Part 4: Permainan Takdir

1879 Kata
Alexa mengangkat tangan kanan nya. Dia menyentuh dinding kosong untuk membuka portal menuju ke kerajaan nya. Dia tahu ada sesuatu yang salah pada dirinya. Jadi tanpa memberitahu Dimutri, Alexa langsung membuka portal dimensi menuju ke kerajaan. Alexa mengerjapkan matanya ketika sebuah bulatan besar dan bersinar terang muncul di dinding itu. Dia berhasil membuat portal di dalam kamarnya. Alexa langsung melangkah kan kaki nya memasuki portal. Dia memejamkan mata nya saat merasakan jika tubuhnya mulai transparan karena akan berpindah dimensi. Setelah dirasa jika suasana dan atmosfir di sekitarnya berubah, Alexa langsung membuka matanya dan menatap sekililing nya. "Kamar ku di kerajaan" gumam nya Dia berjalan menuju meja rias nya. Menatap bayangan dirinya yang terbalut gaun berwarna merah darah dengan sebuah mahkota kecil di kepala nya. Dia memegang d**a nya. Ada denyut sakit yang entah berasal dari mana atau siapa. Karena itu Alexa memutuskan untuk pulang ke kerajaan. Hanya sekedar untuk memastikan jika kedua orang tua nya baik baik saja. Alexa berlari kecil menuju keluar kamar. Dia menatap keadaan kerajaan yang terbilang sepi. Hanya ada beberapa penjaga yang berpatroli di luar Istana. Alexa melangkahkan kaki menuju kamar kedua orang tua nya sambil menatap sekitar. Baru beberapa hari sejak dia memutuskan untuk tinggal di dunia Manusia, tapi Alexa sudah mulai merindukan tempat tinggal asli nya. Tuk tuk tuk Alexa mengetuk pintu kamar orang tua nya. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Menampilkan Ibu nya yang menatap Alexa terkejut. "Alexa? Kau disini? Sendiri? Dimana Dimitri?" tanya Shella, Ibu nya. Raut wajahnya terlihat panik. Alexa tersenyum kecil "Aku pergi kesini tanpa memberitahu Dimitri, Ibu. Hanya sebentar. Karena setelah melihat Ayah dan Ibu, aku akan kembali ke Dunia Manusia." Shella menatap sekitar sebelum akhirnya membawa Alexa masuk ke dalam kamar. "Nak, jangan pergi sendirian. Kemana pun kau pergi, Dimitri harus selalu berada di sisi mu." ujar Shella serius Alexa menatap Ibu nya dengan bingung. "Ada apa? Kenapa Ibu terlihat gelisah melihatku hanya sendiri?" tanya Alexa Shella menghela nafasnya dan tersenyum. Berusaha menutupi hal buruk yang sedang menjadi sumber kegelisahan nya. "Tidak ada apa apa. Hanya saja, Ibu takut jika kamu sedang berada dalam kesulitan dan tidak ada Dimitri di sisi mu." jawab Shella dan Alexa mengangguk paham "Sebenarnya, aku kesini karena ingin bertanya beberapa hal." ujar Alexa "Tapi dimana Ayah?" tanya nya "Ayah sedang bersama Owen. Dia akan membangun pertahanan yang lebih kuat di daerah Barat" jawab Shella "Apa disana terjadi sesuatu yang akan membahayakan kita semua?" tanya Alexa serius. Dia rasa, ada masalah di dalam kerajaan. Masalah dalam dirinya mungkin tidak berarti dibandingkan masalah Kerajaan. "Tidak. Tidak ada apapun. Ayah hanya ingin membangun benteng pertahanan yang lebih kuat. Tidak ada masalah serius." sahut Shella, berusaha tidak membuat anaknya cemas dengan keadaan Kerajaan. "Jadi ada apa, Alexa?" tanya Shella Alexa menghela nafasnya dan menatap Ibu nya sendu "Sepertinya ada yang salah dengan ku. Sejak pulang sekolah, tubuhku terasa sakit. Aku tidak mau mengatakan ini pada Dimitri karena dia selalu bersikap berlebihan." Shella mengerutkan dahinya. Dia berjalan menuju meja kayu yang berisi ramuan buatan nya. "Mungkin itu karena kau akan segera bertemu dengan Mate mu, anakku." gumam Shella tanpa mengalihkan perhatiannya dari puluhan botol kecil berisi ramuan miliknya "Mate? Bagaimana rasanya bertemu dengan Mate?" tanya Alexa antusias Shella tersenyum tipis mendengar nada antusias dari Alexa. "Sebentar. Ibu harus mencari ramuan untuk mu." sahut Shella. Dia tersenyum begitu menemukan botol kecil yang di cari nya. Botol berisi ramuan berwarna biru pekat. "Ini, minumlah hanya ketika merasa kesakitan." ujarnya sambil menyerahkannya pada Alexa yang langsung di sambut dengan senang hati oleh nya "Ayo ceritakan bagaimana cara Ayah bertemu dengan Ibu?" tanya Alexa Shella tersenyum lembut sambil mengusap rambut anaknya. "Setiap orang memiliki sensasi yang berbeda ketika bertemu dengan Mate nya, anakku." jelas Shella "Harus diingat jika tidak semua perjalanan sepasang Mate akan di penuhi kebahagiaan. Terkadang sesuatu tidak sesuai dengan harapan atau kemuanmu. Semua nya berjalan mengikuti takdir." lanjut Shella Alexa mengangguk setuju. Dia selalu percaya pada sesuatu yang bernama 'takdir'. "Ingatlah ini, Alexa. Sebuah perjalanan tidak akan selalu lurus. Di dalam kesedihan, ada kebahagiaan. Dan di dalam kebahagiaan, ada kesedihan." "Gelap dan terang juga selalu berjalan bersamaan. Gelap tidak selalu buruk dan terang tidak selalu baik." Alexa mulai menutup mata nya. Elusan Ibu nya pada rambut dan suara Ibu nya yang menenangkan membuat nya mengantuk. "Tidurlah, anakku. Meskipun nanti, mungkin kita tidak akan selalu bersama... Ibu dan Ayah tetap menyayangimu. Jangan menyerah dengan takdir dan jadilah seorang pemimpin yang bijak sana." ujar Shella dengan mata berkaca. Lidah nya sangat berat mengucapkan hal itu. Sebagai seorang Witch, dia bisa meramal masa depan. Peperangan, pertumpahan darah, kematian dan juga takdir anaknya yang sangat jauh dari kata kebahagiaan. Dia tidak ingin Alexa menyerah ketika sebuah awan gelap menyelimuti terang nya matahari. ✡☸✡☸ Alexa mengerjapkan kedua mata nya. Pandangan nya yang kabur perlahan lahan mulai kembali jernih. Netra nya menatap langit langit kamar bernuansa keemasan yang tidak asing. "Aku di dunia Manusia? Apa pertemuan ku dengan Ibu adalah mimpi?" gumam nya pelan Perdebatan tentang mimpi dan kenyataan mulai lenyap ketika Alexa merasakan jika di tangannya terdapat sebuah benda kecil dan dingin. Dia langsung terbangun dan menatap benda di tangannya. "Ramuan. Jadi bukan mimpi?" ujarnya pelan. Dia menatap tubuhnya yang terbalut piyama berwarna merah pekat. "Tapi semalam aku memakai gaun..." gumamnya bingung Suara pintu terbuka membuat Alexa menghentikan perdebatan dalam kepalanya. Dia menatap Dimitri yang sudah rapi dengan pakaian butler nya tersenyum lembut. "Selamat pagi, Nona. Raut wajah mu terlihat bingung. Ada apa?" sapa nya "Apa semalam aku pergi ke Kerajaan?" tanya Alexa Dimitri mengangguk "Ya, Nona. Saya sangat terkejut ketika menemukan Nona berubah menjadi sebuah guling yang terbalut selimut saat saya hendak memastikan jika Nona sudah tidur." Alexa mengulum bibirnya ketika melihat Dimitri yang tersenyum. Dia cukup tahu jika Dimitri sedang menyinggung nya yang pergi tanpa izin. "Maaf ya. Sejujurnya aku hanya berniat untuk pergi sebentar. Tapi aku malah meminta Ibu ku untuk bercerita." ujar Alexa tulus. Dia diajarkan untuk meminta maaf jika berbuat salah. Dimitri mengangguk mengerti. "Tak apa, Nona. Saya mengerti. Tapi mungkin ada baiknya jika lain kali Nona memberitahu saya." sahut Dimitri dan Alexa mengangguk Dia termenung beberapa saat. Berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum dia terlelap. Takdir. "Dimitri. Menurutmu, apa Vampire juga terikat takdir?" tanya Alexa "Tentu saja, Nona. Biarpun jantung yang ada di dalam diri kita tidak berdetak atau bernafas seperti manusia, kita tetap terikat pada takdir" jawab Dimitri "Sesaat sebelum aku tidur... Samar samar aku mendengar Ibu berbicara tentang takdir. Sebenarnya apa yang kalian sembunyikan? Aku yakin kau mengetahui sesuatu, Dimitri." ujar Alexa pada Dimitri "Tidak ada yang terjadi, Nona. Saat saya dipanggil oleh Yang Mulia pun, dia tidak berbicara apapun tentang Kerajaan." sahut Dimitri tegas Alexa terdiam. Kali ini, ada rasa takut yang terselip dalam hatinya. "Dimitri, tolong jawab aku dengan jujur kali ini." "Kita bisa hidup beratus bahkan berabad abad tahun. Jadi kita abadi, benarkan?" tanya Alexa Kali ini Dimitri terdiam. Dia menatap Nona nya dengan seksama. Menimbang nimbang apa yang harus dia katakan pada Nona nya. Untuk pertama kali nya, dia tadi berbohong pada sang Nona. Apa kali ini dia harus berbohong lagi? Dimitri menghela nafasnya sebelum akhirnya berbicara. "Bersiaplah Nona. Kau akan terlambat ke sekolah." ujar Dimitri Ya. Dia memutuskan untuk tidak menjawab nya. Dia tidak ingin menjawab jika Vampire akan abadi. Karena nyata nya, Vampire bisa hidup sampai berabad abad jika tidak ada yang membunuhnya. Sedangkan hidup di dalam kerajaan, jelas memiliki banyak resiko. Dengan musuh, pemberontakan dan peperangan... Jelas eksistensi seorang anggota Kerajaan sangatlah diragukan untuk bisa hidup berabad abad. Terlebih seorang Raja, Ratu dan penerus tahta seperti Alexa. Tiga posisi teratas yang jelas harus di musnahkan agar bisa merebut sebuah kerajaan. Alexa menatap Dimitri dengan gelisah. Tapi dia tahu jika Butlernya tidak ingin dia terlambat. Atau mungkin dia tidak ingin memberikan hal yang semu pada Alexa. ☸✡☸✡ Di sekolah, pikiran Alexa sama sekali tidak bisa fokus pada semua materi. Dia sibuk dengan isi kepalanya yang penuh dengan pertanyaan. Sejak dia datang ke sekolah, Alexa bahkan tidak menyapa atau berbicara satu kata pun. Dia hanya akan membalas sapaan dari orang orang dengan senyuman tipis. Hal itu tentu saja menimbulkan tanda tanya bagi teman teman nya. Terlebih Karina dan Sharon. Kedua nya tahu dengan jelas jika Alexa adalah tipe 'orang' yang tidak akan betah dalam diam. Dia akan berbicara sambil menampilkan senyuman ceria nya pada banyak orang. "Alexa, kau baik baik saja? Ada yang mengganggu mu?" tanya Leon setelah sebelumnya komunikasi lewat tatapan mata dengan Karina Teman teman Alexa di sekolah baru nya memanfaatkan jam istirahat untuk bertanya keadaan Alexa yang terlihat tidak baik baik saja. Jujur saja, mereka cemas dengan sikap Alexa sejak pagi. "Aku baik. Hanya sedikit mempunyai sesuatu yang sedang aku pikirkan. Aku sedang berusaha mencari jawaban nya." jawab Alexa dengan seulas senyuman tipis Karina menyilangkan sendok dan garpu nya sebagai tanda jika dia sudah menyelesaikan makan nya. Tubuh nya condong ke depan dan tersenyum lebar pada Alexa. "Jika aku boleh tahu, apa yang membuatmu bertanya tanya? Mungkin kita semua bisa menemukan jawabannya bersama sama" sahut Karina antusias Alexa terdiam sejenak. Berusaha memilih kata kata nya agar terlihat tidak mencurigakan ataupun menimbulkan berbagai perdebatan. "Bagaimana akhir dari takdir seseorang?" tanya Alexa Sontak Leon, Karina, Sharon, Andrew dan Gion menatap Alexa dengan wajah bingung. "Akhir pasti atau akhir yang lain?" tanya Andrew dan Alexa menjawab lewat gelengan kepala "Akhir pasti dari seorang Manusia tentu saja kematian. Jika akhir yang lain, aku percaya dalam garis takdir setiap orang pasti akan berakhir bahagia." ujar Leon "Bagaimana denganmu?" tanya Alexa pada Karina Karina mencebikkan bibirnya "Bagiku akhir yang pasti ataupun akhir yang lainnya pasti akan sama sama bahagia." Alexa mengangguk pelan ketika mendengar jika teman temannya yang lain sependapat dengan Karina dan Leon. "Kenapa tiba tiba bertanya tentang takdir?" tanya Sharon penasaran Alexa tersenyum "Hanya sekedar ingin tahu." "Hai, boleh aku bergabung disini?" Suara seseorang yang terdengar kelewat semangat itu membuat semua menoleh. Mereka menemukan Sarah dan Brian yang berdiri dengan nampan masing masing. Karina mengerutkan dahinya tidak suka. Dia hendak menolak ketika sekilas melihat Alexa yang mengisyaratkan untuk memperbolehkan kedua nya bergabung bersama mereka. "Duduklah." sahut Alexa dengan senyuman tipis "Alexa benar benar baik." puji Sarah. Dia langsung mendudukkan dirinya di sisi kanan Alexa yang kosong, disusul dengan Brian yang terlihat enggan bergabung dengan Alexa. "Alexa, aku dengar Ayahmu adalah seorang Bisnisman yang sukses." ujar Sarah Alexa mengangguk "Ya, mungkin bisa dibilang seperti itu." "Tapi aku dengar juga, ayahmu tidak pernah berkunjung ke perusahaan nya. Perusahaan raksasa milik keluarga mu di kendalikan oleh tangan kanan nya." ujar Sarah "Ayahku mungkin terlalu sibuk." sahut Alexa sekena nya. Mulai merada tidak nyaman karena Sarah seakan mengusik keluarga nya. "Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan?" dengus Karina kesal Dia langsung beranjak dan membawa Alexa untuk pergi dari sana. Disusul dengan Sharon, Leon, Andrew dan Gion. "Harus kau tahu, Alexa. Jika Sarah mulai bertanya tanya seperti itu, kau harus waspada. Dia akan melakukan sesuatu padamu." ujar Karina serius "Inti nya jangan terlalu baik pada nya. Dia bukan orang yang baik" lanjut Karina Alexa hanya tersenyum dan mengangguk kecil. "Sejujurnya aku juga sedikit tidak nyaman. Tapi mungkin dia hanya ingin lebih dekat dengan ku?" sahut Alexa Karina menatap Alexa dengan serius sebelum akhirnya menghela nafasnya. "Jangan terlalu dekat dengan nya. Tingkah nya terlalu mencurigakan" ujar Karina "Bukan hanya kau yang akan celaka. Tapi keluarga mu juga bisa saja di celakainya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN