Rumah di kawasan elite Valley di Manhattan memang menjanjikan kenyamanan bagi penghuninya. Komplek yang memiliki taman buatan yang indah dipadukan dengan tingkat keamanan tinggi membuat siapapun penghuninya akan beristirahat dengan nyaman. Itu juga berlaku pada Travis. Dia bisa beristirahat dengan tenang setelah pukulan Clark ditengkuknya.
Pukulan ditengkuknya membuatnya tertidur tanpa mimpi buruk lagi. Namun baginya mimpi buruk sebenarnya adalah saat ia membuka mata. Dimana ia dihadapkan pada kenyataan dan kesakitan akibat penyesalan.
Namun pagi ini berbeda dari biasanya. Dia menatap kosong ke luar melalui jendela kamar Pamela. Ia mengamati kabut tipis samar-samar menghiasi pagi di hari ini.
"Pamela... "
Tangan Travis terangkat. Dia memandangi tangannya lamat-lamat, dia merasa yakin karena merasa tadi malam memeluk Pamela. Bahkan dia masih merasakan kehangatan tubuh Pamela istrinya itu.
"Aku yakin tadi malam kau ada disini dan aku memelukmu, " ucap Travis pada dirinya sendiri.
''Aku yakin kau benar-benar nyata. "
Samar-samar ia mencium aroma di dapur.
Seseorang memasak di dapur.
"Pamela! Dia pasti Pamela, orang yang memasak di dapur pasti dia..."
Travis menghempaskan selimutnya. Dia turun dari ranjang dan berlari keluar kamar menuju dapur. Berharap jika ada senyum manis yang menyambutnya pagi ini.
Sayang dia harus menelan kekecewaan untuk kesekian kali. Tidak ada Pamela di manapun. Hanya ada Selena yang memasak di dapur.
"Di mana Pamela!? " teriak Travis sambil mencari-cari keberadaan Pamela.
Selena sedikit melonjak karena teriakan Travis.
"Travis, tolong jangan mulai lagi. Tidak ada Pamela disini. Dia sudah tenang di alam sana, " ucap Selena. Dia berusaha terlihat santai dan sabar menghadapi Travis.
Travis merasakan kemarahan pada Selena. Otaknya berbicara jika Selena sudah mengusir Pamela dan mengatakan hal yang menyakitkan.
Grep.
Pria itu mencengkeram bahu Selena. Kemarahan jelas terpancar di wajah dan matanya. Kedua bola matanya memerah karena marah bercampur air mata.
"Kau pasti mengusirnya! Kau pasti menghinanya lagi seperti dulu! "
Travis mendorong Selena hingga terjatuh. Hal ini menyebabkan Selena menangis. Dia berteriak histeris lalu memaki Travis. Perlahan Selena berdiri, dengan tertatih-tati ia menuju Travis dan tertawa. Percampuran antara menangis dan tertawa membuatnya terlihat mengerikan.
"Hehehe... Mengapa kau hanya menyalahkanku Travis? Kau menyalahkan aku ketika aku menghina Pamela waktu dia masih disini? "
Pertanyaan Selena menghantarkan Travis pada ingatannya ketika Selena menghina Pamela selesai makan malam dengan dirinya di waktu Valentine.
Flashback on.
Malam itu dihari perayaan kasih sayang, Travis membawa Selena datang ke rumah. Mereka pulang setelah merayakannya dengan makan malam. Tanpa diduga teman-teman Travis ikut datang ke rumah Travis. Mereka menerima undangan dari Travis yang ternyata dari Selena. Selena mengirimkan pesan lewat ponsel Travis.
Mendengar suara bel pintu berbunyi, Pamela yang sedang hamil tiga bulan segera membukakan pintu. Dia awalnya senang karena Travis pulang cepat hari ini.
"Selamat data-- " Ucapan Pamela terhenti ketika melihat Selena menerobos pintu dan menggandeng Travis. Tak lama kemudian Clark, Inoe, Keyba dan Steward datang ke rumah. Mereka membawa pasangan mereka masing-masing. Semuanya masuk ke rumah dan tertawa senang.
"Hei, mana pestanya? Mengapa tidak ada apapun? " tanya Clark.
Selena menyeringai melihat tujuannya terpenuhi.
"Well, semuanya memiliki pasangan, jadi apa peranmu di sini Pamela? "
Pamela terdiam. Dia tidak ingin ribut dengan kekasih suaminya. Lagipula ini hanya sementara, mengapa dia harus bertengkar dengan Selena. Sayangnya ucapan Selena semakin lama semakin menyakitkan.
"Oh aku lupa, kau hanya jalang yang menjebak Travis ku agar menikahimu. "
Seluruh orang yang hadir terkejut dengan ucapan Selena. Mereka tidak mengira jika Selena akan menghina Pamela.
"Aku tidak--"
"Tidak apa? Aku tau kau mengincar Travis karena kaya. Lihatlah pakaian yang kau pakai, bahkan ayahmu tidak mampu memberikan satu setel pakaian bermerek seperti itu, " ucap Selena.
"Baiklah Pammy, jika kau tau diri maka pergilah ke belakang. Siapkan pesta untuk kami. Kau tidak lebih dari pembantu disini. "
"Tunggu apa lagi. Cepat pergi dan siapkan jamuan kami. " Selena berkata dengan nada mengejek. Dia sangat puas karena bisa menghina orang sudah memisahkan dirinya dan Travis secara paksa.
"Maaf, kami pergi saja. Sebenarnya ada rencana pergi makan malam berdua. Kami kesini hanya sebentar, " ucap Clark. Dia menatap kecewa pada Travis.
"Tapi... "
"Aku juga. Maafkan, ini malam spesial, kami ingin merayakan berdua, " Inoe berdiri dari kursi, ia menyeret Stevent keluar.
Tindakan Inoe dan Clark diikuti oleh Keyba dan Steward.
"Apa kau puas! Lihat, tamu-tamu pergi karena kau! "
"Kau memang nama lain dari masalah, pasti anak diperutmu juga akan menjadi masalah! " Selena marah-marah dan berteriak pada Pamela. Dan di sudut sana, Travis hanya acuh tak acuh.
Flashback off.
Normal Pov.
Selena menyeringai ke arah Travis. Dia tidak lagi memperdulikan masakannya yang gosong.
"Mengapa Travis? Kau ingat kalau kau juga bersalah karena hanya diam saja saat itu Travis. "
"Kau juga menyakiti Pamela sama buruk denganku!"
Selena akan melanjutkan ucapannya sebelum terdengar suara yang memotongnya dari arah pintu.
"Hentikan ucapanmu Selena. Aku sungguh tidak menyangka jika kau seburuk ini."
Maria muncul dari ruang tamu. Kekhawatirannya pada Travis membawanya ke rumah anaknya ini. Syukurlah dia menuruti kata hatinya, jika tidak Skizofrenia Travis akan bertambah parah karena wanita ini.
"I-ibu, tapi Travis yang memulai semuanya Bu. Dia yang menyakitiku lebih dulu! " teriak Selena. Dia agak gentar melihat pandangan dingin Maria padanya.
"Apakah Selena pernah bersikap sepertimu meskipun kau hina? "
"Aku, aku... "
Maria melirik Travis yang memiliki tatapan kosong. Hatinya sakit melihat putranya tertekan seperti ini.
"Aku akan mengirimkan surat perceraian, kau tidak akan pernah diterima menjadi bagian keluarga Manex. "
Selena mendengus sinis. Dia memang tidak tahan lagi dengan semua ini. "Apa kau kira aku sudi terus menikah dengan orang tidak waras seperti dia. ''
"Diam. "
"Mengapa? Apa kau mau menyangkal jika putramu ini sudah gila. Lagipula mengapa aku harus menghabiskan masa mudaku dengan pria gila sepertinya. " Wanita itu segera meninggalkan Maria dan Travis di dapur. Dia sudah lelah dengan semua ini. Dan dalam hati dia kembali mengutuk Pamela yang menghancurkan segala rencananya.
Tak lama kemudian Axton tiba di rumah Travis bersama dengan dokter Patern. Sudah waktunya Travis mendapatkan pertolongan medis. Dia harus lepas dari bayang-bayang rasa bersalahnya.
Indera penciuman menangkap bau tidak sedap, Maria segera menuju panci gosong dan mematikan kompor. Aroma gosong dari bubur yang Selena buat membuatnya membuka jendela.
"Kau baik-baik saja, Nak? " tanya Maria pada Travis.
"Apanya yang baik Bu? Dadaku sangat sesak, apa yang Selena ucapkan memang benar. Aku tidak pernah membela Pammy saat dipermalukan Selena. Aku hanya diam saja. "
Maria mendesah, dia memeluk Travis dengan sayang. "Tetapi aku tidak salah Bu. Tadi malam aku benar-benar memeluknya. "
"Iya, aku tau. Oh iya, ibu punya teman yang bisa membantumu. Namanya Jessica Patern, kau mau bertemu dengannya kan? "
Travis mengangguk meski tatapannya masih kosong.
"Anak baik."
Sementara Travis melewati pagi dengan buruk. Pamela nampaknya mengalami hal yang baru baginya. Hal baru bagi Pamela adalah jika biasanya dia bangun pagi dan menyiapkan sarapan dan segala hal bagi keluarganya. Hari ini dia justru yang dilayani. Sesuatu yang mengejutkan baginya yang terbiasa melayani orang lain.
"Pagi sweetie, " sapa Dei.
"Tuan pirang, kau yang menyiapkan ini semua? "
"Tentu saja, " jawab Dei. "Tunggu dulu, apa kau yakin jika kau baru saja merangkak dari tempat tidur? " tanya Dei dengan mata biru keabu-abuanya yang menyipit. Tatapannya yang tajam sekaligus lembut membuat Pamela salah tingkah.
"I--ya. Memangnya kenapa? "
"Mengapa kau terlihat cantik meski baru merangkak dari ranjang. Oh ini sungguh tidak adil, aku harus mengirimkan surat protes bagi siapapun yang melahirkanmu. Sebab dia melanggar hukum dengan melahirkan gadis secantik dirimu. "
"Gombalan yang bagus tuan pirang, " sahut Pamela. 'Sayangnya ini hasil operasi. '
Dei tergelak, wajah merona Pamela sungguh menggemaskan. "Baiklah, sarapan lebih dulu baru aku akan menunjukkan kata gombal sesungguhnya, " cetus Dei.
Pamela mengangguk. Sungguh pria ini membuatnya mengawali hari dengan ceria. Sayangnya gombalan Dei tadi membuat Pammy kembali teringat pada keluarganya.
'Aku merindukan mereka. '
"Oh Patri, kau membuatku patah hati, " ujar Dei tiba-tiba.
"Mengapa? "
"Sebab kau nampak sedih meskipun ada pria tampan, menawan dan baik hati di depanmu, " jawab Dei dengan cengirannya. Pria itu hanya memakau kaos tanpa lengan yang membuat lengannya yang berotot terlihat sempurna. Pamela yang baru pertama kali melihat lengan indah pria secara dekat diam-diam mengaguminya. Yah meski Dei bukan pria pertama tetapi dia tidak pernah melihat Travis tanpa busaha. Bahkan ketika melakukan hal itu dia tidak ingat karena mabuk.
"I-tu... "
"Tidak masalah sebab kau sekarang tersipu. Ya Tuhan, kapan kau bersedia menerimaku agar cepat menikahimu sweetie? "
Pamela tersentak, dia lupa jika harus mengatakan pada Dei tentang siapa dirinya.
"Dei, ada yang harus aku katakan padamu. "
"Katakan saja."
"Dei aku serius. Sebenarnya aku bukanlah--"
"Patricia Broklyn. Kau adalah gadis yang ditolong paman Sean saat mengalami kecelakaan. "
"Eh? Kau tau semuanya? "
"Aku detektif nona, kematian Patricia aku ketahui secara tidak sengaja dan peristiwa kecelakaan yang menimpamu juga aku ketahui secara tidak sengaja. Saat ada telepon dari pengendara jalan jika ada kecelakaan, aku segera mendatangi lokasi. Anehnya tidak ada korban dan laporan dari pihak manapun. "
Pamela menatap Dei dengan serius.
"Ketika aku telusuri ternyata paman Sean yang menyelamatkanmu. "
"Lalu, mengapa kau tidak menghentikannya? "
"Kurasa kau juga tau jawabannya. Dia sangat merindukan putrinya yang juga tunanganku. Kami hanya bertemu sekali, dia tidak seceria dirimu. Yah meski aku melanggar peraturan tetapi aku juga tidak ingin menghancurkan harapan paman Sean. "
"Jadi, ini artinya kita tidak terikat pertunangan, kan? "
"Apakah aku seburuk itu? "
"Apa? Tidak sama sekali. Sebaliknya kau sempurna dan menyenangkan. Sungguh... "
"Jadi mengapa kau tidak ingin bertunangan denganku? "
"Itu karena --"
"Tidak, aku ingin tetap menjadi tunanganmu. Siapapun dirimu kau harus bertanggung jawab karena mencuri hatiku. "
"Heeee? "
Dei memegang tangan Pamela. Matanya menyorot tajam pada Pamela.
"Beri aku kesempatan Patri, aku pasti membuatmu jatuh cinta. "
Deg.
Baru pertama kali Pamela mendapatkan perlakuan manis seperti ini. Jantungnya seakan ingin meledak karena malu. Dia takut akan terbiasa dengan perlakuan romantis Dei.
Tbc.