bc

With You: Saudara Tiri Pengganggu

book_age18+
544
IKUTI
7.4K
BACA
family
HE
bxg
kicking
childhood crush
like
intro-logo
Uraian

Buah dari sebuah kesabaran akan selalu terasa manis. Rasa sakit dan kecewa yang pernah terasa akhirnya membawa Stella pada puncak keberhasilan bersama pujaan hatinya, Niko serta dua rekannya melalui band Stevanie. Tak sampai di situ, tantangan hidup mulai menghampiri dan mengobrak-abrik mereka, tetapi Stella dan Niko berjanji akan selalu bersama dalam keadaan apapun. Siapapun tidak mampu menghancurkan kokohnya dinding pertahanan cinta mereka, bahkan ketika situasi mulai terasa berat dan sesak.

Kisah romansa manis ini mampu membuatmu hanyut terbawa perasaan layaknya janji Stella pada Niko: "Asal sama kamu, aku bahagia dan sanggup melewati apapun yang terjadi. Asal sama kamu..."

chap-preview
Pratinjau gratis
PROLOG
Waktu masih menunjukan pukul enam pagi dan Niko sudah ada di rumah Stella padahal gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. "Tumben Stella jam segini belum bangun, Bu?" tanya Niko yang sudah dipersilakan oleh Riva untuk duduk di ruang tamu. "Iya, semalam bantu Zafran dan Haikal bikin kerajinan. Malah setelah adik-adiknya tidur Stella masih ngotot mau sampai selesai," jelas Riva. "Kebiasaan banget dia tuh kalau bantu orang gak lihat waktu." "Iya, sempat khawatir sih Ibu juga. Tapi dia udah bilang kalau dia gak apa-apa. Oh iya, Niko kok pagi-pagi sekali udah ke sini?" "Oh iya Ibu, Niko sekalian mau izin bawa Stella jalan-jalan ke Bandung boleh?" "Berdua aja?" "Iya Ibu, lagian siapa lagi? Soalnya Alva dan Edo gak mungkin bisa ikut." "Ibu sih boleh aja, tapi hati-hati ya di perjalanannya." "Siap Ibu, Niko pasti bakalan hati-hati." "Oh iya, mau berangkat sekarang? Biar Ibu bangunkan dulu Stellanya." "Eh enggak kok, Bu. Niko santai juga. Biarin Stella tidur dulu, kasihan kalau dibangunin." "Beneran gak apa-apa kalau nunggu?" tanya Riva memastikan. "Iya Ibu gak apa-apa kok." "Ya udah, Ibu tinggal dulu ke belakang ya," pamit Riva. "Iya Ibu." ____ Satu jam kemudian pintu kamar Stella baru terbuka dan menampakan seorang gadis dengan muka bantal keluar dari dalam sana. "Selamat pagi tuan putri," sapa Niko saat melihat Stella keluar dari kamarnya. Stella yang masih dalam tahap mengumpulkan nyawa pun tidak merespon apa-apa. Ia hanya menatao Niko dengan datar. "Lho, kok ada di sini, Nik?" tanya Stella ketika nyawanya telah terkumpul. Niko tertawa gemas, "Udah sana mandi dulu, abis itu sarapan. Kita pergi ke Bandung." "Hah Bandung?" Niko mengangguk, "Kebun teh." "Sumpah?" "Iya Stella, udah cepat sana mandi dulu." "Oke, gue mandi ngebut." "Jangan ngebut nanti jatuh," peringat Niko. ____ Setelah Stella mandi dan sarapan, akhirnya Niko telah melajukan mobilnya. Riva telah memberi izin dan wejangan agar mereka hati-hati di perjalanan. "Mau beli makanan dulu gak?" tanya Niko. "Boleh deh, biar gak bosen di jalan. Gue mau beli eskrim boleh?" Niko melirik dulu jam tangannya, ternyata masih jam delapan pagi. "Jangan dulu eskrim ya, mending snack sama air minum dulu. Nanti kalau udah agak siang kita berhenti, cari dulu swalayan dan beli eskrim buat lo." Stella berpikir sejenak, "Boleh deh." Kemudian mobil Niko telah terparkir sempurna di halaman sebuah swalayan. Keduanya langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam. Stella mengambil keranjang terlebih dahulu, setelah itu ia berjalan ke rak di mana banyak makanan tersimpan. Setelah selesai Niko langsung membayar semuanya dan membawa barang belanjaan mereka ke mobil. "Nanti gue ganti ya nik jajanan punya gue," ujar Stella ketika keduanya telah berada di dalam mobil. "Apaan ganti-ganti, gak perlu. Pokoknya gak usah pikirin itu, yang penting perut lo kenyang." "Nik, kenapa lo selalu baik sama gue?" tanya Stella serius. "Ya kita kan emang harus baik kepada sesama manusia." "Maksud gue gak gitu—" "Lo tahu jawabannya, gue sayang sama lo," jelas Niko. "Lebih dari sekedar sahabat," lanjutnya dalam hati. ____ Stella berlari di perkebunan teh yang terhampar luas. Matanya berbinar menatap pemandangan alam seindah itu. Rasanya Stella sangat tenang berada di sini. "Nik, ini indah banget," pekik Stella bahagia. "Suka?" "Suka banget." Gadis itu merogoh tas kecil yang tersampir di pundak kanannya, ia mengambil ponsel dan memotret pemandangan yang indah sebanyak mungkin. "Niko terima kasih udah ajak gue ke tempat seindah ini," ucap Stella menatap Niko dengan tersenyum. Niko balas senyuman manis itu, tanpa sadar tangannya pun mengambil tangan Stella dan menautkan jari-jari mereka. "Mau jalan ke sana gak?" tanya Niko. Stella jelas mengangguk mau. Dengan langkah ringan Niko membawa Stella ke tempat yang lain sambil menggoyang-goyangkan tangannya dan tangan Stella yang saling bertaut itu. "Niko gue bahagia banget!" pekik Stella sekali lagi. "Gue juga bahagia apalagi lo bahagia karena gue." Stella menatap Niko sambil tersenyum dan Niko pun balas memberikan senyum pada gadis itu. "La, gue mau ngomong sesuatu sama lo." "Apa?" "Soal tadi gue bilang gue sayang sama lo itu beneran." "Gue juga sayang sama lo, Nik." "Tapi gue lebih dari sekedar sahabat." Stella mematung mendengar pernyataan sahabatnya itu. Benarkah apa yang ia dengar? "Nik?" "Gue serius, La. Gue sayang banget sama lo, lebih dari sekedar sahabat. Mungkin ini terdengar gak tahu diri, tapi semakin lama gue bareng lo, semakin sering gue ketemu sama lo, rasa gue semakin dalam," jelas Niko. Stella tak langsung menjawab. Gadis itu menunduk dan memainkan jari-jari Niko dengan kedua tangannya. "Nik, lo tahu gue belum siap pacaran lagi. Bahkan waktu itu gue tolak Alva, karena gue punya seseorang yang gue suka juga." Deg Niko merasa dirinya langsung tertolak. Siapakah lelaki beruntung yang berhasil menjadi tambatan hati Stella? "Gue gak mau sama Alva karena gue maunya sama lo," tukas Stella dengan cepat. Niko tak langsung bereaksi, lelaki itu berpikir sebentar. "Maksudnya?" "Lupa—" "Lo juga sayang sama gue lebih dari sekedar sahabat?" Stella mengangguk malu-malu. "ARRRGHHHH," teriak Niko membuat Stella kaget. "Lo kenapa?" "Gue bahagia!!!" "Eh tapi Nik, lo gak ngajak gue pacaran?" "La, tanpa perlu dijelaskan juga lo tahu maksud gue." Stella menatap Niko dengan mata berkaca-kaca. "Ayo mulai sekarang kita sama-sama terus, La. Ayo saling percaya dan saling jaga satu sama lain. Gue gak akan bilang kalau lo pasti bahagia sama gue, tapi gue akan membiarkan lo merasakan sendiri gimana rasanya jadi bagian dari hidup gue dan gue berjanji akan jaga lo selamanya," tegas Niko. Air mata Stella akhirnya turun namun gadis itu masih bisa tertawa, "Gue kira gue tuh cinta bertepuk sebelah tangan yang kebawa perasaan sama kebaikan lo." "Hahaha udah ya, resmi pacaran nih kita sekarang." "Terima kasih ya, Nik." ____ Ketika malam mulai gelap Stella telah kembali ke Jakarta. Sebentar lagi mereka akan tiba di rumah Riva. "Eh Nik, bisa ke swalayan dulu gak? Tadi Nadiya titip sereal, aku lupa tadi gak beli pas berangkat," ujar Stella. "Aku dan kamu nih sekarang?" goda Niko. "Nik, serius ya!" "Hahaha iya iya ayo ke sana dulu." Akhirnya hanya Stella saja yang masuk ke dalam swalayan. Tadinya Niko akan ikut, namun Stella melarang karena gadis itu hanya membeli sekotak sereal. Stella mengantri di belakang seorang perempuan yang saat ini sedang kebingungan di meja kasir. "Mbak, ini gak ada s**u formula yang ukuran kecil ya?" tanya perempuan itu. "Mohon maaf ya, Kak. Barangnya belum datang lagi." "Aduh, gimana dong Mbak uang saya kurang." "Ya udah gak perlu, Mbak di sini kan gak bisa ngutang," ketus si kasir. "Tapi an—" "Udah Mbak, kalau gak mampu gak usah beli s**u formula. Pake asi langsung aja!" Stella yang mendengar itu tak tahan, akhirnya ia berinisiatif untuk membantu membayarkan s**u formula milik perempuan itu. "Mbak, itu s**u formulanya satukan aja sama sereal punya saya ini. Biar saya yang bayar," ujar Stella. Setelah Stella mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah, ia langsung memberikan s**u formula itu kepadanya. "Ini ya Mbak—" Belum sempat Stella menyelesaikan ucapannya, gadis itu mendadak diam melihat perempuan yang baru saja ia bantu. Dengan cepat perempuan itu mengambil s**u formula dari tangan Stella dan segera pergi dari sana tanpa ucapan terima kasih atau apapun. "Radea..."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
209.2K
bc

My Secret Little Wife

read
102.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
192.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.9K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook