PROLOG

383 Kata
Anita Langkah besar terus kularikan diiringi dengan helaan nafas putus-putus akibat kelelahan. Kesiangan adalah kata yang tidak asing lagi untukku. Kesiangan adalah aku dan hidupku ya si kesiangan itu. Aku Anita Greeze, banyak yang manggil Nita juga. Seperti abangku Andrian dan sahabatku satu-satunya Jelita. Pagi ini kenapa aku harus lahir terburu-buru seperti ini? Karena hari ini adalah hari pertama masa orientasi mahasiswa baru. Sepertinya, hanya aku mahasiswa baru yang berani-beraninya telat di hari pertama. “Mati gue...” batinku saat mendadak terjatuh dengan lutut membentur aspal karena menyenggol seseorang saat berlari tadi. Kulihat raket yang dibawa oleh laki-laki itu terjatuh tepat tertindih oleh salah satu lututku. Aku berusaha berdiri dan mendapati lututku yang sangat nyeri. “pasti luka nihh...” pikirku dalam hati. “Eh maaf ya... Gak sengaja...” ucapku dan akan kembali melanjutkan berlari. Namun laki-laki itu menahan lenganku sesaat sebelum aku menjauh. “Kaki lo nggak apa-apa?” tanyanya. Aku mengangguk sebagai jawaban. “Yakin?” tanyanya lagi. “Iyaaa yakin... Udah dong nanyanya gue terlambat nih...” jawabku cepat dan mencoba melepas tangannya dari lenganku. Tangannya pun terlepas dan kemudian dia berkata “Oke kalau gitu... tapi raket gue kenapa-kenapa nih... Nama lo siapa dan maba jurusan mana? Nanti gue mau minta ganti rugi...” ucapnya. Aku pun tersadar bahwa raketnya ternyata patah akibat tindihan lututku barusan. Sambil meringis aku pun menjawab “Anita... nama gue Anita... Gue maba jurusan public relationship...” Setelahnya aku berkata lagi sambil berlari “udah ya nanti gue ganti deh raket lo... ribet banget...”   Bimo Gara-gara raket patah, sore ini aku tidak bisa ikut latihan sama anak-anak UKM. Aku putuskan untuk menemui wanita yang bertanggung jawab atas patahnya raket berhargaku ini. “Maba PR ternyata... pantes cantik...” batinku. Ya, wanita tadi memang cantik. Sangat cantik malah. Dia juga sangat berani dan lantang dalam berbicara. Tanpa ragu dia meyakinkan akan mengganti raketku ini. Apa dia tahu berapa harga raket ini? Aku rasa jika dia mengetahuinya, tidak akan semudah itu dia yakin bisa menggantinya. Akhirnya di sinilah aku berdiri mengamati setiap mahasiswa baru yang baru selesai mengikuti orientasi hari pertama. Sesaat kemudian aku menemukan sosoknya. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku dan malah berjalan begitu saja melewatiku. “Lo kan? Maba PR yang tadi pagi nabrak gue?” tanyaku. To be continued ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN