chapter 8

1027 Kata
Eara hanya bisa menatap Dera dengan melas, dia tak bisa melakukan apapun karena tangannya sudah di cengkram seorang pengawal. Adrel sudah menarik Dera dan dia tidak bisa melihat apa pun yang Adrel lakukan pada sahabatnya itu. Demi Tuhan! Eara tidak tahu iblis apa yang merasuki pria itu. Dia seperti tidak memiliki hati dan perasaan. Eara ingin pergi mengikutinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun, karena pengawal itu mencengkram bahunya dengan keras. Dia hanya bisa menangis. Dan berharap Tuhan masih menyelamatkan Dera dari iblis itu. Dia rela untuk menjadi tumbal Adrel, asalkan Dera baik-baik saja.                 Dari tempat Eara ia seperti mendengar suara yang amat keras, membuat Eara semakin ingin berlari untuk melindungi Dera. Dia tidak tahu apa yang dilakukan pria itu, sampai akhirnya ia mendengar suara seseorang yang dilempar ke kolam renang. Eara tak memperdulikan luka memar yang semakin sakit karena cengkraman pengawal, dia terus berusaha untuk memberontak. Tangisannya semakin terdengar keras, bersamaan dengan teriakkannya yang terus memanggil Dera. Dia ingin melihatnya dan melindunginya. Walau hanya suara yang ia dengar, tapi ia bisa membayangkan apa pun yang Adrel lakukan pada Dera. Seluruh bayangan buruk terputar di kepala Eara. Hingga pria tak berperasaan itu kembali dengan wajahnya yang terlihat gelap.   Pria itu mengambil Eara dari pengawal, menarik tangannya dan menaiki tangga besar dan memasuki kamarnya. Kamar yang langsung terkunci itu, mengingatkan Eara dengan ketakutannya. Dia mencoba memberontak. Dia membenci pria ini. Pria dengan hati batu yang tidak akan segan untuk menyakiti siapa pun. Eara berusaha untuk menendang saat pria itu mencengkram tangannya. “Lepas!!” teriak Eara. Dia tidak ingin tubuhnya di sentuh orang pria gila ini lagi. Dia iblis! Dia tidak memiliki perasaan! Dia b******n sialan yang bisa melakukan apa pun semaunya. Eara berusaha mengelak dari cengkraman Adrel dan mendorong pria itu yang menindihnya. Eara menatapnya dengan kebencian. Tuhan selalu memberikan hati pada setiap manusia, sementara manusia dihadapannya ini seperti melupakan kasih Tuhan dan menutup hatinya.   Dorongan Eara membuat Adrel semakin gelap mata, Adrel kembali menarik tubuh yang berusaha menghindar. Dia merengkuhnya dengan sangat erat dan memberikannya ciuman pada bibir Eara dengan kasar. Dia membawa tubuh Eara memasuki kamar mandi, masih dengan menghimpit dan melumat bibir wanitanya. Dia menyatukan kedua tangan Eara dan mengikatnya di besi pancuran air. Adrel memutar tuas air, tanpa perlu mengatur air, dia membiarkan tubuh itu terguyur air dingin.             “Wanita b******k! Jalang! Sialan kamu Eara!” maki Adrel. Dia meninggalkan tubuh itu di dalam kamar mandi. Dia semakin membenci wanita yang terus berada di kepalanya sejak kemarin. Seberusaha apa pun dia mengenyahkannya, tetap saja wajahnya terus beputar. Adrel tidak akan jatuh pada seorang wanita, tidak akan pernah lagi. Seluruh wanita yang ada dalam hidupnya hanya akan menyakitinya, hanya akan membuatnya semakin lemah dan terlihat seperti orang bodoh. Dia tidak ingin menjadi lemah hanya karena seorang wanita. Dan dia akan menunjukkan siapa Adrel Garwine pada semua wanita yang berusaha untuk melawannya. Dan ia akan menghancurkan seluruh wanita jalang yang mengganggu hidupnya, karena baginya, wanita tidaklah berarti. Hanya alat pemuas yang akan dia buang pada pengawalnya di saat dia sudah mulai bosan. Adrel duduk di meja kerjanya. Membiarkan detak jam berdetak, melupakan dua wanita yang benar-benar membuatnya semakin gila.   Adrel mengeluarkan satu pigura di dalam laci. Foto yang ingin dia singkirkan, tapi sayangnya hatinya masih melarangnya. Sebuah keluarga utuh. Hanya ada dia, ibu, dan orang yang dia panggil ayah. Sampai pria itu menghancurkan seluruh kebahagiaan keluarganya, menghadirkan seorang setan kecil yang membuat ibunya menjadi gila karena alkohol, obat penenang, dan hingga akhirnya dia mati overdosis.   Adrel melempar satu pigura itu, berusaha untuk melupakan seluruh luka yang pernah dia alami. Dia ingin membenam seluruh perasaan hancurnya. Walau pria itu sudah mati, tapi tetap saja bayangannya membuat Adrel tak pernah tenang. Kebohongannya, penghianatannya, dan perjanjian yang terpaksa harus Adrel tepati. Dia beranjak dari bangkunya, menatap keluar jendela, semua orang sudah berusaha mengangkat tubuh gadis sialan itu dari dalam kolam. Entah dia sudah mati, atau Tuhan masih mengizinkannya untuk membalaskan seluruh dendamnya.   Dia sangat membencinya. Dia sangat menginginkan kematiannya. Tidak butuh alasan untuk menyakitinya, tapi sedikit saja hal yang dia lakukan dapat membuat Adrel melakukan apa pun untuk melukainya. Karena setiap kali dia dapat melukainya dia seperti mendapatkan kepuasan. Adrel kembali menutup gorden kamar, mengambil vodka yang tergeletak di meja dan menenggaknya. Semuanya benar-benar membuatnya menjadi sangat gila.   ****   Adrel mengangkat tubuh Eara dan merebahkannya di kasur. Sudah lebih dari tiga jam perempuan itu berada di dalam kamar mandi dengan tubuh yang terguyur air dingin. Dan sebentar lagi dia pasti akan mati jika Adrel tidak mengeluarkan wanita itu dari sana. Dia masih membutuhkan kehangatannya. Jadi dia memilih untuk membawa keluar wanita ini keluar dari kamar mandi.  Adrel merebahkan Eara di kasur setelah melepaskan seluruh pakaian perempuan itu dan menyelimutinya dengan selimut tebal.   Tubuh wanita itu menggigil dan suruh tubuhnya sangatlah tinggi. Dia mematikan pendingin ruangan dan menggantinya dengan penghangat ruangan. Adrel sendiri melepaskan kemejanya, dan bergabung dengan Eara di kasur. Setelah melepaskan seluruh pakaian wanita itu, kini ia memeluk tubuhnya. Mengantarkan hangat pada tubuh wanita itu yang sudah menggigil. Adrel ingin mengacuhkannya, dia ingin membiarkan wanita itu berada lebih lama berada di dalam. Tapi rintihannya mengganggu Adrel. Dengan terpaksa ia melepaskannya.   Baru saja Adrel merebahkan tubuhnya, wanita itu langsung merengkuh tubuhnya dengan erat. Seakan dia mendapatkan sebuah kehangatan dari tubuh pria itu. Adrel menatap wajah Eara, kelopak matanya tertutup rapat. Alis yang tipis, namun terbentuk dengan sempurna. Hidung mancung dan bibir merah tanpa lipstik. Adrel menarik napas dan menghelanya, wanita ini sudah membuatnay semakin gila. Dia membiarkan wanita ini beristirahat dan menikmati tubuhnya saat ini. Karena setelah ini dia harus membayarnya dengan tubuhnya.             “Ibu... ibu...” erang Eara. Wanita itu terlihat menitikkan air mata dan Adrel kembali memperhatikannya. Dia tidak pernah mempedulikan wanita ini saat dia meminta untuk melepaskannya. Tapi baru kali ini dia melihat dan merasa iba dengan air mata wanita ini. Adrel merasa otaknya sudah semakin tidak waras. Dia ingin memejamkan matanya, tapi erangan dan pelukan wanita ini membuatnya semakin gila. Adrel pun menghadapkan tubuhnya pada Eara dan membalas pelukan wanita itu. Mencium wangi tubuhnya yang seperti bayi dan merasakan tubuh wanita ini yang teramat sangat ringan. Dia akan menyuruh Dorothy untuk memberik porsi makan lebih pada wanita ini. Walau dia memiliki d**a yang cukup untuk memuaskannya, tapi tubuhnya terlalu kecil.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN