chapter 7

1166 Kata
Jam menunjukkan pukul tiga pagi dan Lauren belum juga tidur. Dia hanya bisa duduk di pojok kasur dengan memeluk lututnya sendiri. Hujan petir di depan menggelegar membuatnya semakin berjengit ketakutan. Lauren menutup kuping dan menyembunyikan wajahnya di balik lutut, berharap ketakutannya sedikit hilang. Tapi sepertinya semuanya terasa percuma. Lauren semakin berteriak karena suara petir yang terdengar sangat kencang. Lauren mendengar pintu kamar yang terbuka dan seseorang masuk, lalu memeluknya dengan erat. Lauren seakan pasrah dan membiarkan rasa nyaman itu menang. Dia membiarkan Fabian membawanya kepelukannya. Tangan pria itu membelai punggung Lauren seakan ia adalah anak kecil yang takut pada sebuah monster.             “Tidur. Aku akan tetap di sini,” nada perintah itu terdengar sangat membuat Lauren tenang. Dia merebahkan kepalanya di d**a Fabian dan perlahan matanya pun terpejam. Tidak ada mimpi buruk atau pun rasa takut. ****   Pria itu mengambil satu foto yang tidak pernah sekalipun ia buang. Bukan hanya foto itu, bahkan seluruh kenangannya pun masih tersimpan dalam benaknya. Lucas tahu ini adalah sebuah keegoisan, tapi baginya Lauren hanyalah miliknya. Dia memang membatalkan pernikahannya untuk kemajuan perusahaannya. Namun, bukan berarti dia sudah melepaskannya. Dia sudah membuat rencana besar dalam hidupnya, dia akan menceraikan wanita itu dan menikahi Lauren. Tapi yang ia lihat siang ini sangatlah membuatnya kesal. Bagaimana bisa perempuan itu dengan mudahnya memilih pria lian? Perempuan itu sudah menjadi miliknya dan hanya dia yang bisa menikmatinya. Lucas menuang tequila ke dalam gelas. Dia tidak akan pernah melepaskannya. Sejauh mana pun ia pergi, pada akhirnya perempuan itu akan kembali pada dirinya.   Bahkan seorang Aiden pun tidak akan bisa menghalanginya. Dia akan melakukan apapun untuk merebut Lauren. Bahkan membunuh sekalipun akan ia lakukan untuk merebut Lauren.   ***** Lauren meninggalkan meja kerjanya dan pergi keluar kantor. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan belum ada tanda-tanda Fabian akan keluar dari ruangannya. Bukan karena dia kelaparan. Fabian selalu memastikan Lauren pergi ke kantor setelah sarapan. Jika mereka tidak sempat untuk membuat sarapan di rumah, pria itu akan membelikan Lauren s**u dan roti di supermarket. Memang terlihat manis untuk seorang perempuan pada umumnya, tapi bagi Lauren itu tidak lain seperti sebuah perawatan pada boneka yang disayanginya. Seperti boneka itu tidak boleh sobek, tidak boleh kotor, sampai akhirnya dia merasa bosan dan membuangnya. Lauren menghela napasnya dan memasuki sebuah cafe. Dia butuh kafein untuk kerja otaknya. Duduk pada satu bangku, Lauren memesan americano tanpa gula.   Ada hal yang tidak ia mengerti pada dirinya sendiri. Sejak dulu saat ia belum bertemu Fabian. Lauren sudah sering bertemu dengan beberapa pria dan melakukan one night stand, atau tinggal dengan pria itu untuk beberapa waktu. Dia bisa menjaga dirinya dan perasaannya. Dia tidak pernah merasakan apapun sampai akhirnya dia bosan dan pergi dari pria itu. Dia hanya senang setiap kali seseorang menyentuhnya, entahlah dia seperti kecanduan. Mungkin akan berpikir dia gila, namun memang itu kenyataannya. Setelah b******n itu merusak seluruh hidupnya, Lauren selalu menginginkan banyak pria menyentuhnya. Dia ingin dimanja, dinikmati dan terbang. Entah itu dalam keadaan sadar atau tidak. Yang pasti dia sangat suka melakukannya. Selama ini dia merasa berhasil untuk tidak jatuh pada rasa nyaman. Dia akan pergi dari seseorang jika pria itu meminta lebih. Seperti sebuah hubungan lebih serius. Yang tidak akan pernah bisa ia lakukan. Dia benci pada sebuah hubungan. Hubungan itu adalah sebuah kepalsuan. Karena yang ada pada sebuah hubungan hanyalah rasa sakit.   Namun, saat bersama Fabian ada yang ia lupakan. Dia lupa menjaga perasaannya hingga akhirnya tanpa ia sadari rasa nyaman itu menyusup dengan sendirinya. Setiap kali Fabian memeluknya, menciumnya dan menenangkan dirinya yang sedang ketakutan. Seperti sebuah antidepresan yang seakan membuatnya merasa tenang. Lauren masih mengingat apa yang ia rasakan semalam. Saat Fabian menciumnya dengan amat sangat lembut, bahkan sampai saat Fabian memeluknya di saat ia ketakutan karena suara petir. Lauren tahu itu adalah sebuah kesalahan besar. Perempuan itu menarik napas dalam dan menghelanya, dia merasa semua ini salah. Dia harus pergi dari Fabian sebelum dia kembali merasa sakit. Sebelum dia kembali dicampakan.   *****   Fabian mengajak Lauren untuk berlibur. Dia mengajaknya pergi ke maldives. Dia menyewa resort mewah untuk mereka. Lauren tidak melupakan bikini-bikini cantiknya dan tentunya tabir surya. Dia sangat menyukai kulit putihnya dan dia tidak mau tubuhnya terbakar. Sesampainya di resort, Lauren langsung membuka pintu kaca yang langsung menampakkan pantai dan kolam renang pribadi. Dia memakai dress sebatas paha dengan lengan panjang. Dia benar-benar sangat menikmati suasana tempat ini. Lauren pun segera beranjak dan memasuki kamar. Oh astaga! Lauren melihat bunga mawar merah dimana-mana. Bahakn di kasur. Mungkin mereka berpikir setiap orang yang menginap di sini pastilah sepasang pengantin baru. Lauren hanya mendengus dan kembali ke ruang tengah, tapi tanpa sengaja tubuhnya bertabrakan dengan Fabian. Dia hampir saja terjatuh jika Fabian tidak dengan cepat memeluk pinggangnya.             “Berhentilah melakukan hal ceroboh.” Lauren segera berdiri dengan tegak. Tapi belum sempat ia meninggalkan pria itu. Fabian sudah lebih dulu merengkuhnya dan menciumnya. Lauren membalasnya dan memeluk leher Fabian.             “Aku lebih suka melihat rona merah di pipimu daripada airmata,” ucapan Fabian membuat Lauren terdiam. Dia masih berada dalam pelukan Fabian, pria itu seakan menatapnya dengan cara yang berbeda. Lauren tidak mengerti apa yang ia pikirkan. Dia pasti sudah gila. Tidak mungkin ada pria yang mencintai seorang p*****r. Sekali lagi Fabian mencium bibir Lauren seraya berucap,” berhenti memikirkan hal yang tidak masuk akal.” Lauren tidak mengerti apapun yang Fabian ucapkan. Pria itu hanya memeluknya dengan erat dan membiarkan wajah mereka berhadapan tanpa jarak. Kening dan hidung mereka menyatu dan satu keinginan seakan terbersit dalam benak keduanya.             “Aku tidak ingin melakukannya karena napsu. Aku ingin melakukannya karena kamu adalah milikku.”   Ciuman Fabian kembali terasa di bibir Lauren. Ciuman itu terasa amat lembut dan membuat Lauren hanyut. Tubuh keduanya jatuh pada kasur king size yang di penuhi oleh kelopak mawar. Membuat beberapa kelopak terjatuh ke lantai. Lauren memeluk leher Fabian dan membalas setiap ciuman bibirnya. Tangan pria itu melepaskan satu demi satu kancing baju Lauren dan membelainya. Lauren melenguh saat tangan itu memainkan payudaranya. Fabian terasa berbeda, dia tidak seperti biasanya yang bermain dengan keras dan panas. Untuk kali ini permainannya terasa sangat... romantis? Lauren tidak ingin berharap. Fabian tipe pria yang suka mencoba hal baru. Mungkin dia ingin mencoba bermain dengan lembut.             “Ah...” Lauren mengerang saat Fabian mendesak tubuhnya pada Lauren. Dan dia merasa frustasi dengan permainan Fabian saat ini. Dia bermain dengan sangat lembut dan membuat Lauren merasa gila. Dia menyukai Fabian yang bermain dengan keras, tapi permainannya saat ini sangat membuat Lauren terbang. Dia seperti bermain pada sebuah komedi putar dan hanyut dalam kebahagiaan. Jemari Fabian pun terasa sangat aktif bersama bibirnya. Lauren mencengkram leher Fabian, kepalanya mendongak, seperti merasakan sebuah endorfin dalam jumlah yang sangat berlebihan. Lauren merasakan kunang-kunang seperti menari di kepalanya. Dia merasakan desakan Fabian terasa semakin cepat, tapi tetap dengan ritme lembut. Lauren merasakan tubuhnya seperti terbang dalam komedi putar dan tubuhnya di jatuhi berjuta permen. Rasanya sangat menyenangkan dan manis. Dia merasakan dirinya meledak pada kehangatan Fabian, sementara Fabian mengisi dirinya. Lauren masih merasakan tubuh Fabian yang berada di dalamnya, pria itu menatapnya dan kembali mencium bibirnya.             “Mulai hari ini, kamu adalah milikku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN