Element #3

1197 Kata
“Semakin kamu melawannya, kemungkinan besar akan semakin besar juga kekuatan di dalam tubuhmu.” Sara menatap Arga yang duduk di sebelahnya, kemudian tersenyum kecil. Dia menempatkan tangannya di depan wajah, kemudian membolak – balikkan telapak tangannya. “Ini.” Ucapnya, “jarang sekali orang yang memilikinya. Aku sudah mencari kebeberapa tempat selama liburan kemarin.” Arga juga menatap Sara yang tersenyum sedih, “dan tidak menemukan titik terang, darimana ini berasal dan tidak bisa dihilangkan juga.” Lanjut Sara. Tangan Arga kini menangkup tangan Sara, “percayalah, ini semua akan ada jawabannya suatu saat nanti. Dan tentu saja, kamu sendiri akan puas dengan jawabannya.” Sara tersenyum. Hangatnya tubuh Arga disalurkan melalui tangannya ke tubuh Sara. Mereka berdua baru saja selesai berlatih pertarungan. Dan keduanya memang sering melakukannya. Melatih beberapa gerakan dan tentu saja fisik mereka harus terjaga. Sara mengangguk, “aku hanya perlu belajar banyak untuk tidak menimbulkan masalah dengan hal element ini.” Ucap Sara. Arga mengangguk membalas anggukan Sara tadi, “jika kamu menemukan orangnya, apa yang akan kamu lakukan?” Diam. Sara diam sambil berfikir. Sebenarnya, Sara tidak pernah berfikiran sampai ke sana. Hanya saja, pertanyaan dari Arga ini membuat dirinya merasa bingung juga. Apa yang akan dia lakukan jika dia menemukan walau hanya satu orang yang memiliki kekuatan seperti ini? Dan bagaimana jika sebenarnya, semua orang bisa menggunakan element seperti dirinya? Mereka hanya malu dan menjadikan aib untuk keluarga mereka. Karena itu adalah hal aneh. Sama dengan perasaan Sara sekarang. Rasanya, Sara ingin menghilangkannya karena ini aneh. Hanya dia yang memiliki hal semacam ini. “Entah. Hanya saja aku penasaran dengan dari mana hal ini bisa terjadi dan tentu saja aku ingin mencaritahu bagaimana cara menghilangkannya.” Kata Sara setelah mengendikkan bahunya tidak acuh. Arga kini menatap Sara, tangannya menggapai anak rambut di pipi Sara. Membawanya ke arah telinga Sara dan menyematkannya di sana, “bagaimana jika tidak ada cara untuk menghilangkannya?” Sara terkekeh, “jangan membuat aku berfikir keras dulu, Arga.” Kata Sara, “aku harus fokus ke pendaftaran sekarang.” Karena Sara terkekeh, itu juga membuat Arga terkekeh, “okey – okey,” kata Arga di sela – sela terkekehnya, “sori, aku kira permbicaraan ini akan berujung dengan pertengkaran.” Kerutan di dahi Sara mengisyaratkan jika dirinya tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Arga di kalimat tadi. “Joseph dan Gracilda contohnya,” ucap Arga membuka pembicaraan lagi, “mereka selalu bertengkar jika ada salah satu di antaranya tidak mengerti apa – apa dan yang satu bertanya tentang masalah yang sama.” Sara mengerti sekarang, “mereka memang seperti itu.” Ucapnya, “tidak ada masalah juga mereka bisa cekcok tanpa henti.” Arga menjadi teringat kejadian dimana Arga ada di tengah – tengah orang yang bersahutan dan terus berteriak di samping kanan dan kirinya. Dirinya terjebak di sana karena Joseph memintanya untuk menerangkan apa yang di maksud Joseph kepada Gracilda namun, Gracilda tidak menerima apapun lagi. Dan pada akhirnya, mereka terus saja beradu mulut. Walaupun Arga meyakinkan diri bahwa itu bukanlah masalah serius seperti pembicaraan Arga dan juga Sara tadi. Dan Arga tidak bisa mengingat masalah apa yang terjadi saat itu saking banyaknya masalah di dalam hubungan Joseph dan Gracilda. “Apa ada misi lagi sebelum pendaftaran di buka?” Tanya Sara pelan. Arga menggeleng, “kamu bebas sampai hari pendaftaran.” * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * “Tidak bisa seperti itu, Sara.” Orang yang tadi di sangat menentang keputusan Sara. Lantas Sara diam kemudian menatapnya dan tersenyum kecil. “Kenapa?” tanya Sara lagi. Sekranag Prof Gamma yang berdiri, “tidak bisa keluar setelah gerbang di tutup Sara.” Sara duduk santai di kursinya. Dia duduk di depan ayah dan kakeknya. Dia hanya meminta ijin keluar sebentar. Sara juga tidak ada misi sampai pendaftaran di luar. Dan tentu saja, Sara memiliki alasan khusus untuk keluar akademu. “Semua orang sudah masuk ke akademi, Sara. Kamu tidak bisa keluar sekarang.” Ucap ayahnya. Sara mendesah kecil, “aku tanya kenapa?” Sara sedikit menekankan perkataannya di bagian akhir kalimatnya, “lagi pula, aku hanya berkeliling sebentar.” “Kemana kamu akan pergi?” tanya ayahnya, “dan alasanmu untuk pergi kurang masul akal.” Lagi, Sara tersenyum kecil. “Aku pergi untuk menambah ilmu. Aku akan pergi ke perpustakaan.” “Kenapa butuh waktu tiga hari?” Sara memutar bola matanya lalu melipat tangannya di depan d**a. “Belajar itu tidak memandang waktu.” Kata Sara, “jika tidak boleh, aku tidak akan berkembang di sini.” Lanjut Sara. Ayahnya kini ikut berdiri seperti kakeknya, “sebenarnya, apa yang akan kamu cari, Sara?” Tarikan nafas lelah dari Sara kini membuat ayahnya sedikit takut. Sara sebenarnya sudah bisa mengendalikan kekuatannya, sudah bisa mengontrol kepribadiannya namun tetap saja, Sara bisa saja mengancam kehidupan seseorang jika sudah lepas kendali. “Yang tidak ada di sini.” Kata Sara sambil memainkan air putih di depannya. Kemudian mengangkatnya ke atas lalu di masukkan lagi ke gelas kosong milik ayahnya. “Apa aku salah?” tanya Sara lagi. Ayahnya kembali menggeleng, “kamu tidak akan mendapat apa – apa di luar sana. Dan kamu akan keluar dengan sia – sia, Sara.” Sara berdiri, “jika tidak di coba di cari tahu mungkin tidak akan mendapat apa – apa. Setidaknya, aku sudah berusaha untuk menyimpan rahasia ini.” Kata Sara dengan nada datar lalu berjalan menuju keluar, “jika tidak diijinkan tidak apa – apa.” Ayahnya menatap sara yang sedang membuka pintu, “ah.” Kata Sara seperti lupa sesuatu, “sampai jumpa hari Sabtu.” Ayah dan kakeknya justru menggeleng setelah Sara menutup pintu besar di sana. Ketika Prof Gamma terduduk, terjadi benturan di luar ruangan yang mengharuskan Prof Gamma berdiri lagi kemudian mengikuti ayah Sara yang sudah keluar terlebih dahulu. Ini akademi pertama, dan mungkin itu hanya kesalahan beberapa muridnya di tempat yang mana dijadikan tempat uji coba. Namun, pikiran Prof Gamma di patahkan oleh apa yang sudah di lihatnya sekarang. Sara ada di sana. Di tengah lapangan latihan menggunakan beberapa kekuatan elementnya sambil tersenyum kecil ke arah ayah dan kakeknya itu. Sara melakukan hal itu dengan mudah. Mengangkat batu besar, mengangkat air yang sepertinya di ambil dari air mancur, ada angin di sekitar tubuhnya dan juga ada api di atas kepalanya. Prof Gamma bergumam kecil, “kekuatannya tidak bisa di anggap remeh.” Peryataan itu di angguki ayahnya Sara. “Dia sepertinya akan segera tahu, darimana kekuatan seperti itu muncul dan bagaimana cara menghentikan siapapun yang punya kekuatan yang sama.” Prof Gamma mengangguki pernyataan dari ayahnya Sara. Dan Sara mengangguk setelah mengembalikan semuanya dengan normal. Membungkuk memberi hormat dan tentu saja tersenyum miring saat pergi dari sana. Semua orang yang menonton di buat takjub dengan apa yang tadi dilakukan Sara. Ada kemungkinan, Sara melompat dari lantai empat ini ke arah sana. Karena jika dihitung dengan logika, tidak sampai beberapa menit, Sara sudah sampai di sana. Bahkan dalam hitungan detik. Tentu saja benar. Sara tidak bisa di anggap remeh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN