PERMAINAN YANG SEMAKIN DALAM

574 Kata
BAB 11 – PERMAINAN YANG SEMAKIN DALAM Keesokan paginya, sinar matahari Riviera menembus jendela suite mewah La Vienne, menciptakan gradasi emas di sepanjang langit-langit yang dihiasi ukiran klasik. Lovania duduk di kursi dekat balkon, mengenakan silk robe berwarna gading yang membalut tubuhnya dengan keanggunan alami. Cangkir espresso berada dalam genggamannya, uap tipis naik perlahan dari permukaannya. Matanya menatap lautan luas, tetapi pikirannya berada di tempat lain—di tarian yang terjadi semalam. Dia tahu bahwa Marco Maxdev bukan pria biasa. Dia bukan sekadar miliarder yang terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan—dia adalah seseorang yang tidak akan berhenti sampai keinginannya terwujud. Dan Lovania? Dia bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja. Ketukan pelan terdengar di pintu. "Masuk," katanya tanpa berpaling. Seorang pelayan masuk, membungkuk sopan sebelum menyampaikan sebuah pesan. "Tuan Maxdev menunggu Anda untuk sarapan di dek utama." Lovania tersenyum tipis. Tentu saja. Tanpa terburu-buru, dia menyelesaikan espresso-nya, lalu berjalan ke lemari, memilih dress satin hitam dengan potongan halus yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Sepasang heels Louboutin melengkapi penampilannya—anggun, tak tersentuh, namun tetap penuh kendali. Saat dia tiba di dek utama, Marco sudah menunggunya. Percakapan yang Penuh Permainan Marco berdiri di dekat meja yang telah disiapkan dengan mewah—French breakfast dengan croissant, salmon tartare, dan segelas Bellini. Pria itu terlihat sempurna dalam white linen shirt yang digulung hingga siku, menampilkan pergelangan tangannya yang dihiasi jam tangan Patek Philippe Nautilus. Rahang tajam, mata penuh kendali, dan ekspresi seorang pria yang tahu cara bermain. Lovania berjalan mendekat, tetapi sebelum dia bisa duduk, Marco menarik kursi untuknya. Marco: (Dengan suara rendah, menggoda namun tetap berkelas) "Pagi yang indah, Miss Valley. Saya hampir berpikir Anda akan membiarkan saya menunggu lebih lama." Lovania duduk dengan tenang, lalu melirik Marco dengan ekspresi netral. Lovania: (Suaranya lembut, tetapi memiliki ketegasan yang tidak bisa diabaikan) "Saya bukan tipe wanita yang datang terburu-buru hanya karena seseorang memanggil saya, Tuan Maxdev." Marco tersenyum tipis, matanya berkilat dengan sesuatu yang menyerupai ketertarikan lebih dalam. Marco: (Menyesap kopinya perlahan, matanya tetap terkunci pada Lovania) "Dan itulah yang membuat Anda lebih menarik." Lovania tidak menanggapi, hanya mengambil sendok dan mulai menyantap sarapannya dengan tenang. Tetapi Marco tahu—dia sedang memainkan permainan ini dengan indah. Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang hampir sensual, hingga akhirnya Marco meletakkan sendoknya dan menatap Lovania dalam-dalam. Marco: (Nada suaranya lebih serius, tetapi tetap terkendali) "Saya akan berangkat ke Santorini malam ini. Saya ingin Anda ikut dengan saya." Lovania berhenti sesaat, lalu menatap Marco dengan ekspresi yang sulit ditebak. Lovania: (Menyandarkan punggungnya dengan elegan, menyesap Bellini sebelum berbicara) "Anda selalu terbiasa memberi instruksi seperti itu, Tuan Maxdev?" Marco tersenyum kecil, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Marco: (Dengan suara yang lebih rendah, hampir seperti bisikan) "Saya tidak memberi instruksi. Saya memberi tawaran. Dan Anda tahu bahwa tawaran saya sulit untuk ditolak." Lovania menatapnya, lalu tersenyum tipis. Lovania: (Dengan nada menggoda, tetapi tetap misterius) "Santorini, ya? Mungkin saya akan mempertimbangkannya... jika Anda bisa memberi saya alasan yang cukup baik." Marco menyeringai, lalu menyandarkan lengannya ke meja, mempersempit jarak di antara mereka. Marco: (Berbisik dengan suara yang dalam dan berbahaya) "Saya tidak terbiasa memberi alasan, sayang. Tapi untuk Anda? Saya mungkin bisa membuat pengecualian." Lovania menatapnya sesaat, lalu tertawa pelan. Lovania: (Bangkit dari kursinya dengan anggun, lalu berjalan perlahan ke arah pagar kapal) "Kita lihat saja nanti, Tuan Maxdev. Mungkin saya akan datang, mungkin juga tidak." Marco mengawasinya pergi, tetapi dia tahu satu hal—permainan ini masih jauh dari selesai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN