BAB 9: KUNTILANAK SEKSI

1111 Kata
Senyum Elena berubah sendu saat mobil Lisa sudah jalan. Dulu dia memiliki mimpi, kalau suatu saat nanti, dia akan seperti pasangan yang baru saja dilihatnya, ada seorang pria akan sangat mencintainya dan selalu menjaganya, memperlakukannya seperti putri. Sejak dia mulai mengerti kalimat yang diucapkan orang, dia menyadari kalau semua orang memujinya cantik atau sangat manis, lalu dia menonton film-film drama romantis, dimana wanita cantik pasti akan bertemu dengan pria tampan yang sangat mencintainya. Karena dia cantik, dia berpikir kalau suatu saat, hal itu akan datang padanya. Namun mimpi itu juga hangus bersama dengan kandasnya karir keartisannya. Sekarang reputasinya sangat buruk, pria mana yang mau memperlakukan wanita yang pernah terlibat kasus n*****a dan digosipkan open BO dengan baik? Tidak dihina dan direndahkan saja sudah bagus. Melihat cara para pria menatapnya dengan kurang ajar dan memiliki maksud terselubung, dia berpikir kalau lebih baik dia tidak menikah saja. Ellena menghela nafas pasrah, ya sudahlah, jangan memikirkan apa yang tidak bisa dimiliki. Sekarang sudah ada yang membantunya membayar biaya pengobatan Ibunya saja sudah bagus. **** Di dalam mobil, Lisa mencoba menghubungi Alex tapi panggilannya tidak terangkat. Dia melihat jam yang sekarang sudah jam satu siang, jadi dia hanya mengirimkan pesan mengenai keadaan Maudy dan omelan karena Alex tidak pernah bercerita tentang kejadian tiga tahun yang lalu. “Kau mau ke kantor?” tanya Jackson. “Aku mau makan,” jawab Lisa yang sebenarnya lapar, tapi tadi Ellena dan Ayla tidak mau diajak makan karena mereka belum lapar. Dan karena dia melihat sendiri kalau dua gadis itu baru makan saat dia datang, dia tidak memaksa mereka. “Kau mau makan apa?” tanya Jackson tertawa. Dia tahu Lisa mungkin sudah lapar, tapi tadi dia pikir mereka makan di salah satu restoran yang ada di dalam gedung kantor Lisa saja. “Itu aja. Andi, berhenti di gerai ayam goreng itu!” perintah Lisa pada si supir saat melihat gerai ayam goreng di pinggir jalan. Dia sudah lapar dan yang paling pas adalah makan makanan siap saji yang bisa langsung dimakan. “Baik, Nyonya,” kata Andi yang langsung melipir ke tempat yang ditunjuk Lisa. Lisa memesan paket untuk lima orang walau hanya dia yang makan berdua dengan Jackson. Tubuh Jackson sendiri sudah lebih gemuk dari saat dia belum menikah dengan Lisa. Ini adalah akibat dia terus menemani Lisa makan dengan porsi yang tidak normal. Dia berusaha untuk banyak berolahraga, tapi tetap saja kalori yang masuk lebih besar daripada yang dikeluarkan, jadilah dia sedikit gempal. Yah, karena naiknya tidak sampai puluhan kilo, jadi Jackson tetap ganteng. Bagi Lisa, tubuh Jackson sekarang tidak terlalu gemuk, hanya sekal seperti lontong bungkus yang padat, dan dia tidak keberatan dengan hal itu, malah dia merasa dulu Jackson terlalu kurus. Hanya Lisa yang walau kalori masuk dan keluar tidak sepadan, tapi tetap kurus. Alex menelponnya kembali di jam tujuh malam, disaat Alex sedang dalam perjalan ke kantor, dimana di New York sekarang baru jam tujuh pagi. “Kejadian yang mana yang kau tanyakan?” tanya Alex. “Waktu kau hampir dikubur hidup-hidup!” omel Lisa. “Darimana kau tahu soal itu?” tanya Alex terkejut. “Memang dari siapa lagi? Ya Ellena lah!” jawab Lisa yang semakin kesal karena berpikir Alex masih ingin menyembunyikan hal itu darinya. “Kau bisa melihat Ellen?!” tanya Alex semakin terkejut. “Mengapa tidak bisa?” tanya Lisa bingung. “Apa mungkin karena kita kembar, ya? Jadi, jika aku bisa melihatnya, maka kau juga bisa melihatnya. Memang kau tidak kaget dengan wujudnya?” tanya Alex dan Lisa bengong. Akhirnya dia menyadari kalau Alex tidak tahu kalau Ellena bukanlah kuntilanak asli. “Kau pikir dia beneran kuntilanak?” tanya Lisa. “Ya, kan, dia memang … Eh, apa maksud perkataanmu barusan?” tanya Alex yang tiba-tiba menyadari kejanggalan dari perkataan Lisa. “Aku bertemu dengannya yang sedang menunggu operasi Ibunya di depan ruang operasi. Dia masih hidup dan mengobrol denganku dan Jackson,” jawab Lisa memberitahu. “Apa?!” teriak Alex hingga Lisa menjauhkan ponselnya dari telinganya. Alex mengerem tiba-tiba hingga membuat mobil sportnya mulusnya hampir saja ditabrak dari belakang dan dia diomeli oleh orang yang mengemudi mobil di belakangnya. “Kau jangan bercanda!” omel Alex sambil kembali melajukan mobilnya. “Aku tidak bercanda. Gadis itu sangat cantik, sayang sekali dia tidak mau kembali menjadi artis lagi.” kata Lisa. “Ellen benar-benar masih hidup?” tanya Alex yang menyadari kalau Lisa tidak sedang bercanda. “Tentu saja. Aku tidak punya kemampuan untuk bicara dengan makhluk tak kasat mata,” jawab Lisa sambil tertawa. Hal pertama yang dilakukan Alex setelah dia sampai kantor adalah masuk ke ruang kerjanya dan menghubungi Ellena dengan panggilan video, tentu saja untuk membuktikan perkataan adik kembarnya di mobil tadi. **** Ellena baru kembali ke rumah di jam enam sore, setelah Alya datang menggantikannya menjaga sang Ibu. Dia hanya mencuci tangan dan kakinya, lalu membuka pakaiannya dan langsung naik ke ranjang karena sangat ngantuk. Semalam dia kurang tidur karena mengkhawatirkan operasi sang Ibu, lalu pagi-pagi sekali segera berangkat ke rumah sakit untuk menemani sang Ibu sebelum operasi. Dia baru saja tidur di ranjangnya tidak sampai satu jam saat ponselnya berbunyi. Dia bahkan tidak menyadari kalau yang berbunyi bukanlah ponsel yang biasa dia gunakan. Ellena berpikir kalau yang menghubunginya adalah Alya, karena memang hidupnya begitu sepi, tidak banyak orang yang akan menghubungi dan mencarinya, jadi dia langsung menggeser logo berwarna hijau di ponselnya dan menempelkan ponsel itu di telinganya. “Ya, Alya,” kata Ellena serak tanpa membuka matanya. “Ellen?” Dalam sekejap, mata Ellena terbuka saat mendengar suara pria. Dia melihat layar ponselnya dimana disana terlihat wajah Alex yang ganteng pake banget dan sangat rapi dengan stelan jas kerja. “A-Alex …?!” seru Ellena yang langsung bangun dan duduk di ranjangnya. Dia bahkan tidak menyadari seperti apa penampilannya. Baru bangun tidur dengan rambut awut-awutan dan hanya menggunakan pakaian dalam. Sedangkan Alex, dia terbelalak saat melihat Ellena yang terlihat begitu seksi dengan bra berenda berwarna pink yang membungkus dadanya yang montok. Sejak dia membuat perjanjian dengan Ellen tiga tahun yang lalu, dia selalu menjauhkan diri dari berbagai hal yang berhubungan dengan seksual dan rangsangannya, semua itu dia lakukan agar dia bisa menjaga dirinya sesuai dengan janjinya pada Ellen. Dan sekarang, tentu saja tubuhnya langsung bereaksi saat melihat Ellen yang cantik dan seksi dengan bra pink berenda. Bahkan, dia sudah lupa alasan dia menghubungi Ellen. Ellena menyipitkan matanya melihat Alex di layar ponselnya untuk memastikan kalau itu memang Alex, lalu melihat nama di ponselnya, yang juga Alex, dan akhirnya dia yakin kalau Alex di layar ponselnya memang asli, bukan ke-halu-annya. Setelah memperhatikan Alex beberapa saat, dia menyadari kalau fokus Alex tidak pada wajahnya, jadi dia mengikuti arah pandang Alex dan menjerit. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN