“Kau akan keluar?”
Pagi itu Sara sarapan seperti biasanya, Sara sudah membicarakan hal tentang dia ingin keluar untuk mencari sesuatu yang sangat ia percaya akan ada di luar sana. Sara juga sudah meminta ijin pada teman – temannya.
Sara mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Gracilda tadi. “Sudah dapat ijin Prof Gamma sama ayahmu?” Tanya Gracilda lagi tidak meneruskan sesi makannya.
Sementara Sara masih mengunyah makanan yang ada di mulutnya kemudian menelannya pelan. “Sudah, walau sedikit paksaan.”
“Ah benar,” sekarang Joseph yang menimpali pernyataan dari Sara barusan, “apa yang aku dengar dari anak – anak sekolah saat kau mengangkat batu, air, api dan juga angin di sekitar badanmu, apa itu bentuk paksaannya?”
Semua orang sudah tahu jika Sara bisa melakukan itu. Sara sering kali berlatih dengan hal seperti itu saat orang – orang tidak ada. Atau bisa disebut, Sara berlatih sendiri untuk mengendalikan segala sesuatunya. Lalu, saat kemarin itu, Sara memperlihatkan semua pada seluruh orang yang ada di akademi.
“Kau sudah melihatnya sendiri, Josh.” Kata Rico menimpali apa yang ditanyakan Joseph.
“Benarkah?” Tanya Tara yang penasaran.
Kemarin, waktu kejadian itu Tara sedang ada di dalam misi bersama Arga dan juga teman lainnya. Tidak sempat menyaksikan itu secara langsung. Lalu sekarang dirinya penasaran.
Arga sendiri tidak terlalu penasaran, karena dirinya sudah pernah melihat Sara melakukannya, Setiap Sara berlatih hal itu, Arga selalu di sampingnya. Tentu saja untuk menemani Sara di sana.
Joseph menepuk keningnya sendiri, “benar,” katanya, “aku sudah melihatnya di rekaman CCTV lapangan tadi malam.”
Semua orang di buat terkekeh kecuali Sara. Sebenarnya, Sara sendiri tidak mau memperlihatkan hal seperti itu. Namun, Sara tidak punya pilihan lain. Saat Sara keluar dari ruangan meeting itu, dia tidak berfikir panjang dan langsung melompat ke bawah.
Empat lantai, Sara mendarat dengan baik dibantu dengan element bumi dan juga angin yang membuatnya mendarat lebih lambat. Lalu bagian yang mungkin saja menarik perhatian beberapa murid lain adalah benturan bumi dengan kaki Sara. Cukup keras namun menurut Sara dia bisa membuatnya lebih keras dari itu.
“Kau Arga,” kini semua mata beralih pada Arga yang masih saja memakan makanan di mejanya sambil sesekali memperhatikan Sara, Arga menatap kepada Tara yang bertanya, “apa kau setuju jika Sara keluar gedung?”
Sara menatap ke arah Arga, seperti menunggu jawaban. Arga menatap satu persatu temannya kemudian berhenti di tatapan dalam milik Sara.
Dia berdeham, “kalo aku, setuju saja.”
Dengan jawaban seperti itu, Sara tersenyum kecil.
“Dia kuat dan punya beberapa hal yang mungkin kita tidak punya,” kata Arga lagi, “dan aku yakin dia bisa menjaga dirinya dengan baik.”
Sara mengangguk menyetujui ucapan Arga barusan. Dan tentu saja, Sara akan berterima kasih pada Arga nanti. Terima kasih untuk sellau mendukung Sara apapun keadaan Sara, dan tentu saja mendukung apa kemauan Sara tanpa terkecuali. Hanya satu yang Arga selalu minta. Dia ingin Sara mencintai dirinya sendiri. Menerima dirinya dengan apa yang sudah di takdirkan. Arga juga meminta satu hal penting untuk Sara.
Mencintai diri sendiri itu sangatlah penting.
Arga sendiri selalu mengajarkan jika Sara adalah orang yang biasa. Orang yang seharusnya bersyukur sudah di berikan hal yang luar biasa. Arga juga sudah melakukan yang terbaik untuk Sara. Sekarang, saatnya Sara melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
“Jadi, kapan kau akan berangkat?”
Sepertinya Joseph ini adalah orang yang selalu penasaran dengan apa yang akan diperbuat seorang temannya. Dulu juga Joseph adalah orang yang sering mencampuri urusan orang lain. Dan Sara sebenarnya menyukai joseph yang seperti itu. Karena jika tidak ada Joseph, Sara mungkin harus memendamnya sendiri tanpa ada yang ebrtanya bagaimana keadaan Sara. Joseph sudah seperti Sara yang bisa membaca pikiran.
Joseph selalu saja tahu jika Sara atau orang lain yang membutuhkan dirinya untuk berbicara. Joseph sudah bisa membaca keadaan. Jika suasana canggung, Joseph sangat bisa mencairkan suasananya. Joseph adalah yang terbaik untuk situasi dimana orang – orang seperti Sara yang tidak bisa banyak bicara untuk diandalkan. Joseph yang terbaik di kelasnya. Untuk Sara.
Mungkin untuk Gracilda juga.
“Kau mengusirku?” Seru Sara.
Tidak. Sara tidak bermaksud untuk menyinggung keadaan Joseph. Sara sedang bercanda kali ini namun, sikap Joseph yang tersedak makanannya membuat Sara merasa bersalah.
“Bukan seperti itu maksudku.” Kata Joseph yang sudah menenangkan tenggorokannya, “aku hanya bertanya dan aku akan membantumu mempersiapkan alat untuk keluar.”
Sara tersenyum kecil kemudian menggeleng, “aku sudah menyiapkan semuanya.”
Joseph menganggu, “maaf, aku hanya bercanda.” Kata Sara.
Cengiran dari Joseph membuat rasa bersalah Sara menghilang seketika, “aku tau, aku mungkin agak berlebihan karena menanyakan hal yang sensitive.”
Sara menggeleng lagi, “tidak. Hanya saja kalimatmu kurang tepat.”
“Kenapa?” Balas Joseph.
“Harusnya kau bertanya, berangkat kapan?”
Yang lainnya menatap Sara bingung.
Itu membuat Sara menarik nafasnya, “memang tidak ada bedanya. Hanya saja, kalimat yang barusan lebih enak untuk di dengar.”
Arga mengangguk lalu tersenyum, “maaf aku tidak membantu membereskan apa – apa.”
Semuanya kembali focus kepada makanannya. Lalu Sara mengangguk ke arah Arga, “tidak apa – apa. Aku tidak membawa banyak barang.”
Di bawah meja, tangan Sara dan Arga bergandengan. Saling mengusap dan melepaskan kerinduan. Walau hanya satu malam, rasanya tidak ada Arga di samping Sara saat tidur aneh. Biasanya mereka menghabiskan malamnya bersama. Karena kemarin malam Arga di tunjuk untuk satu misi, jadilah Arga tidak menemani Sara tidur.
Arga dan tim lainnya baru pulang dini hari tadi. Sara bertemu dengan Arga saat Sara sedang lari pagi. Satu kebiasaan Sara. Lari pagi di saat semuanya masih bersembunyi di balik selimut tebal nan hangat.
Setelah acara makan pagi di kantin yang sangat ramai, Arga dan Sara kembali ke kamarnya. Sara dan Arga memang ada di satu kamar. Sudah mendapat ijin dari ayah dan Prof Gamma. Sara sendiri yang menginginkan hal itu. Setelah apa yang Sara perbuat untuk mengalahkan musuh besar dari Prof Gamma, Sara tidak bisa tertidur sendiri. Ada kekuatan yang bahkan Sara sendiri kaget itu ada di tubuhnya.
Sejak saat itu, Sara tidak bisa tidur dengan tenang kecuali ada Arga di sampingnya. Entahlah, Arga sepertinya punya satu kekuatan yang hanya untuk Sara. Menangkal mimpi buruk. Mimpi buruk yang Sara alami tidak sebanyak biasanya jika tidur bersama Arga.
Setidaknya sampai Sara memutuskan untuk tidak tidur jika tidak ada Arga di sampingnya. Sara tidak bisa tidur tentu saja. Ada satu titik dimana Sara takut menyakiti orang – orang di dekatnya. Sara tidak ingin menjadi monster. Sebenarnya, Sara juga tidak nyaman dengan kekuatan ini.
Hanya saja, Arga dengan lembut memberikan pengertiannya. Sangat baik dan lembut dalam pengucapannya. Sara juga mendapat pelajaran baik dari Arga.
Bahwa, mencintai diri sendiri tidak sesulit itu. Sara sudah melakukannya. Sampai pada titik ini, Sara tidak menyesali dengan segala yang sudah terjadi dikehidupannya. Sara sangat menghargai setiap menit di dalam hidupnya sekarang.
Sara sekarang adalah orang berbeda.
Bisa mengontrol kekuatannya. Pembaca pikiran yang selektif dan tentu saja pribadinya cukup baik jika dibandingkan dengan dulu.