Emma Daily Routine
Emma sudah bangun sejak 1 jam yang lalu sebelum alarm nya berbunyi. Ralat, mungkin hanya matanya yang bangun tapi badannya masih nyaman di balik selimut hangatnya.
"Emm... alarm kamu berisikkk.. matiin." teriak Seah dari luar pintu kamar Emma.
"Kamu yang berisik." jawab Emma ogah-ogahan yang akhirnya bangun juga setelah nge swipe layar untuk mematikan alarm.
Pikiran Emma masih ada di rutinitas pekerjaannya, job desc nya yang banyak, ruwet, semrawut dan harus dikerjakan bersamaan membuatnya sering kali menyesal memilih pekerjaan ini.
Emma mengambil handuk kemudian berjalan keluar kamar untuk mandi. Dia melihat Seah sudah rapi di kursi depan kamarnya sambil senyum-senyum sendiri menatap angka-angka di kalkulator hp nya.
"Semangat banget?" tegur Emma.
"Tanggal berapa cuuu... tanggal 15 ini, saat nya jadi orang kaya sehari." sahut Seah.
"Ohhh iyaaa... yaudah tunggu bentar." Emma langsung melesat kekamar mandi. Memangkas semua adegan mandi dengan sesingkat-singkatnya, pikirannya kini berpindah ke saldo ATM.
Sesaat kemudian dia kembali ke kamarnya, menutup pintu lalu meraih seragam putih dengan logo perusahaan dari gantungan baju di dalam lemari dan langsung memakainya, tak lupa memeriksa jadwal warna hijab yang ia tulis di samping cerminnya.
Senin : Hitam
Selasa: Merah
Rabu. : Peach
Kamis : Kuning
Jumat. : Pink
Sabtu. : Bebas
Jadi sebenarnya bukan aturan dari perusahaan tentang penggunaan warna hijab, melainkan aturan yang dibuat oleh SPV tiap gedung untuk menunjukkan kekompakan karyawan.
Perusahaan manufacturing Fashion Shoes ini sendiri memiliki 6 gedung yakni A-F dan tiap-tiap gedung memiliki bagian-bagian lain seperti, Cutting, Skiving, Preparation, Stitching, Gudang Semi, Gudang, dan Assembly,
Status Emma sendiri adalah Transfer line 8 dari gedung A3. Job descriptionnya adalah, menyiapkan pekerjaan sebelum naik produksi, mulai dari mengambil komponen dari preparation, mencatat kedalam buku kerja, mengecek kelengkapan komponen, menyiapkan material pendukung proses produksi, seperti, benang, latex, SBP (semacam cairan yang digunakan untuk membersihkan kulit bahan sepatu dari berbagai macam noda), Tolluene (cairan yang digunakan untuk mengencerkan lem).
Namun ada yang mengganggu pikirannya pagi ini, dan tentu saja membuatnya kurang fokus dengan perkataan Seah selama perjalanan menuju pabrik.
Kemarin di akhir kerja dia sudah mendaftarkan benang untuk artikel 4402 yang akan dikerjakan hari ini, sudah mengambil mal pattern (adalah mal yang digunakan untuk men-setting layout dari beberapa potongan pola cutting material kulit yang akan mengalami proses jahit) sudah mengecek semua komponen, juga sudah mengecek jumlah accesories yang bakal dipasang pada sepatu, namun ada satu yang tidak lengkap dari Preparation dept. satu komponen Vamp tidak ada dalam satu pasang.
Vamp adalah salah satu bagian dari potongan material kulit bagian depan, yang biasanya ada pada sepatu boot, semi boot, flatshoes dan high heels.
"Bengong aja, kenapa sih?" sambar Seah.
"Aduuhhh aku nggak ngerti deh Mbak Suci tuh gimana kerjanya, masa iya Vamp aku kurang satu, terus dia nggak mau diprotes, kemarin aku udah kesana, katanya lengkap dari prepare, yah GL ku mana mau tahu, pokoknya harus lengkap, mau cari kemana coba?" keluh Emma.
"Coba aja ke ruang trainning anak-anak jahit, siapa tau masih ada material serupa di sana bisa kamu minta terus bawa ke Skiving buat diproses." jawab Seah.
"Pinter kamu.. tumben?" ledek Emma.
"Yakali kamu nggak pernah pinter." balas Seah.
"Ya udah aku masuk dulu ya bye... selamat berjuang." pamit Seah masuk kedalam gedungnya.
Emma terlihat lesu memikirkan kemana lagi harus mencari material kalau di ruang training tidak ada, dia merapikan hijabnya kemudian masuk ke gedung tempat nya bekerja. Sudah ada GL nya disana.
"Tuh kenapa si emak, berangkat kepagian sih, mana komponen belum lengkap lagi duh." keluh Emma.
"Em... ini yang kamu sendiriin ini belum lengkap ya?" tanya GL bernama Azizah yang akrab dipanggil Emak oleh anak buahnya.
"Iya makk... aku kemarin udah komplain ke Transfer Prepare tapi dia ngotot katanya udah lengkap." jawab Emma sambil memonyongkan bibirnya.
"Ya udah usahain awal kerja udah lengkap ya, sekalian kamu ambil Conform Zanvara di ruangan pak Adrian." kata Azizah
Conform adalah sebuah visualisasi 3 dimensi yang sudah berupa sepatu finish good dan ok fitting by inspect yang dijadikan acuan dalam proses pengerjaan sepatu.
"Emang kita kerja Zanvara juga Mak? bukannya kemarin Bu Isna bilang mau dikerjain line 2 saja?" tanya Emma
"Halahhh mereka tanpa kita jadi lawan shift nya, bisa apa? emang suka tinggi sih ngomongnya."sahut Azizah.
Sirine panjang berbunyi menghentikan ghibah mereka, yang menandakan sudah dimulai jam kerja. semua harus berada di posisi masing-masing.
"Ya udah Mak aku mau jalan-jalan dulu, ada yang mau dititipin lagi nggak?" tanya Emma pada Azizah yang tengah mengabsen anak buahnya dengan mata nya yang berputar keseleruh penjuru line nya.
"Rere mana?" Azizah balik bertanya ke Emma.
"Nggak tau tuh Makk, nggak ada surat izin di mejaku." jawab Emma, dia berniat melangkahkan kakinya keluar sebelum banyak lagi permintaan dari GL (Group Leader) yang gila output tersebut.
"Emmmaaa... " panggilnya dari depan, rupanya Azizah sudah berkeliling dengan cepat dan telah sampai di front line.
"Iyaa..." jawab Emma menghentikan langkahnya.
"Benang nya mana?" tanya Azizah.
"Iya ini aku mau ambil." jawab Emma, sudah tidak heran jika di area produksi semua saling berteriak satu sama lain karena bisingnya mesin-mesin produksi.
Emma berlari-lari kecil mengambil keranjang beserta selembar Material Production (MP) dari atas meja nya menuju gudang benang yang berada di depan gedung A3.
Dalam satu lembar MP terdapat 4 departemen terkait yang membutuhkannya, salah satu diantaranya adalah departemen Emma, yakni Stitching, adalah bagian yang mengerjakan proses jahit material dan pemasangan accesories. Dalam hal ini yang termasuk dalam MP Stitching adalah, warna benang, warna colour, material include quantity dan jenis material, juga accesories.
"Itu tadi punya mu diambil anak A1 Emm..." kata Yuni staff gudang.
"Terus gimana mbak, kurang dong punyaku?" tanya Emma dengan panik.
"Kamu cari kloos nanti aku isikan lagi." jawab Yuni.
"Yaudah aku nitip bentar ya ini ada MP ku mbak, jangan sampai ilang aku mau ambil Conform soalnya."
"MP buat benang kemarin kan udah di aku Em...?"
"Bukan mbak, itu MP baru mau aku bawa ke pak Adrian." jawab Emma.
"Ohh.. yaudah sana buruan, ntar Jijah keburu nyanyi-nyanyi ke kamu." kata Yuni.
"Okkee mbak..." Emma segera berlari dan mengambil sebuah kloos dari meja penjahit yang sudah kosong."
Setelah menunggu beberapa saat, benangnya sudah lengkap, dia pun segera membawa kembali ke line nya.
"Vamp nya yang gak lengkap tadi size 37 ya Emm? buruan kamu lengkapi ya... ini anak-anak udah mau trial!" perintah Azizah.
"Okkke Mak..." jawab Emma.
Emma berjalan lagi meninggalkan tempatnya. Kadang dia merasa percuma punya tempat duduk tapi tak pernah merasakan duduk di jam kerja.
Emma menuju ruangan Adrian, Assistant Manager (biasa dibaca Asmen) gedung A, dia masuk kesana untuk mengambil Conform Zanvara sesuai perintah GL nya. Sampai di dalam dia melihat Adrian sedang sibuk dengan komputernya. Di sebelahnya ada staff cantik bernama Dita.
"Maaf pak, Conform Zanvara yang kemarin bapak ambil dari bu Isna dimana ya?" tanya Emma sambil mendekat ke meja Adrian karena dia tidak menemukannya di rak-rak tempat Conform biasa diletakkan.
"Oh ada didalam." jawab Adrian dia mendongak melihat ke arah sumber suara, matanya tampak menunjukkan binar saat melihat Emma yang berdiri di hadapan nya.
"Dit... tolong ambilin Conform Zanvara warna putih di ruang fitting Bu Wardah ya!" pinta Adrian pada Dita.
"Iya pak..." Dita beranjak dari tempat duduknya.
"Duduk dulu." Adrian mempersilakan Emma duduk.
Emma menarik kursi yang ada di hadapan meja kerja Adrian lalu duduk di sana. matanya sesekali melihat kearah pintu tempat Dita masuk tadi lalu melirik jam tangannya.
"Kamu dari gedung apa?" tanya Adrian matanya fokus memandangi Emma.
"A3 pak..." jawab Emma.
"Anaknya siapa?"
"Mbak Azizah." jawab Emma singkat, dia merasa tidak nyaman dengan tatapan Asmen ganteng di depannya itu.
Adrian mengendalikan dirinya untuk berhenti menatap Emma dan kembali fokus ke komputer di depannya.
"Kok lama ya pak, ada nggak sih?" tanya Emma karena sudah terlalu lama dia ada disini.
"Bentar tadi masih fitting sama Bu Wardah, kalau sudah approval pasti segera dibawa kemari."
"Yahhh aku buru-buru nih pak, mau nyari Vamp juga."
"Iya... maaf ya soalnya kemarin belum approv keburu dibawa Bu Isna." jawab Adrian dengan santai.
"Memang Vamp kamu kenapa?"
"Kurang dari prepare, tapi mereka nggak mau tahu pak."
"Bahan apa?" tanya Adrian
"Nappa." jawab Emma.
"Warna?"
"Bianco..." Emma menyebutkan warna putih dalam bahasa Italy.
"Size berapa?" tanya Adrian lagi.
"37 pak... dan bentar lagi mau trial." jawab Emma.
"Kamu disini aja dulu, jangan kemana-mana sebelum aku kembali." kata Adrian sambil melangkah meninggalkan meja kerjanya.
Beberapa saat kemudian Dita kembali dengan menenteng Conform yang dari tadi Emma tunggu.
"Ini..."
"Oh iya mbak makasih." ucap Emma. Dia masih duduk sambil memangku Conform atau sample berupa produk jadi yang sudah di approve oleh departemen yang bersangkutan.
"Looh nungguin siapa?" tanya Dita kemudian melihat Emma masih duduk disana.
"Pak Adrian bilang jangan kemana-mana dulu sampai dia kembali." jawab Emma sambil nyengir.
"Benarkah? memang dia kemana?" Dita terlihat antusias sambil mendekatkan kursinya kearah Emma.
"Nggak tahu mbak, tapi setelah bertanya-tanya tentang Vamp ku yang gak lengkap dia kabur." jawab Emma.
"Dia nanya apa aja?"
"Bahan apa, warna apa, size berapa?" jawab Emma dengan rinci.
"Bentar-bentar kamu Transfer yang bernama Emma Salsabila?" tanya Dita, yang justru membuat Emma penasaran.
"Iya mbak..."
"Ooohhh pantesan pak Adrian bucin mau nyariin vamp buat kamu, orang dia suka sama kamu Emma." kata Dita sambil tersenyum.
"Haaahhhh...." mulut Emma menganga dengan lebarnya.
"Serius Emm... tunggu aja sampai kamu percaya kata-kata ku." kata Dita menarik kembali kursinya menuju tempat duduknya.
Alis Emma terlihat menyatu menandakan dia mulai memikirkan kata-kata Dita. Beberapa saat kemudian Adrian masuk dengan membawa Vamp yang baru.
"Ini...." Adrian menyerahkan Vamp yang baru dia dapatkan pada Emma.
"Wahhh makasih pak.." ucap Emma.
"Iya... yaudah kamu bisa balik sekarang ntar si Jijah keburu jadi toak masjid teriak-teriak nyariin kamu."
"Iya pak... sekali lagi makasih ya." ucap Emma tersenyum yang tentu saja itu menunjukkan lesung Pipit di kedua pipinya, sebelum akhirnya dia meninggalkan ruangan Adrian.
"Cieeeee udah kebaca... udah kebaca pakk..." kata Dita begitu Emma keluar dari sana.
"Apasih Diit... nggak jelas deh kamu.."
"Fix bapak suka sama dia, dia Emma Salsabila kan, transfer yang akhir-akhir ini sering bapak ceritakan ke saya."
"Sok tau kamu, kamu aja baru sekali ini lihat dia kan." elak Adrian.
Sebelumnya Dita memang staff kemanageran namun berada di ruangan Bu Wardah, hari ini dia pindah kesini karena ada laporan inspeksi yang harus segera dia selesaikan, dan semua file nya ada di meja Adrian.
"Lahhhh saya kan nanya sendiri ke anaknya." bantah Dita.
"Kamu nanya apa?" tanya Adrian penasaran.
"Kamu Emma Salsabila ya? dia jawab iya." jawab Dita.
"Terus...." lanjut Adrian.
"Yahhhh kepo...." ledek Dita.
"Habisnya sok tau sih kamu."
"Hehehehe dah ah yang penting udah tau crushingnya pak Adrian sekarang siapa." jawab Dita, dia kembali menginput data ke komputer di depannya, sambil senyum-senyum sendiri.
Sementara itu Emma baru saja sampai di line nya.
"Ini... Vamp, ini Conform Zanvara." ucap Emma, meletakkan dua benda dihadapan Azizah, lalu dia duduk kemudian mengambil botol minum dan meneguknya sampai setengah botol.
"Dapat dimana ini?" tanya Bu Isna yang merupakan supervisor A3, sambil senyum-senyum karena melihat hasil Vamp yang baru saja dibawa oleh Emma sangat rapi dan terkesan tidak asal dikerjakan.
"Nggak tahu Bu, tadi pak Adrian yang cariin." jawab Emma.
"Hhhaaa???" Azizah terbelalak.
"Kok bisa, gimana-gimana ceritanya?" Bu Isna jadi penasaran, gimana nggak heran, Asmen muda satu itu terkenal emosian dan galak banget.
"Aduh ceritanya panjang Bu." jawab Emma sambil menulis di buku, komponen nya telah lengkap dan siap naik trial.
Kalau Emma ceritakan bakalan jadi spam nih part satu bisa-bisa ditolak editor karena ngulang- ngulang cerita.
"Jaahhhh... ini pasti kamu bakalan punya mantu Asmen nih, anakmu satu ini kayanya disukai sama Adrian." kata Bu Isna ke Azizah.
"Waahhh ya jelas itu Bu.." timpal Azizah, dan mereka berdua mulai berghibah dengan indahnya
Emma yang mendengarkan pura-pura tidak tahu kalau yang dibahas adalah dirinya. Usai menulis pada bukunya, dia mulai mengoper komponen yang sudah lengkap tadi kedepan untuk diproses sesuai urutan.
Urutan pengerjaan sepatu atau sandal di line Emma adalah, ada dua material pokok yang dikerjakan, material kesatu adalah lining, lining setelah di cek akan dioper ke man power yang bertugas memberikan latex (perekat semi permanen) untuk selanjutnya di proses hammer mesin guna membuka jahitan agar rapi dan tidak x Ray saat diaplikasikan kedalam sebuah sepatu.
Material kedua adalah kulit, setelah di cek, akan melalui proses taping, latex, folding, symbol kemudian jahit, pemasangan accesories terakhir cleaning lalu masuk ke meja Quality Control untuk di berikan pass code jika bakalan sepatu tadi tidak ada masalah atau defect apapun.
Usai mengerjakan cek naik produksi Emma mengambil lembaran check list output perjam. Dia menuliskan nama seluruh manpower line 8 lalu mulai berjalan dan menanyakan satu persatu hasil kerja selama satu jam pertama.
Sampai di depan dia merekap hasil yang sudah melewati Quality Control dan mengklasifikan berdasarkan size nya. Lalu mengikatnya menjadi satu dan menggantungnya di Trolley, menunggu sampai anak-anak bagian gudang mengambilnya.
"Output ku mana sih Nuuuur?" tanya Emma pada Nur, QC yang terlalu detil mengontrol sampai-sampai kebanyakan upper istilah untuk sepatu dan sendal yang masih berupa mentahan tanpa outsole yang sudah maju harus mundur lagi untuk di repair.
"Aduh kamu tanya aja anak buah kamu Emm.. aku juga pusing, ribet banget ini Armia kebanyakan inspect, lihat aja pasti bentar lagi kesini." jawab Nur.
Emma terlihat kesal pada Nur karena line nya susah mendapat output, jika Nur yang kontrol. Sampai- sampai Emma salah memasangkan size 37 dengan 39.
"Emmmm... gimana sih nggak pasangan tuh beda size." tegur Nur pada Emma.
"Iyaaa maap..." ucap Emma.
Kemudian melepaskan tautan buckle yang sudah dia pasang, lalu ia melihat size dan part number untuk memastikan tidak ada lagi yang keliru.
Bel istirahat berbunyi, mereka semua langsung menghambur keluar, karena bersamaan dengan hari gajian di dua Minggu pertama yaitu tanggal 15.
Emma memilih ke musholla dulu untuk sholat Dhuhur, karena di ATM ramai, kantin ramai, koperasi apalagi, jadwalnya para karyawan buat bayar pinjaman.
Dia membuka jarum pentul yang ia pasangkan pada jilbab hitamnya lalu melipat lengan baju juga celana nya kemudian mengambil wudhu.
Saat dia memasuki musholla bersamaan dengan itu masuk juga dari arah wudhu pria seseorang menyapa namanya.
"Emma..."
Emma pun mendongak dan tahu lah bahwa Adrian yang menyapanya.
"Jamaah yuk, sepi cuma kita berdua lainnya pada ke ATM hehehe."
"Oh iya pak nggak papa..." jawab Emma.
"Iya sekarang imam dulu di pabrik, siapa tahu ntar jadi imam dirumah tangga." kata Bu Isna yang tiba-tiba muncul dibelakang mereka.
"Ehhh Bu Isna." ucap Adrian.
"Iya... kenapa? kamu kaget? emang ya dunia udah jadi serasa milik berdua." kata bu Isna sambil ketawa.
"Bisa aja Bu." kata Adrian.
"Tapi beneran loh pak Adrian, siapa tau sekarang jadi imam di pabrik ntar jadi imam di rumah tangga. ya nggak?" lanjut Bu Isna lagi. dia tetap memanggil Adrian dengan sebutan pak walaupun usia Adrian jauh lebih muda karena jabatannya lebih tinggi darinya.
"Hehehhe di Aminin nggak nih?" tanya Adrian.
"Loohhh ya amiinnnn...." kata Bu Isna, sedangkan Emma sibuk menyiapkan mukena yang akan dia pakai.
"Apapun doa kita, aku harap bakalan bertemu di Amin yang sama." Ucap Adrian dalam hatinya.
Selama ini Adrian memang terkenal buaya di pabrik, karena tak ada satupun departemen yang lolos dari status karyawan pacar Asmen. Dan kali ini kayanya Emma yang bakal menyandang status itu, atau sama sekali salah.