Ayah

1134 Kata
Setelah pemakaman selesai Yonna merasa dirinya sudah tidak berarti lagi, saat ini semuanya hancur seketika. Dion lebih dapat menganggap tidak perlu tahu harus bagaimana lagi. “Yonna, dari tadi kau belum makan, sekarang makan lah.” Yonna hanya menggelengkan sebuah kepala dengan mata yang terus mengalirkan air mata di kedua pipinya. Dion tetap berusaha untuk tetap berada di sisi Yonna. “Sayang, tatap aku.” Ucap Dion sambil menarik dagu Yonna dengan pelan.  Saat Yonna menatap mata Dion, tangisan histeris itu keluar membuat Dion semakin panik harus ... apa lagi saat ini. “Dion ... aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, kau jangan tinggalkan aku saat ini.” “Yonna aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapan pun itu, aku harap kau bisa menjalani seperti biasanya, ikhlaskan apa yang sudah terjadi saat ini pada dirimu, doakan saja semoga Ayah tenang di sana.” “Iya aku akan mendoakan Ayah, apa memang permintaan terakhir Ayah aku menikah dengan pilihannya yang menurut dia baik dalam segala hal, ingin aku menolaknya tetapi hatiku mengatakan ini yang akan menjadi terbaik untukku nantinya. Saat itu Ayah begitu bahagia setelah aku menerimanya. Dan akhir kita berdua menikah, setelah itu Ayah meninggalkan aku huhuhu… ”Ucap Yonna yang masih saja bersedih saat ini. Alden yang tahu mendengarkan kabar kalau Ayah Yonna menelepon tetapi Yonna masih saja tetap tidak bisa mengangkat telepon, saat dia merasa sudah melakukan tidak ingin menyakitinya. Dering telepon itu terus saja menghantui pikiran Yonna membuat dia semakin stres. Akhirnya Dion menganggkat telepon itu dan dia berkata dengan tenang, “Hallo, ini siapa?” Ucap Dion dengan suara lantangnya. Alden terkejut suara pria lalu dia mematikannya dan mengurungkan niatnya untuk tidak menjawab sapanya. Lalu Alden berkata dan bertanya-tanya di dalam hatinya. “Siapa pria itu? Kenapa jantung ini berdebar kencang aku tidak tahu siapa pria itu! Arghh... Yonna kau membuat aku bingung, apa kau memiliki pria lain dan sampai sekarang kau tidak menghubungi aku. Sakit rasanya! Sepertinya aku harus menemuinya dan memberikan ucapan bela sungkawa apa yang terjadi saat ini, aku harap pria itu bukan siapa-siapanya, Alden hanya kau yang di cintai oleh Yonna saat ini tidak ada yang lain lagi. Begitu kejam jika itu terjadi dan dia harus bertanggung jawab atas pengkhianatannya saat ini, Yonna tunggu aku, kita akan bertemu.”  Dion merasa bingung kenapa nomor itu terus meneleponnya dan dia berharap nomor itu tidak meneleponnya lagi, lalu Yonna menanyakan kepada Dion, “Dion siapa yang menelepon di ponselku?” “Hm... aku tidak mengenal nomornya, saat aku mengangkat telepon malah dia tidak berbicara apa-apa dan dia hanya diam lalu mematikan telepon, sangat misterius nomor itu. Sudahlah, jangan dipikirkan siapa yang menelepon, positif saja mungkin dia salah sambung.” “Mungkin saja begitu, aku harap tidak ada permasalahan terjadi di antara kita berdua ya Dion, kau tetap di sini jangan pergi dariku, aku sangat takut.” Ucap Yonna yang langsung memeluk Dion tiba-tiba. Dion begitu terkejut dan merasa jantungnya berdegup kencang tidak ada yang bisa dia lakukan lagi saat ini, Dion berkata di dalam hatinya “Semua yang di berikannya hanya sebatas teman saja, dia tidak memiliki rasa apa pun kepadaku. Yonna hanya membutuhkan orang yang bisa menemaninya, mungkin saat ini aku bisa menemaninya tetapi tidak tahu untuk ke depannya bagaimana, dia wanita yang sangat malang menerima semua keputusan orang tuanya yang saat ini tidak pernah menganggap kalau tidak ada yang terjadi lagi.” Yonna melihat Dion melamun saja dan dia mengagetkan suaminya, “Dion, apa yang kau pikirkan saat ini? dari tadi aku lihat kau melamun saja.” Tanya Yonna dengan wajah manjanya. Di dalam hatinya berkata dengan tenang, “Waduh... kenapa dia memasangkan wajah itu kepadaku, membuat aku merasa tidak menentu saja. Yonna kenapa kau lakukan.” Yonna sangat geram dari tadi Dion tidak menjawab pertanyaannya dan dia langsung mendorong Dion dengan sangat kuat. “Uh... menyebalkan kau ini Dion!” Dion berkata dengan senyuman manisnya di hadapan Yonna, “Maafkan aku Yonna, aku tadi masih tidak fokus. Aku tidak mengulanginya lagi, jangan memasangkan wajah yang cemberut itu. Jika wanita cantik sepertimu itu harus tersenyum terus itu akan menambahkan kecantikannya.” “Hm.. kau sangat berlebihan, kau tidak perlu menggombali aku! Aku tidak terpengaruh dengan gombalan yang kau buat saat ini, coba kau pikir kalau itu semua hanya gombalan semua pria kepada wanita. Dan perlu kau tahu bukan aku saja kau rayu seperti itu yang aku tahu kalau semuanya yang di inginkan hanya membuat dirimu menjadi pria yang payah.” Dion terkekeh melihat Yonna yang begitu sangat manis saat memasangkan wajah itu, “Hehehe... Yonna, kau ini membuat aku semakin terlena dengan mimik wajah itu, sudahlah, jangan ngambek lagi nanti wajahmu berkerut seperti nenek hahaha...” “Dion... nyebelin!!!” Teriak Yonna kepada suaminya. Tok...Tok... Suara ketukan pintu kamar mereka berdua ternyata salah satu asisten rumah tangga ingin menyampaikan pesan, “Non, ada yang ingin bertemu, sudah saya katakan kepadanya kalau Non lagi tidak ingin di ganggu tetapi dia masih saja berkeras hati menunggu di teras rumah. Padahal sudah dari tadi dia menunggu begitu. Wajah Yonna dan Dion terlihat sangat kebingungan dan Dion berkata “Bu, nanti kita berdua akan menyusul ke atas, jadi saya harap ibu jangan menemui orang itu lagi.” “Baik Tuan. Kalau begitu saya permisi.” Yonna berkata kepada Dion dengan wajah cemasnya, “Dion... aku takut siapa yang mau menemui aku ? aku tidak memberitahu siapa pun tentang Ayah. Dion temani aku menemui orang itu.” Ucap Yonna sambil bermohon kepada Dion yang dari tadi tidak tahu harus berkata apa . “Hm... baiklah, aku akan menemanimu. Tapi kau tetap tenang jangan memperlihatkan wajahmu yang cemas itu.” “Iya Dion.” Akhirnya Dion dan Yonna segera menemui orang yang sedang menunggu Yonna dan tiba-tiba saat Dion membuka pintu terlebih dahulu melihat sosok pria yang berdiri membawa rangkaian bunga yang besar. Tatapan Dion kepada pria itu begitu sangat tajam. Yonna yang menyusul dari belakang terkejut melihat Alden yang datang menemuinya. Lalu dia berkata “Alden! Kenap kau di sini?” “Aku datang untuk mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Ayahmu, ini Bunga untukmu.” Yonna mengambil rangkaian bunganya, dan dia menatap wajah Dion yang seperti orang marah, Tiba-tiba Alden langsung bertanya, “Kenapa kau tidak menjawab teleponku, apa yang kau sembunyikan dariku sekarang? Dan siapa pria ini?” Tanya Alden dengan wajah datarnya. Yonna ingin menjawab dengan penuh keraguan, bibirnya yang bergetar saat dia ingin menjelaskannya, tiba-tiba Dion menjawab dengan suara lantang dan menganggap ini perkenalannya dengan teman Yonna, “Hm... perkenalkan saya Dion suami Yonna.” JLEB... rasanya d**a Alden seperti tertusuk benda tajam, begitu sakit saat pria yang di hadapannya mengatakan kalau dia adalah suami Yonna. Lalu Alden menanyakan kepada Yonna, “Yonna apa itu benar?” “Aa...nu...hm... itu... benar, tapi Alden aku bisa jelaskan kepadamu apa yang terjadi saat ini. Ini semua di luar rencana.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN