Element #5

1148 Kata
Sara sudah menggendong tas kecilnya. Hanya ada beberapa alat yang mungkin saja dibutuhkan nantinya. Ada juga uang dan tentu saja tanda pengenal. Sara perlu alat – alat mata – mata dari teman lamanya Hito untuk berjaga – jaga siapa tahu di jalan nanti Sara membeutuhkannya. Ada beberapa alat yang modern di dalam tasnya. Dan mungkin hanya orang dari akademi ini saja yang bisa menggunakannya. Orang luar tidak mungkin bisa. Atau nanti Sara akan dapat kejutan dengan orang luar yang luar biasa? Entah. Itu urusan nanti. Arga ada di sampingnya ketika Sara berjalan untuk sampai ke lift yang akan membawanya turun lalu keluar dari gerbang belakang. Sebenarnya, yang di rasakan Arga adalah rasa was – was dan tentu saja khawatir. Namun, pacarnya ini adalah Sara Clayer. Mata – mata dengan sejuta kejutan dan keahlian. Dia akan bisa jaga diri di luar sana. Mungkin Arga tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. “Kau tahu kan? Aku akan datang kapan dan dimana saja kau memanggil?” Arga membuka pertanyaan untuk yang terakhir kalinya. Arga sendiri mengingatkan jika Sara di luar sana tidak sendiri. Dengan menekan tombol yang ada di jaketnya, dia akan langsung terhubung dengan Arga. Sara tersenyum kecil kemudian mengangguk sambil menepuk saku di dadanya. “Aku tahu.” Ucap Sara, “jangan mencari atau memata – mataiku, Arga.” Kekehan dari Arga membuktikan jika dia baru saja berniat seperti itu. Arga akan ikut keluar dan memata – matai Sara. Dan itu baru saja terlintas di pikirannya. “Sori, aku tidak bermaksud membaca pikiranmu. Hanya saja pikiran itu keluar dan terdengar begitu saja.” Kata Sara. Arga mengangguk. “Kau pernah bilang jika pikiran seseorang yang terdengar langsung ke telingamu adalah pikiran terbesar di dalam tubuh orang – orang yang ada di dekatmu, bukan begitu?” Sara mengangguk kecil, “ya. Dan aku tahu jika kau akan melakukannya jika tidak aku bahas di sini.” Keduanya berhenti tepat di depan pintu lift kemudian saling menatap. “Aku hanya ingin sendiri, kau tahu itu ‘kan, Ar?’ Arga mengangguk. “Jadi, biarkan aku menjadi orang biasa di luar sana.” Lagi. Arga hanya mampu mengangguk dan menatap Sara lembut. Saat pintu lift terbuka, dengan cepat Arga menangkup wajah Sara dan mencium bibir Sara lembut. Hanya satu kecupan. Dan setelah itu, Arga melepas Sara yang menghilang dari pandangannya saat pintu lift tertutup. “Hati – hati.” Kata Arga di dalam hati berharap Sara mendengar pikiran itu. Tentu saja, Sara mendengarnya dengan jelas dan dia tersenyum di dalam lift sendirinya. Kemudian mengangguk. Dia tahu jika Arga tidak akan melihatnya. Hanya saja, Arga akan tahu jika Sara sudah mendengar pikirannya. Pintu lift terbuka. Sara menarik nafasnya dan mulai berjalan ke arah gerbang belakang. Dan menyiapkan surat yang sudah di tanda tangani Prof Gamma dan ayahnya selaku wakil kepala sekolah di sini. Entah kapan, namun Sara merasa jika ayahnya berperilaku seperti wakil kepala sekolah secara tidak langsung. Bukan berbentuk surat seperti kertas biasa. Surat tersebut ada di ipadnya. Salah satu alat elektronik ciptaan Prof Gamma. Smartphone dengan bentuk transparan. Semua orang yang tinggal di sini sudah pasti mempunyainya.  Entah itu untuk melihat tugas, melihat nilai dan juga melihat jadwal. Semuanya dimanfaatkan dengan baik di sini. Dan salah satunya, mempelihatkan surat elektronik ke penjaga gerbang dan gerbang belakang pun terbuka. Lagi. Sara menarik nafasnya dan berkata dalam hati. “Well, im coming real life.” * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Sudah di ceritakan jika Sara adalah orang dengan kekuatan luar biasa. Selain itu, Sara juga memiliki beberapa kepribadian yang unik. Sara juga sudah bisa mengontrolnya dengan baik. Sudah bisa mengendalikkannya dengan sangat baik. Sara juga bisa mengganti kepribadian sesuai dengan keinginannya. Entah, namun yang pasti Sara bisa menjadi dirinya sendiri malam hari ini. Tujuan utama Sara keluar dari akademi selain mencari anak – anak yang akan mendaftar ke akademi dari awal, Sara juga ingin pengetahuannya bertambah dengan mengunjungi perpustakaan setempat. Sara pernah mendengar jika ada satu perpustakaan yang sudah lama berdiri. Tidak banyak yang mengetahuinya. Karena di zaman serta modern sepreti ini, banyak orang – orang yang ketagihan dengan gadget dan juga smart televisi yang bisa mencari tahu apa saja yang di butuhkan. Sebenarnya, Sara bisa saja mencari sesuatu itu di smart TV. Namun rasanya tidak sepuas dengan membaca buku. Perpustakaan di sana banyak mengandung sejarah dan banyak buku lama yang bahkan hampir tidak pernah di sentuh akrena kurangnya niat membaca dari masyarakat sekarang. Jika orang kaya dengan gadget, dengan smart TV- nya. Maka orang tidak kaya sibuk mencari uang untuk kebutuhan sehari – harinya. Dan Sara merasa seperti itulah kehidupan sekarang. Orang yang mencari tahu sesuatu dengan buku mungkin hanya beberapa. Adakalanya akan di anggap aneh oleh sebagian orang. Sara tertawa kecil dalam hati ketika hatinya merasa jika pemikirannya sejalan dengan apa yang sedang dia lihat. Orang berdasi dengan gadgetnya sambil berjalan. Orang bergaun bagus memakai jasa mobil dan orang yang kurang beruntung selain yang tadi disebutkan oleh Sara sibuk membanting tulang. Menyeka keringat dan sibuk mendesah berat. Tidak ada waktu untuk mencari tahu dengan membaca tentu saja. Hembusan dari mulut Sara membuat orang – orang yang di samping – sampingnya melirik ke arahnya. Kebanyakan dari mereka sama – sama sedang menunggu angkutan umum dengan gadget di stangannya. Sara memasukkan tangannya ke jaket dan berniat tidak ingin menarik perhatian orang lain lagi setelah tadi menghembuskan nafas saja salah di sini. Masyarakat di kota ini tidak banyak. Orang di sini banyak yang keluar kota karena masalah pekerjaan atau sekolah. Tentu saja membuat jumlah orang di kota ini semakin berkurang. Semua orang ingin kehidupan normal. Dan tidak pernah tertarik ke sekolah akademunya. Bukan mikiknya, namun akademi itu seperti rumah untuk Sara. Ada yang sangat ingin ke sana karena dua alasan secara garis besar. Satu, terlindungi. Yang kedua adalah tidak mampu lagi hidup di luar sini. Sekarang Sara mengerti kenapa mereka tidak bisa bertahan hidup di sini. Dunia dan kota ini kejam kepada orang yang kurang beruntung. Kejam kepada orang yang tidak menduduki jabatan. Kejam kepada orang lemah yang bisa saja di sakiti. Mata Sara beralih kepada orang yang sedang di tindas. Rambut panjangnya di jambak dan tubuhnya di dorong ke gang sempit. Sama – sama seorang perempuan. Yang menindasnya di temani kawan – kawannya. Selain Sara, orang lain sepertinya sudah menulikan telinga mereka dan membutakan mata mereka. Tidak ada satupun yang berniat menolong atau bersimpati. Sara sempat mendengar kata minta tolong dan Sara pikir itu adalah pikiran orang yang sekarang teraniaya. Tapi bukan. Sara mendengarnya dari suara yang keluar dari mulut kecilnya. Sialan, Sara tidak bisa membiarkannya. Sebenarnya, Sara tidak ingin mencari musuh di sini. Namun, yang jelas Sara tidak bisa membiarkan hal seperti itu begitu saja. “Apa ini yang di ajarkan di sekolah?” Kata Sara pelan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN