Elsa melepas lagi pelukan mereka. “Kakak tidak percaya padaku?” “Sudahlah, tidak papa, Elsa. Tubuh kamu adalah milik kamu. Selama kamu mengizinkan, tidak masalah jika Arnold, jika hah, fvck Arnold.” Mengembuskan napas lelah, Elsa menggandeng Adam ke kamar. Membuka sorogan. Di dalam sana, monitor portabel menampilkan CCTV di apartemen Elsa. “Lihat.” Elsa memutar balik kejadian beberapa jam yang lalu. “Kami hanya tidur biasa, Kak. Tidur biasa. Aku jadi tahu akhirnya. Arnold memang pria yang baik. Tidak memanfaatkanku meski sudah kubilang tidak papa jika ingin menyentuhku.” Adam mencoba mengabaikan kalimat Elsa terakhir tadi. “Tapi tadi Arnold bilang, dia di bawah kamu di atas,” ucap Adam masih. “Hmph.” “Lihatlah, Kak. Perhatikan baik-baik. Aku tidur di atas sofa, sementara Arnold di

