Toko Buku

1500 Kata
Happy Reading! Warning: Banyak Typo Pandanganku membuyar saat Kelopak mata perlahan membuka, Jonathan memandangku memasang raut wajah khawatir. Kepalaku sangat pusing sekali rasanya seperti ditancapkan Ribuan Paku. Hal terakhir yang tercetak di ingatanku yaitu saat Jonathan masuk ke dalam kamar Ibu. Jonathan tidak dapat mengalihkan pandangannya dariku, mata nanarnya menatapku dipenuhi kekhawatiran akan kondisiku. Tangannya erat memegang dan mengelus-ngelus punggung tanganku, rasanya hangat sekali ketika ia bersikap manis seperti ini. Tangan satunya mengelus-ngelus kepalaku "Sayang kau sudah bangun? Apa masih merasa sakit? Maaf kan Ibu yank!" Kaki Kiri Rasanya sakit sekali ketika aku sedikit menggerakannya, aku buka selimut yang menutupi tubuh ini untuk melihat kondisi kakiku. Kaki kiriku di perban oleh gulungan kain putih, sehingga rasanya sulit untuk di Gerakan. "Mas kakiku! Sakit sekali mas!" Rengeku kepada Jonathan. "Tadi Dokter sudah kasih Antibiotik yank, jangan Khawatir, Besok Juga sembuh!" Tidak peduli Ibu mertua tidak menyukai aku, aku akan tetap bertahan sebagai Istri dari Jonathan. Kini Jonathan bisa bersikap Obyektif, dia tidak memihak Ibu Mertua lagi. Sekarang dia bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Rasanya mengharukan sekali. Hari ini aku benar-benar dimanja oleh Jonathan, Rasanya aku berjalan diatas bunga-bunga bermekaran. * * * * Keesokan Harinya Akhirnya Hari ini aku membuka Toko Buku juga, setelah 7 Hari aku sibuk menyiapkan berbagai hal untuk mendirikan Toko Ini. Punya toko buku sendiri adalah cita-cita yang aku gantung di langit ketika masih duduk di bangku SMA, Akhirnya aku menggapai Langit dan mewujudkan cita-citaku. Jonathan melirik kearahku sambil tersenyum manis menyipitkan matanya, mengacak-acak Rambutku Jahil dengan tangan kanannya. Aku mendengus kesal, saat Jonathan merusak Poni yang sudah aku tata Rapih. Aku tidak dapat berhenti memberi Pujian kepada diriku sendiri, Rasanya benar-benar bangga sekali atas apa yang sudah aku raih. "Apa kau sesenang itu bisa membuka Toko Buku?" Tanya Jonathan kepadaku. Aku mulai memasuki Toko sambil menggengam erat tangan Jonathan. Tangan ini akan membeku kalau tidak merasakan hangatnya tangan seorang Jonathan. Aku dan Jonathan mulai meletakan Buku-buku yang sudah aku pesan dari berbagai Perusahaan Penerbit. Aku tata serapih mungkin, supaya pembaca bisa mudah menemukan Buku yang di carinya. Jonathan terus memandang ke arahku saat sedang sibuk meletakkan Buku di Rak. Dia menyeringai tersenyum membuatku salah tingkah. Wajahku memerah seperti pertemuan pertama saja. Jonathan menghentikan aktivitasnya sebentar lalu menatapku tajam, Jonathan mengangkat tubuhku untuk berdiri. Sepasang tangan Jonathan menarik tubuhku membuatku mendekap ke arahnya. Mata kami saling menatap satu sama lain, berkomunikasi Tanpa ada isyarat kalimat, Berkomunikasi hanya dari hati ke hati. Tangannya merangkul tubuhku membuatnya menempel di tubuhnya, aku mendongak melihat wajahnya yang tampan. Jonathan memeluku dengan penuh kehangatan, ia menenggelamkan kasih sayangnya yang sudah lama ia rasakan. "Apa kau Bahagia Sayang?" Tanya Jonathan kepadaku. "Sangat Bahagia." "Mas lebih bahagia kalau kau bahagia yank." "Gombal kau Mas!" Tanganku mendorong-dorong tubuh Jonathan untuk melepaskan Pelukannya, namun Pelukan Jonathan terlalu kuat dan ia tetap tidak mau terlepas dariku. Jonathan menyeringai tersenyum memperlihatkan deretan Gigi Putihnya, akhirnya ia melepaskan tanganya yang melingkar di Pinggangku "Mas masih banyak Buku yang harus di Susun, lepaskan Mas!" Pintaku sebelum dia melepaskan Pelukannya. Tidak lama kemudian, Jun beserta Teman-temannya datang untuk membantuku membuka Toko Buku. Hari ini tanggal merah, dari pada Jun Bermain tidak jelas bersama teman-temannya mending ia membantuku membuka Toko. "Selamat pagi Abang Ipar." Sapa Jun Kepada Jonathan "Selamat Pagi Jun. Sudah lama sekali tidak bertemu yahh." Jawab Jonathan. "Iya nih, padahal pengen Mabar Bareng Abang Ipar lagi nih." Seru Jun Jun dan teman-temannya mulai membantuku, ada yang mengangkat Kardus, membersihkan Lantai, dan Memajang Buku-buku. Jun hanyalah satu-satunya anggota keluarga yang selalu ada disampingku. Jun akan selalu memihaku dalam kondisi apapun yang terjadi. "Buku Resep Makanan taruh di mana kak?" Tanyanya kepadaku sambil mengangkat Kardus. "Didekat Pintu aja Jun." Jun nampak akrab sekali dengan Jonathan Hari ini, mereka saling melempar canda membuat semua orang tertawa. Kak Hendra terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga Jun kehilangan sosok Abang. Maka tidak heran kalau Sekarang Jonathan sangat dekat dengan Jun. Jonathan menghampiri aku yang sedang sibuk di Meja Kasir, ia berpamitan mau pergi karena Pembantu di Rumah menelepon sesuatu terjadi sama Ibu. Sangat disayangkan sekali dia terlalu singkat di hari yang bersejarah ini. "Aku dapat pesan dari Pembantu, katanya Ibu kesepian di Rumah!" Ucapnya kepadaku "Yahhhhhh Abang Ipar mau Pulang? Padahal sesudah ini selesai, aku mau ngajakin Mabar." Kata Jun saat tahu Abang Iparnya mau pergi. Jonathan langsung bergegas pergi karena khawatir akan kondisi Ibu mertua. Iapun pamitan kepada semua orang. Ia menyalakan mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi Semuanya jadi lebih cepat selesai ketika kita melakukan semuanya bersama-sama, memang tidak ada hal lain yang lebih indah ketimbang kebersamaan. Semua persiapan sudah selesai, sinar fajar memenuhi ruangan saat teman Jun membuka Gerbong Toko. Disela-sela menunggu ada pembeli yang akan datang, Aku dan Jun mengobrol satu sama lain mengobati rasa kerinduan karena jarang bertemu. Jun mengungkapkan dia sangat tertekan sekali karena sebentar lagi menghadapi Ujian Nasional dan Persiapan Masuk Perguruan Tinggi. "Jun kalau sudah Lulus SMA, Kau mau kuliah Jurusan apa?" Tanyaku penasaran "Ayah Ibu bilang harus ambil Jurusan Bisnis Internasional" Jawab Jun Kesal. Seperti Biasa, Ayah dan Ibu akan memaksa semua anak-anaknya untuk masuk di Jurusan yang mereka inginkan. Mereka adalah Orang Tua serakah, mereka hanya akan memaksa anak-anaknya untuk ambil Jurusan yang mereka Inginkan. Aku tahu Jun sangat berbakat dalam hal melukis, namun sayang sekali Ayah dan Ibu tidak mendukung bakat yang dimiliki Jun. Malah sejak Jun duduk di kelas 10, ia sudah di paksa oleh Ayah Ibu untuk mempelajari Bisnis. "Jun! kau tidak boleh seperti kakak. Ambil Jurusan yang kau sukai Jun." Tegasku kepada Jun "Tapi kak, Ayah dan Ibu Bagaimana?" "Ayah dan Ibu tidak berhak menentukan kebahagiaanmu, sesungguhnya kebahagiaan itu di atur oleh diri sendiri bukan oleh orang lain." Aku sangat ingin Jun bahagia dengan pilihannya sendiri, tidak menuruti perkataan Ayah Ibu adalah keputusan yang tepat. Aku selalu ada dijalan yang sudah di tentukan oleh Ayah dan Ibu, karena itu aku setiap harinya tidak banyak tersenyum . "Tapi kak, bagaimana caranya?" "Kakak akan bantu. Pokoknya kau harus Bahagia dengan Jalanmu sendiri, Sebenarnya Ayah Ibu terlalu egois menentukan Jalan anaknya sendiri." Seorang pembeli datang memasuki sebuah toko, memilih dan memilah buku mana yang akan ia beli. Aku sudahi dulu obrolan dengan Jun, lalu menyambut kedatangan pembeli pertama. Aku sama sekali tidak menyangka, pembeli toko pertama yaitu seseorang Pria yang belum lama ini kita bertemu. "Mas Candra? Ternyata senang membeli buku? Mau beli buku apa mas? Novel? Buku bisnis?" Tanyaku heran kepada tetangga baruku. Dia melirik ke samping ketika aku menyambut kedatangan, raut wajah kaget terpasang jelas di wajah Candra. Ia tidak menyangka aku punya Toko Buku di Daerah sini. Pertemuan yang tidak sengaja ini membuat kami berbincang-bincang. "Saya mau cari buku masakan, Ada?" "Buku masakan disebelah situ mas! Emangnya buat apa Mas buku Masak?" Tanyaku penasaran. "Saya buka Cabang Restoran di Jakarta mbak, saya ingin cari Referensi saja buat Menu Baru." "Wahhh ternyata Mas Candra punya Restoran toh." "Kapan-kapan Mampir ke Restoran Saya." "Kalau suami ada waktu luang, saya mampir yah." Aku sama sekali tidak menyangka kalau tetangga baruku adalah seorang Chef, dilihat dari penampilannya yang tinggi, di anugerahi wajah tampan membuatku mengira dia seorang Model. Akupun membantu dia mencari Buku Masakan yang akan jadi Referensi Menu Barunya. * * * * Di Rumah Sebuah Sofa empuk menyambut kedatanganku, aku jatuhkan tubuh ini di Sofa empuk melepaskan rasa letih tubuh ini. Aku mengambil Nafas panjang, rasanya lega sekali acara Pembukaan Toko tadi berjalan dengan lancar. Pembeli yang berdatangan juga lumayan walaupun tidak banyak, masih bisa dimaklumi karena itu adalah hari pertama. Saat sedang asik bersantai di Sofa, tiba-tiba suara orang berteriak sukses membuatku beranjak dari Sofa. Jonathan berteriak sangat keras, suaranya menggema memenuhi seisi ruangan ini. Aku khawatir sekali dengan Jonathan, aku bergegas pergi mencari tempat Sumber suara. Teriakan Jonathan berasal dari Kamar Ibu Mertua. Rasa khawatir membuat langkah kaki ini berjalan pelan, aku sangat hati-hati memasuki Kamar Ibu Mertua semenjak Insiden Kemarin. Untuk pertama kalinya aku lihat Jonathan meneteskan Air mata, air mata yang tidak dapat terbendung itu menghujani wajahnya. Jonathan memeluk erat Ibunya yang terbaring lemah di kasur, bicara saja sepertinya Ibu mertua tidak sanggup. "Mas ada apa? Kenapa dengan Ibu?" Aku menghampiri Jonathan dan melemparinya sebuah pertanyaan. Jonathan meliriku bersimbah air mata. Raut wajah yang menggambarkan kesedihan itu menjawab pertanyaanku. Bibirnya membungkam seolah-olah tidak sanggup berbicara sepatah katapun. Bendungan air mata Jonathan hancur ketika kesedihan memaksanya untuk menangis. Dia tidak bisa berhenti menangis, air matanya terus membasahi seluruh wajahnya Aku raih tangan Ibu Mertua untuk memastikan keadaanya, aku pegang pergelangan tangannya. Denyut Nadi Ibu mertua tidak berdenyut sekalipun, TIDAK MUNGKIN?TIDAK MUNGKIN?, tidak mungkin Ibu sudah meninggal. Rasanya Langit runtuh menundih tubuhku, seketika tubuh ini jatuh ke lantai setelah memastikan Denyut Nadi ibu tidak berdenyut ......Bersambung..... Visualisasi Latar Temoat Toko Buku  Lanjut baca part 12 yahh, maaf yah kalau penulisnya kurang di mengerti dan banyak kekurangannya, hari ini aku nulisanya lagi kekurangan inspirasi soalnya. kalau sdh baca komentar yahh, jangan cmn komen next,semangat dll. di tunggu juga kritik dan saran
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN