3. MEMULAI HIDUP BARU

946 Kata
POV ANNIE “Annie, bangun!” Martha membangunkanku dengan menggigitku. Aku baru sadar ternyata aku ketiduran di pesawat. Penerbangannya berjam-jam, ditambah stres beberapa hari ini, bikin aku hampir tidak tidur. Badanku butuh sekali istirahat, sekarang setelah semua kekhawatiran itu hilang, aku jadi sedikit santai, rasanya sudah lama aku tidak merasakan ini. Mungkin sebelum dia kembali di hidup kami. Aku membenarkan posisi dudukku, terus melihat ke luar jendela. Hanya awan yang terlihat. Suara pramugari mengumumkan kalo kita sebentar lagi sampai, itu cukup membuyarkan lamunanku. Babak baru hidupku sudah dimulai. Hanya ada aku dan anakku, di negara yang butuh banyak tenaga kerja. Tidak ada yang tahu akan seperti apa, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga agar anakku bahagia. Aku tersenyum memikirkan dia lagi di pelukanku. Aku juga berpikir sahabatku yang mana yang akan membantu kelahirannya nanti? Kami bertiga memiliki ilmu spesialis yang sama, jadi kita ke tempat yang butuh orang seperti kita. Kerjaannya pasti banyak. Rasanya senang saat tahu tentang Liam sama Maria, kesempatan buat jalan-jalan muncul. Takdir emang misterius, tapi aku selalu mengikutinya saja. Meskipun aku pergi dengan hati yang patah, kerjaan yang banyak akan mengalihkan perhatianku dari masalah kemarin, mungkin bisa membuatku sembuh. Pulang? Mungkin saja tidak. Terlalu malu rasanya, mungkin tiga tahu lagi baru kami akan kembali. Memang benar cari kerja di tempat jauh juga baru, semua terasa lebih baik. “Mau ke mana? tanya Mirtha dari ujung lorong. Sepertinya mereka akan menjadi tante-tante yang sangat protektif. “Mau ke kamar mandi, kenapa? Tidak boleh?” Aku tantang dia. Dia lalu tertawa kecil, ingin rasanya aku jitak kepalanya pelan-pelan. Di balik omelannya ada rasa peduli yang banyak. Duh, aku sayang sekali dengan para sahabatku ini. Mereka sahabat terbaik yang kumiliki. Saat ingin kembali, tiba-tiba ada sosok yang menghalangi mungkin dia butuh ruang untuk lewat. “Permisi?” katanya. Mungkin lebih tepatnya anak muda. Muda banget, mungkin saja kita seumuran. Diperhatikan dengan jelas dia sangat gagah. Rambutnya hitam dan matanya hijau. “Santai aja.” Aku senyum, memberi kode kalau aku baik-baik saja. Dia minggir, aku langsung lewat. Pas kembali ke tempat duduk, Mirtha menggeser, sehingga dia berada di tengah aku di pinggir lorong. Saat aku menjulurkan lidah dia pun membalasnya. Kita seperti anak kecil saja, hahaha. Dia bersandar di bahuku, menutup mata. Aku cukup diam saja, tapi tiba-tiba anak muda tadi lewat. Kami kembali beradu pandang. Tampan sekali! Dia senyum, aku membalas dengan anggukan kecil. Aku baru sadar, aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Tentu saja iya, aku juga jarang melihat 90% penumpang pesawat ini. Aku duduk lagi, menunggu penerbangan sebentar lagi selesai, terus menutup mata. Bayangan Liam yang menolakku masih berputar-putar di kepala. Sakit sekali, ternyata. Ada air mata menetes, tapi langsung kuhapus biar tidak terlihat oleh sahabatku. Aku tidak bisa berhenti mikirin kejadian beberapa hari lalu. Saat pesta lajang kami. Setelah pesta, aku naik taksi ke apartemenku. Walaupun masih sering tinggal di rumah orang tua, aku punya tempat sendiri kalau saat ingin menyendiri. Tidak ada yang tahu, kecuali Rocio—adik perempuanku. Itu tempat rahasia aku dan ke sanalah aku pergi. Sampai di sana, aku lalu membuat teh. Aku tidak akan minum alkohol, jadi ya hanya itu aja yang bisa aku minum. Hari ini, aku sedikit pusing di rumah sakit, jadi aku minta supervisor lab buat diam-diam tes darah. Dan ternyata, aku hamil enam minggu. Senang sekali rasanya, aku akan memiliki anak dari pria yang sangat kusayangi. Namun di sisi lain, aku tahu dia tidak sayang padaku, itu pun sudah dibuktikan semalam. Namun apakah dia akan menyayangi anakku? Nanti dia pasti merasa dipaksa sama keluarganya, dan aku tidak mau seperti itu. Aku ingin ada pria di sampingku yang bisa menerima kehadiran anakku. Aku menghela napas panjang. Ponsel di sampingku sudah banjir notifikasi. Aku baca pesan adikku dulu. Aku minta dia memberi tahu semua orang kalau aku dipanggil ke rumah sakit karena darurat, jadi tidak bisa memberi kabar. Bukan hal yang aneh, karena ini memang pernah terjadi. Aku memang lebih sering di ruang IGD, sehingga alibiku termasuk wajar saja. Dia membalas hanya dengan ‘Oke’. Aku baca pesan temen-temenku, terus memberi tahu kalau aku akan menjelaskan besok. Mereka sangat mengerti, aku tahu mereka akan menanyakan besok, tapi hari ini aku tidak mau berbicara dengan siapa pun. Anehnya, tidak ada pesan dari kekasihku. Wanitanya datang, aku menjadi nomor dua. Ya sudahlah. Walaupun tunangannya, aku menjadi orang ketiga dan rasanya tidak enak sekali. Keesokan hari saat bertemu dengannya, dia mengajakku memutuskan pertunangan, tapi aku tidak mau. Harga diriku terluka sekali dan aku tidak bisa, aku tidak bisa membiarkan mereka bahagia bersama sementara aku terluka sangat dalam. Aku tahu ini egois, tapi aku juga manusia. Manusia yang percaya bisa membuat kekasihnya yang disayangin sejak kecil jatuh cinta. Aku tidak mengerti kenapa aku tidak menyerah saja waktu tahu dia tidak akan pernah sayang padaku, tapi masalah hati tidak bisa diatur. Pada malam itu, saat kami pertama kali merasa, sepertinya bintang-bintang sejajar, memberi tahu kalau ini saatnya. Aku hanya punya satu kesempatan untuk mendapatkan Dr. Sexy yang terkenal. Meski bisa dikatakan aku hampir mendapatkannya, sekarang aku tahu dia tidak pernah dan nggak akan pernah jadi milikku. “Penumpang penerbangan 506, silakan duduk dan kencangkan sabuk pengaman, kita akan segera mendarat.” Suara pengumuman itu membuatku tersadar dari lamunan. Akhirnya, sampai juga di benua lain! Di sini, kamu akan mulai bekerja secara sosial. Yang tersisa dari cintaku pada Liam adalah penemuan kalau dunia medis juga passionku. Aku sangat ingin menjadi dokter. Aku sepertinya ingin berterima kasih padanya. Pesawat mulai turun. Sekarang kamu sudah ribuan mil jauhnya. Aku akan memulai petualangan baru, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Tiba-tiba saja aku merasa kalau ada yang sedang mengamatiku. Mata hijau itu? Ada banyak rasa penasaran dan juga kekaguman di dalamnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN