BAB 02. Dia Unik

1699 Kata
Pagi-pagi sekali Keisha sudah berdiri di depan pintu kamar anaknya. Keisha tidak sabar mendengar dari anaknya bagaimana Celine dan apakah Dean menerima perjodohan ini. Melihat Dean pulang semalam dengan wajah datar tanpa kata satupun. Sudah pasti kalau Dean akan menerima perjodohan ini. Celine itu anak yang manis, baik, cantik, dan yang pastinya menjadi menantu idaman Keisha selama ini. Dean harus menerima Celine karena Celine sudah menjadi gadis yang pas untuk Dean. Dan Dean tidak akan merasa rugi menikah dengan Celine. Dean yang baru keluar dari dalam kamarnya melihat ibunya yang sudah berdiri di depan pintu kamar Dean. Dean mengerutkan kening dan berjalan melewati ibunya dan tidak memedulikan ibunya yang terus mengikuti Dean. “Bagaimana? Celine cantik bukan? Dia cocok sama kamu bukan?” Dean yang mendengar itu tersenyum tipis. “Dia unik.” Dua kata itu keluar dari mulut Dean. Celine memang unik sekali. Keisha mengerutkan keningnya. “Unik? Kamu bilang dia unik?” tanya Keisha. “Hem. Dia unik.” “Dia itu cantik, manis, dan pastinya banyak yang suka sama dia. Banyak yang melamar Celine. Tapi, selalu ditolak oleh Celine. Kamu nggak ditolak sama dia bukan?” tanya Keisha was-was. Mana tahu saja anaknya ditolak oleh Celine. Dean menggeleng. “Tidak.” Jawab Dean singkat. Keisha berdecak mendengar jawaban anaknya yang sangat singkat. Anaknya ini tidak memiliki jumlah kata yang akan dikatakan. Atau Dean sedang berlatih menjadi sebuah patung atau menjadi orang bisu. “Kamu ngomongnya panjang dikit napa! Jangan pendek kayak gitu. Cukup tinggi Mama aja yang pendek. Ucapan kamu jangan pendek-pendek juga,” oceh Keisha. Dean melirik pada ibunya. Dan menghela napasnya. “Dia nggak nolak Dean. Dean akan mengajaknya sarapan pagi ini. Alamat rumahnya,” ucap Dean meminta alamat rumah Celine pada ibunya. Dean memang akan mengajak Celine untuk sarapan bersamanya. Dean ingin mendengar suara gadis itu lagi. Ntaah apa yang terjadi pada Dean yang jelas dia menyukai Celine. Dean tidak munafik pada perasaannya. Dia memang menyukai gadis itu. Keisha yang mendengarnya sangat semangat. Keisha langsung mengambil ponselnya dan mengirimkan alamat rumah Celine pada Dean. Dean yang merasakan ponselnya berbunyi langsung membuka pesan dari ibunya dan tersenyum tipis. “Dean pergi dulu,” ucap Dean berjalan menjauh dari hadapan ibunya. “Semoga sukses!!!” teriak Keisha semangat. *** Dean menatap rumah di depannya yang lumayan besar namun tidak sebesar rumah kedua orangtuanya. Dean menatap pada Satpam yang berjaga di gerbang rumah. Dan tersenyum sopan Satpam itu menatap Dean dengan tatapan penuh tanda tanyanya. “Anda mencari siapa?” tanya Satpam sopan. Dean yang mendenga itu tersenyum tipis. “Saya ingin mencari Celine. Ada di rumah?” tanya Dean. “Oh, Nona Celine. Dia ada di rumah. Anda temannya?” “Saya calon suaminya.” Satpam yang mendengar itu terkejut dan langsung membuka gerbang rumah. Dean yang melihat gerbang rumah sudah terbuka. Dean kembali masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya memasuki gerbang rumah Celine. Dean menghentikan mobilnya di depan pintu rumah Celine dan turun dari dalam mobil. Dean berjalan dengan langkah tegapnya. Dean membunyikan bel rumah membuat pintu rumah hanya dalam waktu sebentar langsung terbuka. Seorang wanita paruh baya menatap Dean dengan tatapan bingungnya. “Anda siapa?” Dean menduga kalau ini adalah ibu Celine. “Saya Dean Zavisto. Anak dari Keisha dan Derren Zaviston,” jawab Dean sopan. Meira—ibu Celine yang mendengar itu terkejut. Dia tidak menyangka kalau Dean akan main ke rumahnya pagi ini. Padahal semalam Celine baru menemui laki-laki itu. Laki-laki pertama yang tidak menolak perjodohan ini. Jangan sangka Meira tidak tahu kelakuan putrinya itu selama ini. Yang selalu saja bertingkah menyebalkan dan membuat semua laki-laki menolak perjodohan yang diadakan oleh Meira dengan teman-temannya. “Silakan masuk. Kamu ganteng banget. Pantas saja Celine malam tadi sampai terlihat senang ternyata calon suaminya setampan ini. Kamu udah sarapan? Mau sarapan bareng sama Tante dan yang lainnya?” tanya Meira dengan senyuman manisnya. Aduh, mimpi apa Meira punya calon mantu tampan seperti ini. Padahal anaknya biasa saja dan tidak ada cantik-cantiknya sama sekali. Malahan Celine sering terlihat kumal dengan hanya memakai baju tidur dari pagi sampai malam. Dan Meira curiga kalau anaknya itu jarang mandi. “Hem. Tidak usah Tante. Saya ingin mengajak Celine sarapan bersama saya. Malam tadi saya merasa bersalah karena langsung pulang dan tidak sempat menemani Celine makan,” ucap Dean sopan. “Boleh. Duduk dulu ya, biar Tante bangunin Celine. Dia itu gadis pemalas suka bangun kesiangan. Nanti kalau jadi suami dia, kamu harus tahan-tahan ya sama kelakuannya yang aneh dan janagn heran nanti dia teriak suami pada sebuah poster yang besar,” ucap Meira menceritakan keburukan Celine. Dean yang mendengarnya tertawa pelan. Keluarga Celine tampaknya sangat seru sekali. Dean tahu kalau sifat Celine datang dari mana pasti dari wanita cantik yang beberapa detik lalu menceritakan keburukan Celine padanya. *** Meira menatap putrinya yang masih tertidur pulas dan tidak ada berniat bangun sama sekali. Meira menggoyangkan lengan Celine kuat membuat Celine terganggu dari tidurnya. Membuka mata perlahan dan menatap pada ibunya kesal. “Apa sih Ma? Ini masih pagi. Kenapa Mama bangunin Celine?” tanya Celine. Malam tadi Celine tidur jam dua malam. Dia menonton drama korea hingga larut malam. “Bangun. Di bawah ada Dean yang mau ngajak kamu sarapan bersama. Kamu harus pergi bersama Dean. Mama nggak mau tahu kamu harus mau pergi. Kalau tidak kamu tahu sendiri akibatnya,” ancam Meira membuat Celine mendengkus dan turun dari atas ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. Meira yang melihat itu tersenyum senang. Mengancam Celine sangat mudah sekali dan tidak membutuhkan lama membuat Celine bangun dan langsung bersiap untuk pergi bersama dengan Dean. Celine keluar dari dalam kamar mandi menggunakan celana jeans dan baju kaos berwarna hitam kebesaran di badannya. Meira yang melihat itu berdecak. “Kamu cuman pakai itu? Kamu nggak dandan?” tanya Meira. Celine mencibir. “Cuman sarapan aja, ‘kan? Nggak perlu dandan,” jawab Celine dan mengikat rambutnya asal lalu memakai bedak tipis dan berjalan keluar dari dalam kamarnya mengabaikan ibunya yang masih dalam kamar. Meira yang melihat itu berdecak dan mengikuti Celine dari belakang. Celine yang melihat Dean dari kejauhan langsung menguap malas. Hari-harinya tidak akan tenang sepertinya. Hidup pengangguran Celine harus terganggu karena kedatangan Dean. “Ayo, pergi. Mau sarapan di mana? Pinggir jalan atau pinggir gunung Krakatau?” tanya Celine malas. Dean yang melihat penampilan Celine dari atas sampai bawah, menggulum senyumnya. Celine tidak jaim sama sekali dengan penampilannya. Mungkin ini Celine yang sebenarnya tidak seperti semalam seperti orang yang akan ke makam dengan memakai pakaian serba hitam. “Ayo. Tante, saya bawa Celine dulu. Nanti siang saya akan memulangkan Celine,” ucap Dean sopan pada Meira yang berdiri di depannya. Meira mengangguk. “Kalau kamu nggak memulangkan Celine juga tidak apa-apa. Langsung aja nanti nikahi dia dan suruh dia tinggal bersama denganmu,” ucap Meira membuat Celine langsung menatap ibunya itu dengan tatapan tajamnya. Dean hanya tersenyum dan keluar dari dalam rumah Celine diikuti oleh Celine dari belakang. Celine masuk ke dalam mobil Dean dan menatap isi dalam mobil pria itu sangat bersih. Beda dengan mobilnya yang sangat kotor dan Celine akan membersihkan mobilnya kalau ada niat di dalam hatinya. Kalau tidak niat maka mobilnya akan kotor sampai sebulan atau dua bulan. “Kamu tahu makanan yang enak?” tanya Dean melajukan mobilnya. Celine melihat pada Dean dan langsung mempunyai ide untuk mengerjai Dean. Pria ini akan tahu rasa karena dengan beraninya menerima perjodohan ini. Celine tidak akan menyerah sampai Dean membatalkan perjodohan dengan dirinya. “Kamu lurus aja nanti, dan nanti ada pedagang yang jualan sarapan di tepi jalan. Kita berhenti di situ nantinya,” ucap Celine. Dean yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya. “Makan di pinggir jalan?” tanya Dean. Celine mengangguk. “Iya, kenapa? Kamu tidak terbiasa. Kita nggak akan mati hanya makan makanan di pinggir jalan.” Dean hanya menurut saja. Dean menepikan mobilnya saat melihat penjual bubur dengan gerobak yang membuat Dean mengidik ngeri melihatnya. Pasalnya gerobak itu terlihat hitam dan tidak pernah dibersihkan sama sekali. Celine sudah keluar dari dalam mobil. Dean dengan ragu turun dari dalam mobil. Dean berjalan mendekati Celine yang sudah duduk di meja yang disediakan oleh penjual bubur ini. Dean menatap ngeri saat penjual bubur itu membuat makanannya dengan tidak menggunakan sarung tangan atau tangan tidak dicuci lebih dulu. “Kamu yakin makan di sini?” bisik Dean pada Celine. “Iya. Kamu nggak mau makan di sini? Ya udah, kamu pergi saja cari tempat makan yang lain aku bakalan tetap makan di sini.” Celine mengusir Dean untuk pergi. Celine menahan senyumannya melihat Dean yang menggeleng dan masih bertahan untuk memakan bubur di sini. “Ini Neng buburnya,” ucap penjual. “Terima kasih Kang,” jawab Celine mengambil semangkok bubur dan memberikannya pada Dean. Dean mengambil mangkok bubur itu ragu. Dean melihat pada Celine yang sudah memakan bubur dengan lahap. Dean menyendok bubur itu dan mengarahkan pada mulutnya. Dean memberanikan memakan bubur ini berharap setelah ini dirinya tidak akan jatuh sakit sama sekali. Dean yang merasakan bubur itu dalam mulutnya. Rasanya tidak terlalu buruk. Lumayan. Dean memakan bubur itu sampai habis membuat Celine tidak menyangka Dean akan menghabiskan bubur itu. Padahal Celine tadi berharap Dean akan memuntahkan bubur itu. Namun, rencananya kembali gagal. “Sudah?” tanya Celine pada Dean. Dean mengangguk. “Sudah.” “Akang berapa?” tanay Celine pada penjual bubur itu. Penjual bubur itu berjalan mendekati meja Celine. “Buburnya dua mangkok ya Neng? Semuanya sepuluh ribu.” Celine menyeringai. “Murah banget Kang. Tunangan saya akan bayar 10 juta,” ucap Celine membuat Akang penjual bubur itu terkejut dan menganggap Celine hanya bercanda saja. “Jangan bercanda atuh Neng. Mana ada bubur 10 juta mah,” ucap Akang tertawa. Dean mengeluarkan isi dompetnya dan mengeluarkan semua uang seratus ribuan dalam dompet yang lumayan besar dibawa olehnya. “Ini 10 juta Kang. Buburnya enak,” jawab Dean dan berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam mobil. Celine yang melihat itu terkejut mengejar Dean dengan cepat lalu masuk ke dalam mobil. Dean sungguh membayar bubur itu 10 juta? Dean sudah gila. Benar-benar gila. Akang yang memegang uang sepuluh juta masih mematung. Tidak pernah buburnya yang dua mangkok seharga lima ribu semangkok dihargai 10 juta dua mangkok. Ini rezekinya? Ini beneran? Nggak mimpikan? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN