CYT 02

1116 Kata
"Kenapa kalian egois, Putri? Riond?! Tidakkah kalian memikirkan kebaikan diri kalian? Mamah sudah tua loh, Riond! Reuz sama Inaya bagaimana? Putri juga sudah saatnya membangun rumah tangga sayang ... mamah hanya ingin kalian bahagia walaupun belum ada cinta yang kuat di antara kalian! Tolong pikirkan kembali hal ini ya nak," lirih wanita paruh baya itu sendu. Bohong jika Putri dan seseorang itu tak merasa sedih karena nyatanya ia benar-benar tak tega jika harus melihat orang lain menangis seperti ini, hanya saja apa yang wanita paruh baya itu katakan terlalu serius untuk dijalankan dan mereka tidak boleh sembarangan mengiyakan. "Ibu Elysa jangan begini ... ucapan yang anda bilang tadi itu agaknya terlalu serius dan saya gak boleh sembarangan mengiyakan masalah pernikahan jadi tolong mengertilah," ucap Putri serius. "Mah, pernikahan Riond pernah gagal dan untuk memulai pernikahan kedua itu bukan hal yang mudah dan harusnya mamah paham sama perasaan anak mamah ...," tutur seseorang itu datar. Seakan tak kehilangan rencana bahkan wanita paruh baya itu mulai mengeluarkan kartu asnya yaitu cucunya yang menjadi kelemahan dari putranya dan benar saja seseorang itu tak bisa berbuat banyak jika ibunya sudah berkata demikian. "Riond, mamah tuh paham sama perasaan kamu dan anak-anak loh, Sayang! Liat deh Inaya dan Reuz sudah semakin membesar dan mereka berdua butuh sosok ibu untuk tumbuh kembang yang baik nak! Kamu gak kasihan sama anakmu sendiri hm?" sahut wanita paruh baya itu serius. "Iya Riond paham mah ... cuma masalahnya pernikahan di bangun oleh kepercayaan dan dua orang harus menginginkannya! Riond mungkin bisa memikirkan Inaya dan Reuz terus gadis yang ceroboh itu juga berhak menolak pernikahan ini mah," ucap seseorang itu pasrah. Sementara Putri yang masih tidak bisa menerima hal sepihak seperti ini membuatnya mencubit lengan seorang pemuda yang menyebalkan dimatanya, bukannya marah atau mengusirnya pergi ia malah meminta gadis itu menuruti saja ucapan ibunya toh ia tidak akan rugi. "Ih lu apa-apaan sih malah melempar ke gue! Kok gak adil! Itu anak lu masa iya gue ikut mikirin! Masa keputusannya cuma sepihak sih! Terus masa depan gue gimana?! Gue gak mau jadi janda di usia muda woy! Harusnya lu tuh mikirin perasaan orang sedikit aja dong!!" omel Putri kesal. "Ya gue nikahnya sama lu ya keputusan di buat berdua kalo lu lupa! Gak adil darimana toh lu gak akan rugi dan ada keuntungan tersendiri untuk masa depan lu kok! Mikir lu kejauhan?! Siapa juga yang mau menceraikan lu! Gue akan memenuhi semua hal yang lu mau dan mana mungkin sih gue pengen rumah tangga gue hancur lagi! Dodol dah lu," ujar seseorang itu datar. Saat ini Putri benar-benar kehilangan kata-katanya dan rasanya apa yang diucapkan orang itu ada benarnya juga, tidak semua orang mau membantunya bahkan inilah kesempatan langka yang jarang dirinya bisa dapatkan. "Apa katanya gue gak akan rugi? Ada keuntungan tersendiri untuk masa depan gue? Gak akan menceraikan katanya? Jadi di mata dia gue serendah itu? Sebatas cewek yang butuh uang dia aja gitu? Mengenaskan sekali lu, Put! Belum apa-apa udah sedih begini masa," batin Putri sendu. Sejenak pemuda dan ibunya menatap gadis dihadapan mereka iba, tapi jarang ibunya bersikap sampai seperti ini jadi dengan perasaan bersalah pemuda itu menenangkan gadis yang terlihat sedang mengalami kesulitan ini. "Kadang dunia emang gak adil dan kesulitan selalu bisa terjadi kapanpun! Masalahnya hidup itu gak cuma soal mau atau gak aja ... perlu pemikiran lagi jadi lu tenang aja pokoknya gue akan melakukan semua hal yang terbaik demi lu! Lu gak perlu khawatir," tutur seseorang itu lembut. Merasa asing dengan situasi ini membuat Putri menghela narik nafasnya dalam lalu tidak lupa juga ia buang nafasnya dengan kasar, lagipula baginya ini hanya pekerjaan toh syukur-syukur pemuda itu akan bertemu dengan jodohnya sendiri jadi ia bisa bebas bukan. "Hm ... anggap aja gue setuju dan yaudah buat gue hal ini sebagai pekerjaan aja! Putri bersedia menjadi istri manusia ini dan ibu untuk dua bocah menggemaskan itu, tapi tolong tau batasan ya! Kalau nanti udah pernikahan lu ketemu jodoh lain tolong kasih tau gue ya," ujar Putri santai. Tak lama kedua bocah yang sejak tadi sedang menunggu jawaban kakak cantik yang ia senangi langsung saja berlari ke dalam pelukannya, sementara Putri yang tak siap di peluk secara tiba-tiba membuat gadis itu seakan kehilangan keseimbang tubuhnya. Beruntungnya pemuda yang berdiri di sampingnya menahan pinggangnya dengan sigap hingga membuat mereka bertiga terlihat seperti keluarga yang harmonis dan membuat wanita paruh baya itu meledek putranya yang terlihat jika wajahnya memerah karena malu. "Duh yang tadinya nolak eh meluk-meluk juga tuh! Ahahaha kalau begini jadinya mah ibu siapin fotografer biar punya foto keluarga yang harmonis ya ampun kalian gemesin banget sih! Mamah jadi gak sabar nunggu persiapan pernikahan nih," canda wanita paruh baya itu senang. Putri yang menyadari dirinya sedang berada dalam pelukan orang asing membuatnya bergegas membenarkan posisi berdirinya karena bagaimanapun mereka bukanlah kenalan apalagi teman yang akrab jadi Putri sangat mengerti jika dirinya harus sadar akan sikapnya pada pemuda itu. Di lain sisi pemuda itu juga menyadari dirinya terlalu gegabah dalam menolong gadis itu hanya saja ia khawatir anaknya bisa terluka jika gadis itu jatuh jadi ia berusaha menjelaskan dan juga memperkenalkan dirinya agar gadis itu tau untuk memanggil namanya. "Ngawur aja nih mamah! Riond cuma gak mau Inaya sama Reuz jatuh makanya bantuin gadis ceroboh ini ... gak usah berbicara omong kosong deh, mah! Anyways Riond belum kenalin diri ya? Gue Riond Arsyad Williams! Panggil aja Riond biar tau siapa nama gue dah," tutur Riond serius. Sebenarnya putri sangat enggan untuk memperkenalkan dirinya hanya saja ia sadar bahwa saat ini sudah tak ada jalan mundur lagi dan mau tidak mau ia harus memperkenalkan dirinya karena tidak mungkin jika pemuda memanggilnya dengan sebutan gadis "ceroboh" bukan. "Nah! Gue juga gak mau di panggil gadis ceroboh woy! Gue punya nama jadi lu inget baik-baik jangan sampe gue denger lu ngeledek gue! Nama gue Putri Iryana Arsy! Ke depannya jangan manggil nama gue kalo gak penting-penting amat! Inget ya gue juga sibuk," sahut Putri datar. Sebagai seorang ibu tentu saja hati Elysa ikut senang melihat respon putranya dan gadis yang sebenarnya cukup kasihan jika di pikir-pikir lagi, hanya saja Elysa tidak ingin melihat Riond terus-terusan sibuk pada kerjaannya dan melupakan tumbuh kembang putri cantiknya dan putranya yang menggemaskan. "Mungkin apa yang aku lakukan ini keterlaluan untuk mereka berdua hanya saja kasihan kalau Inaya dan Reuz tumbuh dalam ketidak harmonisan! Sosok ibu itu penting jadi akan lebih baik jika aku memilihkan gadis yang baik untuk Riond! Maaf ya nak, Putri ... maaf," batin Elysa sendu. Inaya dan Reuz yang senang dengan sikap ayah dan kakak cantiknya sudah terlihat membaik membuat keduanya menggenggam tangan Putri erat sambil mengajaknya bermain, tentu saja Putri menanggapinya dengan senang karena ia memang tak ingin berlama-lama dengan pria yang menyebalkan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN