Perjodohan Yang Tak Diinginkan
Disinilah aku sekarang. Terdampar dalam sebuah mahligai pernikahan tanpa cinta. Ya, kami dijodohkan dengann perjanjian masa lalu orang tua kami. Rangga tak bisa menolak, meski dia memiliki wanita lain yang sangat dia cintai. Dan aku, apa yang bisa kulakukan. Aku adalah anak angkat dari mama dan papa yang berjasa telah membesarkanku setelah orang tuaku meninggal karna kecelakaan. Ya Aku dibesarkan oleh sahabat oran tuaku yang tak memiliki anak. Mereka sangat menyayangiku layaknya anak sendiri, hingga aku tak merasa sebagai anak angkat. Jadi apa yang bisa kulakukan untuk baktiku kepada orang yang telah membesarkanku. Aku juga menerima perjodohan ini meski aku juga tak ingin. Tapi aku bisa apa ? Meski berat aku akan coba untuk ikhlas. Ya Allah...tolonglah hambamu ini.
Pada akhirnya pernikahan itu tetap dilaksanakan. Pernikahan yang sah di mata hukum dan agama. Aku mencium tangan suamiku yang terasa dingin. Dia juga mencium keningku dengan terpaksa. Tak ada kehangatan, bahkan terasa dingin.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan bodoh ini. Sebab aku tak bisa memberikan apa yang seharusnya kuberikan padamu." Pernyataan yang sangat dingin. Aku diam dan tertunduk. Tak bisa berkata apa-apa. Hanya tertunduk dan menggigit bibirku.
" Satu lagi, kita akan tidur di kamar berbeda."
Suaranya masih tetap dingin. Aku masih membeku.
Ya Allah...ujianMu ini, semoga aku bisa melewatinya Ya Allah, jerit hatiku dalam hati.Air mataku lolos begitu saja. Bahkan di malam pertmamapun aku sudah ditolak mentah-mentah oleh suamiku.
Tanpa berkata apa-apa lagi setelah dia mengatakan itu padaku, dia langsung keluar kamar. Aku terduduk di ranjang pengantinku. Tak ada kehangatan sama sekali. Sungguh aku tak pernah membayangkan akan mengalami pernikahan yang sangat jauh dari pernikahan impian yang selalu didambakan oleh wanita seusiaku.
Aku baru saja berusia 22 tahun. Aku baru saja lulus kuliah dan mengantongi ijazah sarjana, ketika mama dan papa memintaku untuk menikah seminggu yang lalu.
" Kami yakin, nak Rangga bisa menjagamu. dia anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Dia juga tak menolak dijodohkan dengan mu nak. Semoga kamu juga ikhlas menerima. Kami sudah tua. Jika kamu menikah sudah ada yang menjaga. Jika suatu saat mama dan papa dipanggil Yang Maha Kuasa, kamu sudah ada yang menjaga nduk." Panjang lebar mama dan papa memberikan nasihatnya padaku.
" Kalau itu sudah keputusan mama dan papa, Indri mah nurut aja." kataku pasrah. Aku sangat yakin pasti adà hikmah dibalik ini.
" Kamu makan dulu, kamu kan belum makan dari tadi." Sungguh suaranya mengagetkanku. aku tak tahu sejak kapan dia berdiri memperhatikanku. Bolehkah aku sedikit berbesar hati. Kuanggap ini adalah anugrah. Dia menegurku, bahkan memperhatikan jika aku belum makan. " Jangan besar hati, ini hanya biar kamu tidak sakit"
" Iyah, sebentar, tapi bolehkah aku mandi dulu. bafanku rasanya lengket."
" Aku tunggu di bawah. Ada yang mau aku katakan juga sekarang. " Aku mengangguk dan masuk kamar mandi.
Air segar mengguyur tubuhku yang lengket karna lamanya acara pernikahan tadi. Setelah mandi dan bergani pakain, aku mendirikan shalat zuhur. Tak lipa bersyukur atas nikmat Allah yang masih memberikan nafas. Berdoa semoga semua baik baik saja. Semoga aku bisa melewati cobaanNya.
Aku ke luar kamar menuju meja makan. Di sana sudah menunggu Rangga dengan makanan di atas meja.