Semenjak terakhir Maya menerima kiriman paket mie instan dari Erwin. Semenjak itu juga, Erwin mulai rutin mengirimkan paket-paket yang tidak jelas isinya. Maya yang merasa emosinya benar-benar sudah berada di puncaknya, berniat menyusul Erwin. "Bukannya dia sedang tugas luar kota? Tapi, kenapa dia selalu mengirimkan paket-paket ini? Apa di sana tidak ada kerjaan sama sekali?" gerutu Maya, menatap tumpukan kardus dan kotak kecil di sudut kamar. Dari semua paket yang Erwin kirimkan. Hanya mie instan saja yang bisa Maya manfaatkan. Sedangkan sisanya, melihatnya saja sudah membuat Maya menggelengkan kepalanya. "Biarkan saja paket-paket itu di sana. Kalau pria itu datang, baru aku tanyakan. Untuk apa dia mengirim barang-barang seperti itu? Dia pikir aku ini tukang bangunan atau apa? Sekop, p

