama se

