" Apa sih kalian, tadi cuma gak disengaja" tegas Andrea
" Cieeee… hahhaha" ujar keduanya. Andrea tersipu malu mendengar ledekan temannya. Dari kejauhan terlihat Eiwa sedang memperhatikan Andrea dan sesekali melihat danantya yang sedang bersama teman temannya. Eiwa merasa ada sesuatu yang panas menyelimuti hatinya tapi dia sendiri tidak mengetahui itu apa.
Hari hari andrea sekarang hanya dipenuhi persetubuhan dengan Eiwa…bukan hanya ciuman sesaat seperti perjanjian semula . Bahkan mereka hampir melakukan jika salah satu rumah mereka kosong . Hampir 1bulan mereka melakukan perbuatan itu membuat Andrea merasa aneh karena jadwal haid nya yang tidak teratur.. dia merasa seharusnya sudah datang bulan tapi sudah 2 Minggu dia tidak mendapatinya. Karena khawatir dia mencoba membeli testpek di apotik . Tanpa sepengetahuan ibunya, dia pergi ke apotek yang terbilang jauh dari rumah.
Ketika memasuki apotek dia tampak ragu ragu takut penjualnya melarang dia untuk membeli.
" Mbak satu tespek ya " tanyanya kepada pembeli
" Mau yang model apa" balas pembelinya
" Apa aja mbak "
Si pembeli pergi dan tiba tiba di belakang ada yang menepuk pundaknya. Dia pun menoleh dan ternyata dibelakang danantya sedang mengantri.
" Beneran aku tidak salah liat" ujarnya
" Kamu sedang apa disini" tanyaku langsung
" Beli obat donk, rumah kamu dekat sini " tanya danantya lagi
" Akh nggak kok, aku kebetulan liat apotek jadi aku mampir aja.
" Ini mbak tespeknya harganya 2****" tukas si penjual
Andrea pun merasa malu karena ketahuan oleh danantya. Segera dia mempertegas ya
" Ini buat mamaku kok" ujar Andrea lagi
" Aku nggak bertanya kok itu buat siapa"
" Ahh ya sudah ya aku pulang dulu " Andrea bergegas pergi meninggalkan danantya sebelum percakapan nya lebih canggung lagi.
Danantya mengejar Andrea dan meraih tangannya.
" Kalau kamu kesulitan kamu bisa cerita sama aku" ujar danantya.
Hampir air mata Andrea keluar tapi dia tahan , karena dia belom tau persis apa yang akan terjadi.
Andrea hanya menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan danantya.
Sesampainya di rumah dia mencari ibunya yang sedang berada di kamar. Dia pun berjalan menuju kamar mandi dan melakukan test pada air seninya. Dia menunggu beberapa menit sambil memejamkan matanya dia tak kuasa melihat garis yang muncul di testpeknya. Perlahan dia membuka mata dan terlihat 2 garis jelas di depan matanya. Seketika air matanya menetes , dia tak tahu harus berbuat apa,bingung dengan kondisinya sekarang. Apalagi ujian akhir sudah di depan mata. Apa Eiwa akan bertanggung jawab jika tahu kondisinya sekarang.
Tok tok tok… suara pintu kamar mandi di gedor oleh ibunya.
" Andrea kamu gak apa apa nak"
" Gak papa bu.. Andrea lagi pup."
" Ya sudah ,cepat tidur besok sekolah"
" Iya bu"
Andrea akan bertanya langsung ke Eiwa besok . Dia harus tahu kondisinya sekarang.
Keesokan harinya Andrea berjalan lunglai menuju kelasnya , sahabatnya yang bernama Lea melihat Andrea tidak bersemangat langsung bertanya
" Kamu sakit "
" Nggak kok, cuma lagi males aja"
Anggita yang baru datang langsung duduk dibangkunya
" Eh tahu gak kalian tadi aku bertemu danantya , dia nanyain Andrea ada di kelas berapa?"
" Trus.. "
" Nah itu dia " tukas Anggita , Andrea dan Lea spontan menoleh ke arah pintu kelas, dan benar danantya sudah berdiri disana dan berjalan menuju bangku Andrea.
" Hai Andrea…halo semua " sapa danantya
" Hai" ujar mereka serempak
Danantya tersenyum dan memberikan segelas s**u dan roti
" Ini aku bawakan buat kamu, maaf tadi cuma beli satu karena aku tidak tahu kalau kalian bertiga" ujar danantya
Andrea pun mengambil pemberian danantya
" Terima kasih ya, kamu gak perlu repot repot"
" Ah gak repot kok cuma ini aja"
Eiwa tiba tiba menghampiri bangku Andrea
" Wah ada apa ini anak terpintar di sekolah mampir di kelas ini"
" Aku hanya menyapa Andrea" tukas danantya
" Ohhh bawa s**u segala ya…sepertinya bukan mampir"
" Apa ada masalah kalau aku membawakan dia s**u"
Andrea yang melihat mereka bersitegang segera menyela.
" Danantya ini sudah hampir masuk kelas , sebaiknya kamu kembali ke kelasmu"
Danantya melihat kecemasan di wajah Andrea
" Aku pergi dulu ya, jangan lupa dimakan"
Danantya menatap sayu ke arah Andrea lalu matanya beralih menatap tajam Eiwa yang disambut tak kalah tajamnya.Akhirnya danantya pergi meninggalkan kelasnya . Dan Eiwa kembali menatap Andrea.
" Sini s**u sama rotinya " dia mengambil paksa pemberian danantya dan berjalan menuju tong sampah dan dibuangnya.
Kedua sahabat Andrea melongo melihat perbuatan Eiwa yang tak biasa
" Dia kenapa sih..enak aja ambil punya orang, dibuang lagi"
" Kamu jangan diem aja Andrea, bisa ngelunjak anak itu" seru Lea yang melihat Andrea hanya diam saja.
" Memangnya kalian ada hubungan apansih, sampai dia segitunya "
Andrea hanya diam saja tak mampu menjawab, karena dia sendiri sedang mengalami masalah berat yang tidak bisa dia ceritakan.
Tring
' istirahat ketemu di tempat biasa '
Andrea melihat handphonenya dan dia tahu itu dari Eiwa.
Sepanjang pelajaran , Andrea tidak bisa berkonsentrasi sama sekali . Pikirannya hanya tertuju bagaimana cara memberitahu Eiwa kalau dia sekarang sedang hamil. Bel istirahatpun berdering Andrea dengan cepat bergegas menemui Eiwa. Dia tidak mendengar panggilan teman temannya. Saat ini dia hanya ingin segera memberitahu Eiwa.
Andrea Berjalan cepat di tengah kerumunan teman temannya, mencoba menerobos sesuatu yang menghalangi jalannya. Dan akhir nya dia sampai di gedung olahraga dan berjalan menuju lorong gelap tepat Eiwa berada.
Andrea menghampiri Eiwa yang sedang menunggunya. Dan Eiwa segera menarik tubuh Andrea ke dalam pelukannya dan menerjangnya dengan ciuman panas. Seketika Andrea melepas ciuman Eiwa dan menahan dadanya dengan tangan kanannya.
" Kita harus bicara" ujar Andrea
" Kita bicara nanti ya…aku kangen babe"
Eiwa menjilati leher Andrea dan tangannya meremas gundukan yang tertutup seragam.
" Aku hamil wa"
Seketika kegiatannya terhenti, Eiwa mengangkat kepalanya dan menatap Andrea, Andrea mengambil testpek dari saku seragam nya dan menunjukkan ke Eiwa. Terlihat 2 garis merah ditanda testpek itu membuat Eiwa tercengang tanpa bisa berkata kata.
" Kamu mau bertanggung jawab kan wa " tanya Andrea penuh harap.
Eiwa kembali menatap Andrea , perasaan campur aduk kini menyelubungi mereka berdua.
" Apa yang harus aku lakukan wa"
Eiwa hanya terdiam tanpa bisa berkata apa apa, sebentar lagi ujian tidak mungkin dia akan menikahi Andrea sedangkan dia masih ingin bersenang senang.
Eiwa memeluk tubuh Andrea berusaha menenangkan gadis itu.
" Kamu tenang dulu ya ,kita cari solusi ini bareng bareng. Kamu tahu kan sebentar lagi ujian tidak mungkin kita melewatinya begitu saja" Eiwa mencoba menenangkan gadis yang ada di hadapannya.
" Maksut kamu apa wa , beri aku penjelasan "
" Aku akan mencoba cari obat untuk menggugurkannya, ini masih berusia beberapa Minggu masih belum jadi bayi, jadi itu tidak apa apa ok"
" Tapi wa…"
" Kamu pasti punya impian kan? Dan kamu gak mau impian mu kacau karena semua ini. Jadi lebih baik kita gugurkan, karena kita akan lulus sebentar lagi "
Eiwa berusaha meyakinkan Andrea. Dan Andrea pun merasa itu benar. Jika anak ini lahir dia gak akan bisa melanjutkan kuliah dan berkarier. Tapi apa dosa anak ini, kita yang bersalah dan berdosa kenapa harus anak ini. Apa benar ini masih belum menjadi bayi. Berbagai pikiran berkecamuk di kepala Andrea .
" Jadi maksutmu , kamu nggak mau bertanggung jawab" mata Andrea mulai berkaca kaca
" Bukan itu maksutku, aku belum siap an, karena itu aku mencari solusi untuk menggugurkannya sebelum bayi di rahimmu tumbuh besar"
" Ah gitu ya..itu bentuk tanggung jawabmu"
" An tolong mengertilah tinggal beberapa bulan lagi kita akan lulus, apa kamu mau melewatkan kelulusan ini dan menghancurkan masa depanmu"
Air mata Andrea mulai menetes
" Bukan itu yang ingin aku dengar wa..anak ini tidak akan membesar hanya dalam waktu 3 bulan,. Kita bisa menyembunyikannya sampai kelulusan dan kamu bisa menikahiku setelah lulus nanti. Tapi apa?.. Menghancurkan masa depan?. Masa depanku sudah hancur semenjak aku mengenalmu" air mata Andrea sudah tidak bisa dibendung lagi.
" Lalu kamu mau aku harus berbuat apa an? Mempertahankan bayi ini dan menikahimu? Lalu dengan apa aku harus menghidupimu? Kita baru lulus an. Belum dapat pekerjaan dan bagaimana caranya aku mendapatkan uang untuk menghidupi kalian, dan keluargaku pasti akan marah besar"
Seketika Andrea terkesiap, Eiwa dari awal memang tidak ada niatan untuk menikahinya. Semua yang dilontarkan cuma alasan.
" Aku mohon padamu an..lebih baik kita gugurkan saja, aku akan minta tolong temanku buat mencarikan obatnya. Aku minta maaf tidak bisa melakukan lebih dari ini. Aku mohon padamu ya.."
Eiwa mencoba memeluk Andrea tapi ditepis oleh Andrea. Mata Andrea memerah menatap tajam Eiwa, dari awal dia sudah mengetahuinya bahwa dia sudah berbuat salah dan terlalu jauh melakukan hubungan dengan Eiwa. tapi dia tidak bisa menghindarinya karena hubungan itu terjadi karena sebuah ancaman dan lama lama tumbuh perasaan yang tidak bisa dia pungkiri.
Dia pergi meninggalkan Eiwa dengan dengan d**a yang begitu menyesakkan. Air mata yang berusaha dia tahan dengan deras mengalir mengiringi jejak langkahnya.
Beberapa hari berlalu Eiwa tidak menghubungi nya sama sekali. Biasanya dia selalu melakukan video call atau hanya sekedar menanyakan apa kamu sudah makan tapi sekarang tidak ada pesan yang masuk dari Eiwa. Di sekolahpun kegiatan yang biasa mereka lakukan juga tidak pernah terjadi. Eiwa sudah tidak menyuruhnya pergi ke gedung olahraga' atau rooftoop. Perasaan cemas menghantui Andrea , dia merasa ditinggal begitu saja. Andrea menangis sendirian di kamar , terkadang dia meneteskan air mata jika melihat Eiwa sekarang lebih intim dengan Sheila. Andrea berusaha melupakan mimpi buruk ini, tapi dia tidak bisa karena setiap hari dia terus berpapasan dengan Eiwa .
Sekarang waktunya jam istirahat, Andrea menselonjorkan kepalanya di bangku seakan enggan beranjak dari tempat duduknya.
" Sudah beberapa hari ini kamu gak berlarian keluar kelas saat jam istirahat" ucap temanya Lea
" Iya ya.. tumben banget kamu an , gak langsung ngancriit keluar" timpal Anggita
" Aku lagi males " ucapku sekenanya
" Kamu gak laper " ujar Lea lagi
" Aku gak laper"
" Ayo donk kita ke kantin" rengek Lea
Tiba tiba danantya masuk ke kelasku
" Eh danantya ada apa kesini" ujar Anggita
Aku yang mendengar hal itu berpura pura memejamkan mataku.
" Mau ngajak Andrea makan "
" Tuh kan..ayoo ke kantin , gak kasian apa danantya sudah jauh jauh datang ke kelas kita "
Bujuk Anggita
Aku yang sebenarnya malas pergi ke kantin tapi karena danantya sudah datang kesini dan ada perasaan tidak enak juga dengan teman sekelasnya akhirnya aku mengangkat tubuhku dengan malas.
" Ayo"
" Aseek… di kantin mau makan apa ya kita " ujar Lea sembari menggandeng tangan Andrea.
Aku hanya menatap danantya yang tersenyum padaku dan berjalan agak malas menuju kantin karena aku takut bertemu Eiwa dan Sheila .
Kami berjalan menuju kantin yang sudah sesak oleh kerumunan siswa. Kami mencoba mencari bangku yang kosong dan mataku akhirnya tertuju ke Eiwa yang sedang memangku Sheila . Sesak terasa di d**a Andrea melihat pemandangan itu. Begitu mudahkah Eiwa melupakan hubungan mereka. Meski dia tahu diantara mereka tidak pernah ada kata jadian dan putus. Dan hubunga ini hanya Andrea yang merasa terlalu berharap lebih pada Eiwa. Bola mata Andrea terasa panas seakan ada sesuatu yang menetes keluar tapi dia berusaha menahannya agar tak terlihat oleh teman temannya.
" Aku cari tempat duduk dulu ya , pesankan aku bakso sama es teh ok" ujar Anggita sambil berjalan mencari tempat yang kosong .
" Kamu mau makan apa an?" Tanya danantya
" Aku gak laper kok , kalian aja yang makan" ujarku mengalihkan pandangan ke arah danantya
" Kalau gitu apa kamu mau minum s**u sama roti " tawarnya lagi
" Aku beneran gak papa dan"
" Kamu pucat sekali an..apa kamu sakit"
" Nggak kok"
Akupun terhuyung dan di sanggah oleh danantya
" Kamu beneran gak papa, kayak nya kamu perlu ke UKS" ujar danantya penuh kekhawatiran.
" Bener aku gak papa, mungkin kurang tidur. Nanti juga pulih "
" Kalau gitu pegang lenganku , supaya kamu tidak jatuh lagi"
Andrea memegang lengan danantya dan berusaha berjalan senormal mungkin , karena memang kepalanya agak sedikit pusing.
Ketika Andrea berjalan menuju meja mereka , dia melihat Eiwa sedang memeluk erat pinggang Sheila dan sesekali mencium pipi dan tegkuknya membuat hati Andrea terasa terbakar. Dia mencengkram erat lengan danantya hingga danantya menoleh ke arah Andrea untuk melihat kondisi gadis disampingnya .
Danantya membelai lengan Andrea untuk mengisyaratkan bahwa Andrea aman bersamanya.
Eiwa yang melihat Andrea datang bersama danantya dengan memegang lengannya membuat hatinya terasa panas.
" Eh lihat tuuh Andrea… seja kapan dia sama danantya jadi dekat begitu " ujar Riris
" Bukannya kalian dulu dekat wa " timpal Andien lagi
Sheila yang mendengar itu langsng menoleh kearah Andrea dan temannya berada, lalu beralih menatap Eiwa
" Kamu pernah dekat sama gadis itu wa" tanya Sheila dengan raut muka cemas
" Sapa yang Deket? Kan aku deketnya cuma sama Sheila aja" rayu Eiwa sembari menciumi tengkuk Sheila.
" Wah.. aku kira kalian Deket soalnya kan kamu pernah ngebuang s**u pemberian danantya buat Andrea ke tong sampah"
Ujar Riris lagi
" Beneran wa " Sheila mencoba memastikan perkataan temannya
" Itu karena aku sebel aja sama danantya, kalian kenapa sih suka komporin orang " ujar Eiwa lagi
" Yah cuma mastiin aja wa.. " ujar Riris lagi agak ketakutan
" Kalian beneran gak ada apa apa wa" tanya Sheila lagi.
Eiwa yang sedari tadi sudah dongkol melihat keberadaan Andrea dan danantya ditambah pertanyaan Sheila membuatnya semakin marah.
" Kalau kamu gak percaya ya sudah . Minggir kamu " suara Eiwa meninggi dan mengangkat bahu Sheila untuk berdiri dari pangkuannya.
" Kok kamu gini sih wa , aku kan cuma nanya"
" Denger ya shel, Deket atau ngga nya aku sama Andrea itu gak ada hubungannya sama kamu. Kita tuh gak pacaran , kamu aja yang nempel terus ke aku. Jadi kamu gak berhak menanyakan soal itu ke aku. Ngerti!!"
Temen temen Sheila yang mendengar itu ikut merinding dengan perubahan wajah Eiwa . Sheila pun merasa malu diperlakukan seperti itu di depan teman temannya dan di seluruh kantin. Eiwa pun pergi meninggalkan Sheila dan gengnya diikuti oleh teman teman eiwa . Sembari berjalan dia melihat kearah Andrea yang duduk disamping danantya dan kelihatan begitu mesra . Eiwa meluapkan kekesalannya dengan menendang tong sampah yang ada di dekat pintu kantin membuat seluruh siswa yang sedang makan Menoleh ke arahnya.
Eiwa pergi meninggalkan kantin dan berjalan menuju lapangan basket. Dia meninju tiang basket yang membuat tangannya bengkak
" Ahhh siaaal"
Eiwa kembali teringat saat Andrea menggandeng erat lengan danantya .
" Bro kamu kenapa sih..dari tadi mood kamu jelek banget" ujar roby teman eiwa yang sedari tadi memperhatikanya.
Eiwa mengacuhkan perkataan Roby dan kembali menendang tiang di depannya.
Hatinya terasa panas melihat keberadaan mereka berdua. Dia gak rela jika Andrea berdekatan dengan pria lain. Eiwa mengacak ngacak rambutnya, diraih ponselnya yang berada di sakunya. Di buka kunci handphone dan berlih ke wasap , berulangkali dia mengetikkan kata kata untuk mengirim pesan ke Andrea tapi dia hapus lagi. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa. Sudah beberapa hari dia tidak menghubungi Andrea . Di tengah kenyataan dia belum siap untuk jadi ayah dan dia juga tidak rela jika Andrea di sentuh pria lain. Terdengar sangat egois tapi itulah Eiwa. Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan ke Andrea .
" Kamu beneran gak mau ke UKS , istirahat dulu" ujar danantya, kini mereka sedang berada di pintu kelas Andrea.
" Beneran gak papa, lebih baik kamu kembali ke kelas sebentar lagi bel berbunyi"
" Aku masih ingin berlama lama sama kamu "
Andrea hanya tersenyum dan memalingkan mukanya ke arah lorong sekolah,diliatnya Eiwa sedang berdiri memperhatikan mereka. Pandangan mereka beradu. Terlihat tatapan sinis dari Eiwa, sesaat Andrea teringat kejadian di kantin lalu dia memalingkan wajahnya ke danantya .
" Kamu ini gombal terus sudah sana pergi" Andrea mendorong pelan tubuh danantya
" Beneran nih aku pergi " ucapnya seraya menahan tubuhnya
Eiwa yang melihat kedua sejoli itu semakin mendidih hatinya, dia berjalan kearah mereka berdua.
" Bisa minggir gak, ini pintu kelas bukan untuk pacaran" Eiwa menyenggol bahu danantya dan berjalan memasuki kelas.
Danantya awalnya tak terima tapi ditahan oleh Andrea.
" Sudah jangan di ladeni, sebaiknya kamu masuk kelas" akhirnya danantya menuruti perkataan Andrea dan pergi meninggalkannya dengan hati yang berat.
Andrea memasuki kelas dan duduk di bangkunya, dia menoleh ke Eiwa dan mata mereka bertemu lalu Eiwa memalingkan wajahnya ke depan. Andrea yang merasakan perubahan Eiwa kembali merasa kan sakit yang luar biasa di dadanya.
Sepulang sekolah danantya sudah berada di depan pintu kelas Andrea. Dia menunggu Andrea sembari melambaikan tangannya. Andrea dan temannya menghampiri danantya yang bersandar di depan pintu.
" Mau pulang bareng " ujar danantya
"Uhhhhh…danantya ..semakin di depan ya sekarang" ujar le menggoda keduanya.
" Harus donk" timpal danantya sembari melempar senyum.
Andrea hanya tersenyum dan berjalan beriringan dengan danantya dan diikuti oleh kedua temannya .
" Hari ini kamu mau langsung pulang apa pergi main an" tanya danantya
" Aku mau pulang aja, aku agak gak enak badan"
" Kamu sakit"
" Nggak kok, cuma agak capek aja"
Danantya memperhatikan Andrea dengan seksama. Dia sudah merasa ada yang aneh dengan gadis ini semenjak istirahat tadi cuma dia tahu batasannya. Karena itu dia tidak ingin bertindak terlalu jauh. Dia berjalan beriringan Di lorong sekolah dan Andrea melihat Eiwa dengan Sheila lagi ngobrol berhadapan dan disaat Andrea melewati mereka ,Sheila menarik kerah Eiwa dan mencium bibirnya sontak andrea tercengang saat melihat mereka berciuman . Seluruh siswa dibuat heboh oleh tindakan mereka. Sesaat Eiwa menatap Andrea lalu berpaling menatap Sheila. Andrea yang melihatnya berjalan dengan cepat melewati mereka tanpa melihat sedikitpun.
" Woiii cari kamar sono" celetuk salah satu siswa.
Danantya menatap Andrea yang berjalan dengan cepat merasakan keganjilan. Sekilas dia melihat adegan ciuman Eiwa dan berlari mengejar Andrea.
" An tunggu…"
Andrea berlari tidak menghiraukan panggilan ketiga temannya, dia berlari secepat mungkin agar bisa meninggalkan tempat itu. Sesampainya di depan gerbang ada yang menarik tangannya ,dia pun menoleh dan dilihatnya danantya yang menarik tangannya. Andrea berusaha menghindar ,dia tidak ingin danantya melihatnya seperti ini.
Danantya melihat air mata bercucuran di di pipi Andrea
" Ada apa an?" Danantya berusaha menggenggam tangan Andrea yang berusaha ditariknya.
" Biarkan aku pergi danantya, kumohon" pinta Andrea.
" Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan keadaan seperti ini"
" Aku mohon aku tidak ingin kamu melihatku beginii" Andrea menundukkan kepalanya berusaha menahan air matanya yang terus mengalir. Danantya melepas jaketnya dan menaruh diatas kepala Andrea , supaya tidak ada orang yang tahu kalau dia sedang menangis.
" Ayo kita pergi dari sini " danantya menggandeng tangan Andrea dan menariknya berlalu dari gerbang sekolah. Mereka berjalan menuju taman dekat persimpangan jalan. Sepanjang perjalanan mereka diam membisu. Agak canggung bagi danantya untuk bertanya penyebab menagisnya Andrea yang tiba tiba. Danantya hanya mampu menatap Andrea dari samping, ingin sekali di peluk gadis yang menjadi perhatiannya semenjak pertemuannya di kantin sekolah.
Sesampainya di taman mereka duduk di salah satu bangku yang di kelilingi banyak Bunga. Danantya melihat Andrea sudah berhenti menangis, dia mencoba mencari kata kata untuk menghiburnya tapi ini baru pertama kali dia menghadapi seorang gadis yang menangis.
" Wah hari ini panas sekali ya, seharusnya aku pakai sunblock biar gak jadi hitam"
Sekilas Andrea melihat pria disampingnya dan berpikir laki laki mana yang mementingkan warna kulit . Senyum terulas di bibir Andrea , danantya yang melihatnya tersenyum kembali.
" Aku lebih suka melihat senyuman mu, terlihat manis sekali" danantya mengadahkan tangannya di dagu dan menatap Andrea. Andrea memalingkan wajahnya karena tak sanggup menatap mata danantya.
" Terima kasih ya dan kamu sudah membawaku kemari"
" Bagaimana perasaanmu?"
" Lumayan baik, tadinya aku susah sekali bernafas" Andrea menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya kembali.
" Jika kamu merasa kesulitan , kamu tidak sendiri . Kamu masih ada aku Lea dan Anggita yang siap mendengarkan. Kamu gak perlu menyimpannya sendiri" danantya meraih punggung tangan Andrea dan mengusapnya pelan. Andrea menatap danantya dengan sesenggukan ,ingin rasanya dia mencurahkan semua kepahitan yang dia alami selama ini.
6 tahun berlalu kini Andrea sudah berusia 26 tahun dan ini adalah hari pertama dia bekerja di sebuah perusahaan besar setelah resign dari pekerjaan sebelumnya.
" Bu Andrea pamit ya" Andrea mengambil tas dan mencomot sepotong roti dan dimasukkan ke mulutnya.
" Kamu ini makan yang benar, mana bisa kenyang kalau cuma makan roti aja" ujar ibu Andrea sambil nyupin cucu kesayangannya.
" Makanya ma..kalau bangun lebih pagi biar bisa makan" sahut chasel yang berusia 6 tahun , ya dia adalah anak dari Andrea.
" Aduh si kecil ini bawel banget sih" Andrea mencubit pipi anaknya.
" Anak mama sudah SD ya sekarang. Cepet banget sih nak gedenya " Andrea menciumi pipi anaknya dan di lap oleh tangan chasel.
" Uti mama nakal"
" Sudah sana berangkat nanti kamu telati,ini kan hari pertamamu masuk kantor. Mama sudah siapin bekal kamu bawa sekalian ya" ibu Andrea memberikan bekal ke Andrea dan melanjutkan menyuapi chasel delana ,cucu laki laki satu satunya.
" Mama berangkat ya sayang, di sekolah jangan nakal. Harus pinter dan dengerin apa yang guru bilang ya" Andrea mencium kening anaknya dan mencium tangan ibunya. Andrea melambaikan tangan sembari berjalan kedepan , dia meraih kunci yang ada di meja dan mengambil motor maticnya lalu melajukannya ke jalanan. Sesampainya dia di sebuah gedung tinggi dan memarkirkan motornya di basement. Dia pun berlari dan melewati pintu absensi, Andrea mengeluarkan kartu pengenal dan mengalungkannya di leher.
Dia berjalan menuju pintu lift dan naik ke lantai 8 tempat kantornya berada.
Sesampainya di kantor dia bertanya ke resepsionis ruangan Bu Hesti.
" Permisi mbak, saya karyawan baru disini saya disuruh untuk menemui Bu Hesti"
" Oh mbak Andrea? Iya anda sudah ditunggu. Dari sini mbaknya lurus aja nanti lihat sebelah kanan ada tulisan asisten manager itu ruangannya"
" Terima kasih mbak"
Andrea berlalu sambil menundukkan kepala . Dia berjalan menyusuri ruangan yang dipenuhi banyak karyawan. Ruangan yang berupa sekat besi dan disampingnya terdapat meja dan kursi. Andrea masih tidak percaya bisa bekerja di perusahaan ini. Dengan berjalan tegap dia mencari ruangan asistent manager dan akhirnya ketemu. Dia pun mengetok pintu itu dan ada suara perempuan yang menyuruhnya masuk. Andrea membuka pintu dan disana sudah ada Bu Hesti dan seorang laki laki yang duduk berhadapan dengan Bu Hesti.
" Selamat pagi Bu " sapa Andrea
" Pagi Andrea baiyinah" panggil Bu Hesti dengan nama lengkapnya. Seketika laki laki yang berhadapan dengan Bu Hesti menoleh ke arah Andrea.
Laki laki itu tertegun setelah melihat siapa yang ada di balik pintu itu. Dan seketika Andrea pun mematung setelah melihat wajah laki laki yang duduk di hadapan Bu Hesti. Lelaki yang selama 6 tahun ini dia hindari sekarang berada di hadapannya.
" Ini kenalkan manager team kamu namanya pak eiwa cal Dayyan"
Eiwa berdiri di samping Bu Hesti mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Andrea. Andrea yang masih tidak percaya akan kehadiran eiwa hanya berdiri mematung.
" Andrea " panggil Bu Hesti lagi. Seketika Andrea gelagapan menyambut jabatan tangan eiwa.
" Saya harap kerja samanya ibu Andrea "
Ujar eiwa.
Andrea pun akhirnya tersadar bahwa saat ini dia sedang berada di kantor dan berhadapan dengan atasannya.
" Mohon bimbingannya pak, saya akan bekerja keras untuk perusahaan ini" Andrea sedemikian rupa menata degup jantungnya dan bersikap seprofesional mungkin saat berhadapan dengan eiwa. Dia tidak mempunyai rencana apapun jika suatu saat nanti akan bertemu kembali. Tangan yang berbeda 6 tahun lalu terasa kokoh dan berotot, wajah yang sudah dia lupakan kini terasa lebih tegas dan dewasa. Setelan jas dengan rambut yang ditata rapi mengarah kebelakang membuatnya semakin kelihatan berwibawa. Bentuk postur tubuhnya yang tinggi ditambah otot-otot yang terbentuk semakin membuatnya kelihatan gagah dan sangat tampan.pikiran konyol apa sekarang yang sedang berada di otakku , gumam Andrea dalam hati. Dia tidak menyangka bahwa kini berada dibawah pimpinan eiwa.
" Saya sangat menantikan bekerja sama dengan Anda Bu Andrea baiyinah" eiwa menatap tajam ke arahku,tapi tatapannya kini berbeda saat 6 tahun lalu. Ini bukan tatapan yang senang berjumpa dengan teman lamanya tapi lebih ke intimidasi.
" Ok..nah sekarang kamu akan saya antar ke meja kamu Andrea" ujar Bu Hesti membuayarkan lamunan ku dan segera kutarik tanganku dan bergegas mengikuti Bu Hesti yang sudah berjalan ke arah pintu. Andrea mengikuti Bu Hesti tanpa menoleh sedikitpun dan berjalan keluar.
" Sudah lama ya Andrea , setelah sekian lama menghilang tak kusangka akan bertemu disini" gumam eiwa memasukkan kedua tangannya ke kantong celana dan duduk bersandar di pinggiran meja.
" Nag ini kursi kamu, saya harap kamu bisa beradaptasi dengan yang lain ya " tunjuk Bu Hesti ketika sampai di meja Andrea .
" Teman teman ini karyawan baru, tolong di bantu ya " ujar Bu Hesti dan kembali ke ruangannya.
" Baik Bu" sorak semuanya.
Aku pun menundukkan kepala tanda hormatku pada rekan kerja dan aku pun duduk di mejaku.
" Hai..aku Lita " rekan kerja di sampingku mendatangiku
" Andrea "
" Kalau ada yang perlu ditanyakan Jangan sungkan sungkan"
" Baik kak, terima kasih " aku pun bersalaman dengan seluruh rekan kerjaku untuk memperkenalkan diri. Setelah perkenalan selesai aku duduk di kursiku dan menjalankan tugas pertamaku.
Beberapa jam berlalu aku masih berkutat di komputerku, dan rekan kerjaku menyuruhku untuk memfoto copy beberapa lembar dokumen yang harus ditanda tangani.
Andrea pergi ke ruangan foto copy yang ada di belakang dekat pantry. Karena ini pertama kalinya dia memfoto copy sendiri, jadi dia agak bingung caranya,karena rekan kerja nya sibuk dengan kerjaan masing masing jadi Andrea tidak berani bertanya. Dan akhirnya dia melakukannya sendiri, beberapa kali mencoba tetapi selalu gagal. Dan ini percobaan yang ke lima kalinya jika kali ini gagal juga terpaksa dia harus minta tolong pada rekannya. Saat dia sedang berkutat dengan mesin foto copy tiba tiba seseorang memasuki ruangan itu seketika Andrea menoleh dan dilihatnya eiwa sedang berdiri di depan pintu .
" Wa…eh..pak" Andrea salah tingkah ketika eiwa masuk ke ruang foto copy, eiwa maju menghampiri Andrea tepat didepannya, yang membuat jantung Andrea berdetak kencang .
" Kamu harus menekan tombol ini kalau ingin memfoto copy beberapa"
Andrea menoleh ke mesin foto copy dan melihat arahan telunjuk eiwa.
" Setelah itu kamu tekan tombol hijau buat mencetaknya, jika kertas habis kamu bisa mencarinya disini."
" Ah baik.. pak terima kasih"
" Kalau kamu tidak tahu sebaiknya kamu bertanya ke rekanmu agar tidak membuat kekeliruan"
" Baik pak maafkan saya"
Andrea melakukan apa yang sudah diberitahu eiwa, tetapi Andrea merasa tidak nyaman karena eiwa terus memperhatikannya. Andrea melirik ke arah samping eiwa masih berdiri disana dengan tangan di saku celana. Ruangan yang hanya ada mereka berdua terasa begitu sunyi dan hanya terdengar suara mesin foto copy. Eiwa melangkahkan kakinya menghampiri Andrea, melihat pergerakan disampingnya Andrea sedikit tertunduk.
" Kamu apa kabar Andrea?"
Seketika Andrea menolah dan melihat eiwa sudah berada di dekatnya
" Baik pak" Andrea sedikit gugup ketika eiwa sudah berada di dekatnya.
" Apa kamu tidak penasaran tentang kabarku Andrea"
Andrea menggigit bibirnya dan mengangkat kepalanya sehingga mata mereka bertemu
" Saya tidak perlu menanyakannya karena saya melihat bapak baik baik saja malah sangat baik "
Eiwa menatap gadis yang kini sudah tumbuh dewasa dengan rambut yang disemir kecoklatan memperindah kulitnya yang putih, meskipun kini dia sudah tidak terlihat polos seperti dulu tapi dia masih tetap terlihat cantik. Wanita yang membuatnya penasaran beberapa tahun ini karena menghilang tidak ada kabar sama sekali setelah mengatakan kehamilannya, ingin sekali dia bertanya apa dia menggugurkannya atau melahirkannya dan menikah dengan orang lain. Berbagai pertanyaan tersimpan di dadanya tapi dia hanya bisa menahannya.
" Kenapa kamu gak hadir waktu kelulusan"
" Saya tidak hadir karena harus pindah keluar kota "
" Apa kamu sudah menikah "
Ting bunyi suara mesin foto copy yang memberitahukan sudah berhenti. Andrea mengambil berkas yang di foto copynya.
" Urusan saya disini sudah selesai pak saya permisi dulu " Andrea berlalu pergi tapi dihadang oleh eiwa.
" Bagaimana kandunganmu dulu "
Andrea sejenak terdiam , tidak disangka dia akan menanyakan hal itu di pertemuan pertama.
" Saya rasa itu bukan urusan bapak dan itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan" jawab sinis Andrea
" Aku hanya ingin memastikannya apa kamu melahirkannya "
Andrea menatap penuh benci ke arah eiwa ,jika mengingat masa lalu ingin sekali dia menendang buah zakar laki laki ini
" Saya menggugurkannya" ucap Andrea berbohong karena dia tidak ingin eiwa mengetahui bahwa dia mempunyai seorang putra. Karena Andrea tidak ingin berhubungan lagi dengan orang yang sudah menyakitinya begitu dalam.
Terlihat wajah kecewa eiwa tapi Andrea tida memperdulikannya.
" Kalau tidak ada urusan lagi saya permisi" Andrea berlalu pergi dari hadapan eiwa yang termenung sendiri.
Mata Andrea berkaca kaca saat meninggalkan eiwa tapi dia tidak ingin terlihat lemah seperti dulu, dia tidak akan membiarkan eiwa mengambil celah itu .
Setelah seharian dia berkutat dengan pekerjaan,cukup membuatnya kelelahan di hari pertama. Dia melihat handphonenya rupanya sudah jam 5 , waktunya dia pulang dan tring ada notif dari temannya
" Ini hari pertama mu kerja kan harus dirayakan donk" pesan itu dikirim oleh sahabatnya le
" Aku belum punya uang buat menraktir kalian tunggu aku gajian ya nanti aku bakal traktir kalian semua"
" Hari ini danantya yang akan traktir ,dia baru dapat bonus besar . Bulan depan kamu yang traktir ya" sahut temannya Anggita karena kini mereka sedang mengobrol di grup wasap yang hanya di huni oleh mereka Lea,anggitabdan danantya.
" Baiklah, ketemua an dimana " ketik Andrea
" Aku sudah di depan kantormu keluar lah" sahut danantya.
" Lha motorku gimana?"
" Taruh distu dulu besok aku yang antar lagi " sahut danantya.
" Ok"