Lucas mendengus sekali, menatap Kafka dengan dingin. "Kenapa kamu diam saja? Tidak bisa mengatakan sesuatu?" suaranya sarat dengan sindiran tajam. Dia melangkah mendekat, menatap Kafka dengan penuh penilaian. "Jangan bilang… kamu merasa bersalah, Kafka Bimantara? Tidakkah itu sangat konyol? Siapa yang ingin kamu tunjukkan Sandiwara besarmu, hah? Kamu pikir kami semua bodoh?" Kafka menatap Lucas dengan mata tajam, rahangnya mengeras. Suaranya terdengar sedingin es saat dia berkata,"Mau aku bersalah atau tidak? Itu tidak ada hubungannya denganmu. Sekarang, selama aku masih bisa menahan diri, silakan keluar dari ruangan ini." Lucas tersenyum dingin, menatap Kafka lebih tajam, dengan kebencian yang membara di matanya. Dia sudah pernah menyerah kepada Yana sekali. Berpikir, meskipun mungk

