tak dapat restu

298 Kata
pohon pohon yang ada di pinggir jalan seolah menjadi saksi.di mana ada sepasang remaja yang baru saja menjalin suatu hubungan. mereka masih larut dalam canda ringan mereka... " hmmm kira kira... kita mau bikin panggilan kesayangan ngga bi... " tanya Alin " aku sih terserah kamu aja lin... apa yang kamu suka, maka akupun suka..." " tapi... bi, apa kamu ngga punya ide...?" " ngga ada sayang... " mendengar bian memanggil nya dengan sebutan sayang.membuat Alin malu... sekaligus bahagia... " ihhh... kok senyum senyum gitu... kayak ada yang lagi bahgaia nih... " goda bian kala melihat pipi kekasih barunya itu merona dan senyum malu malu... lalu mencubit gemas pipi chuby Alin. " aaahhh... bi, jangan gitu dong? sakit tau...? Alin pun pura pura marah dengan bibir yang di manyunkan. bian malah semakin gemas melihat sang kekasihnya memanyunkan bibir nya. ia mengahampiri kekasih barunya yang duduk menunduk di atas motor. " hey... kenapa marah... maaf yach...? abis kamu selalu bikin aku gemesh... wajah ini lah, yang selalu mengalihkan perhatian ku pada pelajran sekolah... " Abian pun menggoda dengan sedikit gombalan nya. lalu... Alin memandang wajah Abian dengan mata yang mengembun... lalu detik kemudian cairan bening itu pun turun melewati pipi chuby Alin. " loh... loh.. loh... kok malah nangis sih sayang... sakit banget emang yah.sini sini biar kang mas obati... " mendengar kata kata ' kang mas' Alin pun terkikik geli... " tadi nangis...sekarang cekikikan, ih... jadi ngeri jangan jangan... " " ngga usah berpikiran yang ngga ngga deh bi... ini masih jam 4 sore... " " gimana ngga kepikiran yang ngga ngga? kamu nangis dan juga cekikikan bersamaan.. " ucap bian terlihat celingukan dengan muka takut nya. yang malah terlihat lucu buat Alin... " hahaha... kamu lucu bi... hahaha... aduh sakit perut ku gara gara kamu nih... hahaha..." " waduh... kenapa alin jadi ketawa nya lebih Serem dari yang tadi... iiihhh" bian pun bicara dalam hatinya, bergidik ngeri... karena melihat tingkah aneh kekasih barunya itu. " udah... ngga usah kebanyakan mikir. ayo... kang mas kita jalan lagi... " ucap alin menirukan gaya bicara bian sambil menarik tangan bian... lalu... Alin memakai helm nya kembali. karena tadi sempat ia lepas. mereka pun melaju tak terlalu kencang. udara di sore hari ini terasa sejuk. Alin memejamkan matanya sambil merasakan udara sejuk di sore hari. karena di kompleks itu banyak pepohonan yang rindang... tibalah di depan rumah Alin, lalu Alin turun dari motor bian. Alin melepas helm nya, namun Alin terlihat kesusahan untuk melepas nya. melihat Alin yang kesusahan melepas helm nya. bian pun membantu alin. karena tinggi badan Alin sedikit pendek dari tinggi badan bian. maka bian pun mengsejajarkan badan nya dengan badan Alin. ada sepasang mata yang memperhatikan gerak gerik mereka. melalui kamera pengawas yang di pasang di dekat pintu gerbang depan. kedua tangan nya mengepal, saat melihat seolah bian dan Alin sedang berciuman. karena posisi kamera yang hanya memperlihatkan punggung bian yang sedang berusaha melepas helm. tapi... malah terlihat di kamera pengawas itu seakan akan mereka sedang b******u. " kurang ajar... berani berani nya dia berbuat m***m depan rumahku... " ucap ayah Alin yang sedari tadi mengawasi Alin melalui kamera pengawas. johan widjaya... akhirnya keluar menghampiri Alin di depan pintu. saat keluar rumah ayah alin merasa heran. karena bowo satpam rumah hanya duduk saja. pintu gerbang memang sudah terbuka dari tadi. saat ayah nya keluar bian sedang menangkupkan kedua tangan nya di kedua pipi Alin . mereka tersenyum sambil memandang wajah mereka masing masing. karena dari dalam rumah sudah salah faham. keluar pun ia dengan emosi yang menggebu... di raih nya punggung bian, sontak bian pun berbalik badan menghadap ayah alin. tak di sangka ayah Alin malah melayang kan bogem mentah nya ke wajah bian... bugh... bugh... bugh... karena posisi bian yang tidak siap. bian pun tersungkur... bruuuggg... " sssshhh... " " AYAH... apa yang ayah lakukan... " ucap Alin sambil tangan nya terulur hendak menolong bian. " ALIN... masuk cepat... " perintah sang ayah sesaat akan menolong bian. karena Alin tak merespon... Alin di tarik paksa sama ayah nya. " pak bowo... tolong kamu usir anak yang ada di depan pak... jangan sampe anak itu menginjakkan kakinya di rumah ku... " ayah Alin memberi perintah pada satpam yang tadi sempat terbengong melihat majikan nya memberi pelajaran sama bian. " baik pak... " " dek... lebih baik kamu pulang dulu yah, obati luka di bibir mu itu... " ucap pak bowo pada bian... Abian terlihat sedih...entah apa salah nya. hingga dia mendapat perlakuan yang tak baik. padahal bian datang dengan niat baik. mengantar Alin anak dari pak johan widjaya ke rumah. pak bowo melihat bian yang tak tau apa apa merasa kasian pada nya. namun... pak bowo pun tak bisa berbuat banyak. sementara di dalam rumah, johan tengah menginterogasi Alin sang anak yang menangis sesenggukan. ibunda Alin memeluk anaknya yang sedang sedih. mereka duduk di sofa, dengan ayah nya duduk di sofa yang cukup untuk satu orang. " Alin... kenapa jam segini kamu baru pulang hah... " " kamu tuh anak gadis ayah satu satunya. tolong dong lin... dengerin omongan ayah..." ucap sang ayah, masih dengan amarah nya. " ayah... udah dong, nanti darah tinggi ayah naik kalau marah marah mulu kayak gini..." " emang sebenarnya ada apa sih yah... kan bisa di bicarakan baik baik... " hanum ibunda Alin pun menasehati ayah nya dengan nada lembut. sambil mengelus punggung anak gadis nya. yang masih saja terisak. " tanya saja sama anak gadis bunda... ayah saja bingung sama tingkah laku anak jaman sekarang. yang dengan gampang nya menjalin hubungan. tanpa melihat asal usul latar belakangnya..." " sebenarnya apa yang terjadi lin...cerita sama bunda ... " tanya bunda hanum kepada anaknya. namun Alin hanya menggeleng,lalu...ia beranjak dari duduk nya melangakah menuju kamarnya. yang terletak di lantai atas. " ALIN... " teriak sang ayah... namun Alin tak memghiraukan panggilan sang ayahnya. ia masih kesal dengan perbuatan ayah nya. " ayah... yah... udah, biarin Alin tenang dulu. nanti di lanjut lagi... sepertinya Alin butuh sendiri saat ini... " " tuh... bunda liat kan, semenjak dia pindah sekolah Alin mulai berani melawan ayah bun... " ucap sang ayah sambil jari telunjuk nya menunjuk kamar Alin. hanum hanya menghela nafas. saat ini keadaan nya masih panas, masalah nya ngga bakalan kelar kalau masih dengan emosi tinggi... sementara di tempat bian... " Assalamualaikum... " " waalaikum salam... udah pulang bi. katanya rumah nya deket kok lama bi... " sang papa bian menjawab salam bian. lalu bertanya, pak yanto baru menyadari ada lebam di pipi bian... " Astagfirullah bi... kamu kenapa nak... kamu berantem...? kenapa pipi kamu lebam bi... " "bian ngga apa apa kok pah... ini hanya kepentok tembok aja pah... " ucap bian, sedikit berbohong sambil nyengir meringis... " ah... kamu ada ada aja bi... ngga mungkin kepentok tembok sampe lebam gini. dan lagian kalau kepentok tuh dimana mana jidat bi... lah... masa kamu kepentok kok pipi. kamu ngga lagi berbohong kan...?" mendengar penuturan papa nya ada benar nya. dan memang bian tidak bisa berbohong. bian pun gelagapan... " eh... itu... itu... eee... " " papa itu tau kamu bi, kamu tidak pandai menutupi kebohongan mu. ceritalah bi... ada apa sebenarnya... " dengan desakan sang papa, akhirnya bian pun bercerita tentang kejadian tadi sore di depan rumah Alin. "APA ...jadi ini perbuatan ayah nya Alin? kurang ajar tuh orang yah..." pak yanto pun geram dan mengepalkan kedua tangan nya seakan akan udah siap menonjok orang yang udah bikin anaknya bonyok. " ayo bi... kita samperin ayah nya si Alin. papa ngga terima kamu mendapat perlakuan yang tak adil... " " jangan pah... ngga usah menambah masalah menjadi rumit. mereka orang berada pah, kalau ayah Alin sampe melibatkan polisi itu bisa bahaya pah... " pak yanto kembali duduk, Abian benar... kalau orang yang di lawan bukan orang sembarangan. jadi... ia harus bersabar, dan satu satunya jalan. bian harus menjauhi Alin...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN