Sara sampai dengan selamat di perpustakaan. Tidak banyak orang seperti yang sudah Sara bicarakan dan pikirkan. Hanya ada beberapa orang, itu juga mereka membaca untuk keluar dari kota ini. Mempelajari seluk beluk kota lain dan tentu saja bagaimana keadaan di luar kota ini.
Mereka harus belajar untuk menyesuaikan diri dan juga tidak terlalu buta budaya. Padahal, di kota ini juga harusnya ada yang menceritakan. Tentang bagaimana keadaan kota ini atau bagaimana kota ini berdiri dan ada apa saja di kota ini. Namun, sayangnya orang di kota ini membaca juga sulit apalagi menulis.
Perpustkaan itu terdiri dari beberapa ruangan. Rak besar dan tinggi dan juga beberapa lantai. Besar dan penuh dengan buku. Tidak banyak orang namun Sara sendiri merasa nyaman.
Yang dirasakan Sara saat masuk ruangan demi ruangan di perpustakaan terbesar di kotanya adalah sepi dan nyaman. Sepertinya Sara akan sangat betah di sini. Membaca beberapa buku dan tentu saja mempelajari ilmu – ilmu baru dalam hal bela diri.
Reana sendiri sudah pergi ke sudut komputerisasi. Mungkin Reana sangat tertarik dengan benda keras namun bisa merentas seperti Rico dan juga Joseph. Di lihat dari Reana yang mengambil beberapa buku di rak dengan gambar jaringan komputer yang rumit dan membawanya ke meja panjang yang hanya dirinya yang ada di sana.
Sara sendiri berjalan ke arah sudut di mana ada beberapa buku sejarah tentang kekuatan fisik, mental dan juga element. Sayangnya, hal tentang element ini berusaha di sembunyikan oleh petugas perpustakaan di sini. Namun, Sara beruntung ketika penjaga perpustakaan itu mengenal Sara.
Dikenal dengan mata – mata yang super dan segala bisa, Sara tentu saja tidak bisa di lupakan karena dia beberapa kali menyelamatkan kota. Tidak ada yang mengenalnya. Hanya beberapa orang, orang yang membaca buku sejarah kota ini dan kebetulan penjaga perpustakaan itu yang menulisnya. Maka dari itu, Sara tidak di kenali orang – orang dengan tangan gadget.
“Sangat terhormat di kunjungi oleh anda, Miss. Clayer.”
Sara tersenyum dengan sambutan hangat itu. Lalu dia mengangguk, “bisakah aku membaca beberapa buku tentang element?”
Penjaga perpustakaan itu mengangguk, “ada beberapa namun jangan terlalu di percaya. Penulisnya tidak pernah ditemukan.”
Sara mengikuti ke arah manapun petugas perpustakaan itu berjalan lalu berhenti di beberapa kali rak.
“Jika tidak ada penulis. Darimana asal buku – buku yang ada di perpustakaan ini?” Tanya Sara.
Pria tua itu mengendikkan bahunya, “buku itu secara ajaib muncul di beberapa tempat. Di temukan oleh beberapa orang dan di kirim ke sini karena mereka tidak membutuhkannya.”
Sara menelan ludahnya, “apa kau harus membayar?”
Pria itu tersenyum kecil, “di zaman sekarang tidak ada yang gratis, Miss. Clayer. Semua pekerjaan pegawainya hanya membutuhkan uang untuk biaya sehari – hari.”
Anggukan dari Sara membuat pria tua itu tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga sedang mempelajari kehidupan kota ini.”
Sara sedikit mengangguk lagi. “Sedikit.”
Langkah Sara berhenti saat pria itu juga berhenti di satu rak besar dengan debu yang lumayan tebal. “Di sini buku yang anda cari, Miss. Clayer.”
Mata Sara melihat ke arah buku – buku yang benar – benar tampak seperti tidak pernah tersentuh oleh tangan. Satu tangan pun.
“Benar, Miss. Clayer. Orang – orang di sini tidak pernah masuk ke area ini. Apalagi menyentuh buku ini.” Pria tua itu seperti membaca pikiran Sara, “semua orang tidak tertarik karena dulu element adalah hal jelek dan merupakan aib.”
“Aku tahu.”
Sekarang giliran pria itu yang mengangguk, “silahkan membaca sepuasnya. Terbuka dua puluh empat jam untuk anda, Miss.”
Sara mengembalikkan anggukan pria itu, “terima kasih, tuan.”
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Sara menyandarkan dirinya di tembok di belakangnya. Dirinya seakan tidak mau menjauhi buku – buku yang sedang di bacanya. Meniup debu yang ada di buku itu, kemudian membuka lembaran pertama.
Di awal, Sara sempat kebingungan dengan dari mana dia harus mulai membaca. Tangannya terulur di buku tebal dan besar kemudian mengusap pinggiranya. Ada tulisan urutan di sana. Dari buku pertama sampai ke lima.
Sara membaca dari awal. Sara tidak pernah membaca dengan menyenangkan seperti ini. Sara sangat menikmati bacaan dimana dirinya banyak mempelajari beberapa ilmu baru di dalam dunia element. Di dunianya, Sara hanya mengenal jika element hanya sebatas dirinya selesai mengendalikan diri dari element itu saja. Namun, di buku – buku yang di abaca banyak sekali ilmu yang baru Sara ketahui.
Reana mengintruksi Sara yang menghabiskan waktunya di sudut gelap dengan pencahayaan dari luar jendela saja. Sara melihat Reana yang sepertinya sudah akan meninggalkan perpustakaan itu.
“Kau sudah mau pulang?”
Yang ditanya oleh Sara mengangguk kecil. Sara menyimpan buku jilid kedua itu di lantai dengan pelan. Seolah buku itu benar – benar berharga lalu berjalan mendekati Reana.
“Apa rumahmu di dekat sini?” Tanya Sara lagi.
Reana mengangguk ragu, “cukup dengan berjalan kaki.” Jawabnya.
Sara diam kemudian perutnya seolah memanggil untuk makan. Sara membereskan tempat yang tadi dia duduki lalu menggendong tasnya. Reana kebingungan karena Sara menariknya untuk keluar dari perpustakaan itu.
Sebelum Sara benar – benar keluar dari sana, Sara mendekati sang penjaga perpustakaan dan mengatakan jika dia akan keluar sebentar untuk mencari makanan. Dengan segala kesempatan, Sara tidak akan meninggalkan Gudang ilmu itu begitu saja. Sara akan kembali lagi ketika perutnya sudah kenyang.
“Untukmu, Miss Clayer, kau boleh makan di sudut yang kau inginkan. Yang harus di ingat untuk sampah dan hati – hati jika ingin makan di sana.” Ucapan penjaga itu membuat Sara tersenyum kecil. Lalu Sara mengangguk.
Sepertinya, Sara benar – benar di berikan kesempatan untuk belajar.
“Kau akan ikut denganku untuk pulang?” Tanya Reana.
Sara menatap Reana di sampingnya. Tanpa sadar Sara mengikuti kemana Reana pergi. Kemudian Sara berhenti tepat di depan minimarket. Cukup terpencil namun Sara melihat jika tempat itu menyajikan makanan yang bisa di bawa ke perpustakaan.
“Tidak.” Kata Sara membalas pertanyaan dari Reana. “Pulanglah. Hati – hati di jalan.” Serunya kemudian berjalan meninggalkan Reana di pintu depan supermarket.
Sepertinya, Reana juga harus segera pulang karena hari sudah semakin gelap.
Sara dengan tas dipenuhi makanan dan juga minuman itu kembali ke dalam perpustakaan. Lampu kuning yang semakin membuat Sara menyukai tempat sepi ini sangat cocok untuk Sara. Penjaga perpustakaan tidak ada di tempatnya. Mungkin dia mengembalikkan beberapa buku ke tempat asalnya.
Gendikkan bahu Sara membuat dia terkesan cuek. Dia kembali berjalan ke rak dimana tadi dirinya meninggalkan buku yang belum selesai di baca. Namun, Sara melihat penjaga perpustakaan itu terlihat seperti kesulitan untuk menyusun buku di rak bagian atas. Melelahkan memang. Rak besar dan tinggi itu bahkan tidak terurus. Apalagi, penjaga perpustakaan itu sudah tua dan cukup tua untuk membersihkan tempat ini.
Melihat hal seperti itu, membuat Sara mempunyai ide yang mungkin akan sedikit membantu orang tua yang mencintai buku seperti Sara mencintai Arga itu. Kemungkinan besarnya, Sara benar – benar akan membantu orang tua itu.
Sara akan menyelesaikan bacaannya dengan cepat. Sebelum dia mengantuk dan dia harus cepat mencerna buku itu. Walaupun sistem sekarang sangat canggih Sara menikmati membaca buku di tempat seperti ini.
Tersudut, tidak banyak orang, lampu kecil dan tentu saja bau buku usang itu membuat Sara ingin terus menerus membuka lembar demi lembar buku tersebut.
Rico dan teman – temannya sudah menciptakan alat salin buku. Dimana alat itu bisa menyalin dalaman buku secara cepat lalu di ubah ke dalam bentuk file dan bisa di baca kapan saja jika di butuhkan.
Mungkin Sara membutuhkannya nanti, sekarang Sara ingin menikmati hal ini terlebih dahulu.
Sampai pagi. Sara masih membuka matanya dan menutup buku jilid ke lima dari kumpulan buku yang ada di sana. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain membaca buku tanpa akhir.
Di akhir buku jilid ke lima, diharuskan dia membaca buku jilid ke enam dan jika ada jilid ke tujuh. Sara juga sempat bertanya pada penjaga perpustakaan saat pagi itu, dimana kata sang penjaga Gudang buku itu jika buku jilid enam dan tujuh belum ada yang menyerahkan.
“Aku tidak berniat mencari karena aku tidak terlalu membutuhkannya, Miss.” Katanya, “akan aku hubungi kau jika aku sudah menemukannya.” Kata penjaga itu menyerahkan ponselnya sendiri.
Sara dengan sangat mengerti kemudian memberikan barcode untuk saling bertukar pesan nantinya. Zaman ini tidak usah memberikan nomor telepon secara langsung. Screen barcode sudah sangat keren pada jaman ini. Simple dan tentu saja membuat kita tidak perlu menghafalkan nomor telepon. Keren?
Di cerita ini, Prof Gamma yang menciptakan aplikasi seperti itu.
“Tuan,” ucap Sara pelan, “aku sudah selesai membaca.”
Penjaga perpustakaan itu mengangguk sambil tersenyum, “kau sudah berusaha. Pulang dan beristirahatlah.” Katanya.
Sara mengangguk, “sebelum aku pergi, ijinkan aku untuk sedikit membantu.”
Setelah berbicara seperti itu, Sara mengendalikan element angina untuk menghapus debu. Pada buku ataupun tempat yang berdebu. Seakan semuanya sangat cepat di mata sang penjaga, ketika penjaga itu berkedip beberapa kali, perpustakaan tersebut rapi dan benar – benar bersih. Semua debu hilang, keluar dan mungkin akan lama untuk menumpuk debu seperti tadi.
“Element bukan aib. Element bisa membantu manusia. Itu harus di tuliskan ke jilid berikutnya di buku element.” Kata Sara, “bukan begitu, Mr. Klinton?”