Talak tiga sekaligus
Ketika Mantan Suamiku Menjadi Keponakan.
"Khairunisa Putri Kalista, detik ini juga aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu, mulai hari ini kamu bukan lagi istriku,"
Jedaaar
Bagaikan mendengar suara petir di siang hari, saat suamiku mas Zidan menjatuhkan talak tiga sekaligus kepadaku.
Entah kesalahan apa yang telah kuperbuat, hingga tega mendapat hukuman seperti ini, diceraikan saat usia pernikahan kami baru berjalan 16 bulan.
Tubuhku langsung luruh, mas Zidan benar-benar serius dengan keputusannya, haruskah aku menyandang status janda di usiaku yang baru menjelang 23 tahun?
"Aku hanya mampu meluapkan kekecewaan ku dengan menangis, bahkan bibirku enggan untuk berucap atau sekedar bertanya, kenapa suamiku tega bersikap seperti itu kepadaku.
Setelah mengucapkan talaknya kepadaku, mas Zidan lantas masuk ke kamar untuk membereskan barang-barang milikku, sepertinya ia ingin mengusirku dari rumah ini.
Braak.
Mas Zidan melempar tas berisi pakaianku dengan begitu kasar.
"Pergilah dari rumah ini sekarang juga, aku muak melihat wajahmu!" ucapnya dengan raut penuh kebencian.
Dengan berat hati, aku terpaksa melangkahkan kakiku, selangkah demi selangkah meninggalkan rumah yang baru setahun lebih aku tempati.
Baru saja aku keluar dari rumah suamiku, sebuah pesan masuk ke ponselku, bergegas aku membacanya.
Ternyata pesan dari Dinda sahabatku.
Mataku langsung membulat dengan sempurna, kala melihat isi pesan tersebut, ternyata Dinda lah dalang dari semua ini.
Mas Zidan tega menceraikanku, bahkan langsung mengusirku saat ini juga, karena permintaan Dinda.
"Bagaimana rasanya Nisa, statusmu sebagai istri sah dari mas Zidan, akan beralih kepadaku," tulisnya, yang membuat dadaku langsung bergemuruh.
Jadi Dinda lah alasan mas Zidan memperlakukanku seperti ini?
Baiklah, aku tidak akan tinggal diam begitu saja, aku pastikan jika suatu saat aku akan membalas perbuatan mereka, hingga mereka menyesali perbuatannya kepadaku.
Dua tahun kemudian.
Mas Zidan dan Dinda tampak tercengang saat mengetahui jika akulah yang menjadi mempelai wanita, di acara pernikahan yang sedang diselenggarakan saat ini.
Chandra Perdana Kusuma, yang merupakan Presdir perusahaan tempat mas Zidan bekerja, secara resmi mempersunting ku sebagai istrinya.
Tentu saja ini menjadi kejutan bagi mereka, pasalnya, mas Chandra juga merupakan paman dari mantan suamiku itu, meskipun bukan paman kandung, karena mantan ibu mertuaku itu menikah dengan abangnya mas Chandra, beberapa tahun silam.
Awalnya, mantan ibu mertuaku sangat terkejut saat mas Chandra mengenalkan ku sebagai calon istrinya, bahkan beliau bermaksud mencegah pernikahan kami, namun papa tirinya mas Zidan bertanya, apa alasannya?
Tentu saja mantan ibu mertuaku itu tidak dapat menjawabnya, karena putranya yang berkhianat.
Putranya berselingkuh dengan sahabatku sendiri, sehingga tega mencampakkan ku demi bisa menikahi Dinda secara resmi.
Mungkin kalian berpikir, jika perbedaan usiaku dengan mas Chandra selisih jauh, tapi faktanya, justru perbedaan usia kami hanya dua tahun, karena mas Chandra terlahir saat Abang dan kakaknya sudah beranjak remaja.
Lalu kenapa papa tirinya mas Zidan tidak mengenaliku? Karena status mantan ibu mertuaku saat itu hanya sebagai istri kedua, yang tentu saja keberadaannya tidak diakui oleh keluarga besarnya mas Chandra.
Barulah belakangan ini status beliau diresmikan sebagai istri sah, karena istri pertamanya meninggal dunia, akibat diabetes yang di deritanya sejak bertahun-tahun.
Saat statusku sebagai istri mas Zidan, aku sama sekali tidak pernah diperkenalkan dengan papa tirinya mas Zidan, mereka beralasan jika abangnya mas Chandra itu selalu sibuk, ternyata karena status mantan ibu mertuaku sebagai istri siri masih disembunyikan, itulah sebabnya, aku tidak mengenal sosok mas Artha, yang merupakan kakak kandungnya mas Chandra.
"Hebat ya kamu Nisa, setelah dicampakkan mas Zidan, kamu berhasil menggoda paman Chandra," ucap Dinda kala dirinya mendapat giliran untuk menyalamiku.
Entah kenapa terbesit rasa iri dan cemburu dibalik ucapannya tersebut. Dan aku menanggapinya dengan tersenyum.
"Karena wanita yang baik memang dipantaskan untuk lelaki yang baik,"
Ekspresi Dinda langsung berubah saat mendengar ucapan ku.
"Jadi kamu menganggap jika mas Zidan itu, pria yang buruk?! ucapnya yang sudah dikuasai amarah.
Aku mengendikkan bahuku, lalu berkata,
"Aku tidak ada menyebut namanya, justru kamu sendirilah yang mengatakannya," ucapku terlihat acuh, hingga membuat wajahnya memerah.
Dinda melayangkan tangannya untuk menamparku, namun...
"Berani kamu menyentuh Nisa aku pastikan hidupmu sengsara bersama Zidan!?" hardik seseorang dari belakang, membuat Dinda terpaku, bahkan keringat dingin mulai menetes di dahinya.