ANTARA KENDALI DAN KETERTARIKAN

331 Kata
BAB 28 – ANTARA KENDALI DAN KETERTARIKAN Di atas dek kapal pesiar mewah, suasana semakin dalam, semakin berbahaya. Lovania dan Marco masih berdiri dalam jarak yang begitu dekat, seakan menantang batas yang belum mereka lewati. Angin laut berembus lembut, membawa aroma asin yang bercampur dengan wangi parfum eksklusif di tubuh mereka. Malam ini bukan sekadar tentang percakapan biasa—ini adalah permainan kendali, tarian tanpa musik, di mana setiap kata dan gerakan memiliki makna tersembunyi. Marco menatap Lovania dengan intens, matanya gelap, penuh dengan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar ketertarikan. Marco: (Dengan suara rendah dan menghipnotis.) "Saya tidak pernah menyukai permainan tanpa aturan, Miss Valley." Lovania tersenyum kecil, tidak gentar sedikit pun. Lovania: (Dengan nada tenang, tetapi tajam.) "Dan saya tidak pernah mengikuti aturan yang tidak saya buat sendiri, Mr. Maxdev." Marco terkekeh pelan, sebuah ekspresi langka yang hanya muncul ketika sesuatu benar-benar menarik perhatiannya. Marco: (Dengan nada menggoda, tetapi tegas.) "Maka kita memiliki masalah, karena saya tidak terbiasa dengan seseorang yang menentang saya." Lovania melangkah lebih dekat, mengaburkan jarak di antara mereka hingga napas mereka hampir bersatu. Lovania: (Dengan suara lembut, tetapi penuh tantangan.) "Mungkin inilah saatnya Anda mulai terbiasa." Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa detik. Bukan keheningan yang canggung, tetapi keheningan yang sarat dengan ketegangan, dengan sesuatu yang hampir meledak. Marco mengangkat tangannya, ujung jarinya menyentuh rahang Lovania dengan begitu ringan—sentuhan yang nyaris tidak terasa, tetapi justru karena itu, dampaknya begitu dalam. Marco: (Dengan suara pelan, tetapi berbahaya.) "Dan jika saya memilih untuk tidak terbiasa?" Lovania menatapnya tanpa berkedip, senyumnya semakin dalam, semakin misterius. Lovania: (Dengan nada penuh pesona.) "Maka kita akan melihat siapa yang menyerah lebih dulu." Marco mendekat sedikit lagi, cukup dekat sehingga Lovania bisa merasakan panas tubuhnya meskipun udara malam cukup dingin. Marco: (Dengan nada rendah, hampir berbisik.) "Saya tidak pernah menyerah, sayang." Lovania tetap tersenyum, karena dia tahu satu hal—ini bukan tentang siapa yang menyerah. Ini tentang siapa yang mengendalikan permainan lebih lama. Dan dia siap untuk menari di dalamnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN