Aku tersadar dengan selang infus yang menusuk pergelangan tangannya. Lagi? Batinku dalam hati, aku tidak tahu kenapa tubuhku selalu saja selemah ini. Perhatianku teralih pada pintu yang terbuka, Yuwen muncul dan disusul dengan Oschar.
“Kau sadar sedikit lebih cepat dari perkiraanku. Punggumu terkena luka biasa saja, tidak terlalu parah. Pelakunya sudah tertangkap, polisi sudah memeriksa mereka!”
Yuwen menjelaskan, sembari membantuku untuk duduk. Aku mengangguk, lalu menatap ke arah Oschar yang masih terdiam sambil menatapku sejak tadi. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, aku yakin itu, tapi sepertinya dia sedang mempertimbangkannya.
“Kita ketinggalan jadwal penerbangan pagi ini, tapi aku sudah booking untuk penerbangan sekitar…2 jam lagi!” seru Yuwen, sembari menatap ponselnya.
“Aku sudah lebih baik, kita bisa kembali!”
“Apa kau benar-benar sudah lebih baik, Lio? Kalian bisa membatalkannya jika keadaanmu masih kurang baik. Bagaimana?”
Aku menggeleng dan menatap Oschar, “ini waktunya sudah lebih daripada waktu libur kami, Oschar. Aku mengeharga tawaranmu, tapi kami juga masih punya tugas untuk melakukan tugas di Hongkong!”
“Begitukah? Baiklah, aku menyerahkan semua keputusan pada kalian berdua. Terima kasih sudah membantu menyelesaikan masalah ini, ini adalah penyelidikan yang paling cepat. Atasan ku ingin bertemu dengan kalian, apa kalian masih sempat untuk bertemu dengannya?”
Yuwen menatapku, lalu aku kembali menatap ke arah Oschar yang menunggu jawabanku. Aku menggeleng, sembari melepas infus dari tanganku. “Kami harus segera pergi, Oschar. Aku harap kamu tahu maksudku, bukan?”
Oschar terkekeh lalu mengangguk, “Aku hanya menyampaikan maksud dari atasanku saja karena dia ingin memberi kalian hadiah karena membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi aku tahu kalian akan segera pergi, terima kasih sudah membantuku!”
***
Kami tiba di bandara lebih cepat 1 jam, sesekali aku menatap ponselku. Oschar tidak ikut mengantar kami, karena dia masih harus melakukan penyelidikan dan juga investigasi pada para pelaku itu. Teresa tahu nomorku dan terakhir dia mengirimiku pesan. Aku menghela nafas, lalu mematikan ponselku. Namun tiba-tiba aku merasakan pelukan dari belakangku.
“Kau tidak berniat membalas pesanku?”
Aku lekas berbalik dan menatap tidak percaya jika Teresa ada di depanku. Dari belakang, aku menatap Yuwen yang tersenyum padaku. Ah, aku tahu, sepertinya dia yang memberitahu nomorku pada Teresa sehingga gadis ini tahu jika aku masih berada di sini. Aku memeluk Teresa, lalu membawanya ke dalam pelukanku. Kami masih berpisah selama 1 hari, kurang lebih, tapi rasa rinduku sudah menggebu-gebu dan semakin membuatku tidak ingin berpisah darinya. Alasan utamanku melarang Teresa mengantarku ke bandara dan sengaja tidak memberitahunya kapan aku pergi, adalah karena alasan ini. Aku tidak ingin perpisahan kami menjadi semakin berat.
Pelukan kami terurai, aku menatap wajahnya yang memerah karena menangis. Aku mencium lembut bibirnya dan melumatnya sebentar. Hanya sebentar, karena Yuwen lebih dulu mengganggu kami berdua. Aku menatap Teresa, tatapannya yang selalu membuat jantungku berdebar dan seluruh tubuhku melemas. Aku kembali merasakan perasaan itu untuk saat ini.
“Apa Yuwen yang memberitahu jika aku akan berangkat sekarang hmmm?”
Teresa mengangguk dan kembali memasuki pelukanku, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain memeluknya. Air mataku juga menetes melihat Teresa menangis di pelukanku, perasaanku semakin sulit untuk dikendalikan. Aku tidak ingin membuat Teresa menangis dan kali ini, aku sudah melakukannya.
“Hey, jangan menangis. Kau membuatku goyah untuk kembali!” aku melepas pelukan Teresa, menatap wajahnya dan menghapus jejak air mata di wajahnya. Bibirku mencium keningnya dalam waktu yang lama. “Kau membuatku lemah, Teresa. Seharusnya kamu tidak datang ke sini, aku….”
“Kau jahat sekali, beruntung Yuwen memberitahukan padaku jadwal kepergian kalian semalam. Kau ini benar-benar membuatku merasa khawatir dan tidak bisa tidur!”
Yuwen yang berdiri di belakang Teresa hanya tersenyum kecil sembari mengalihkan perhatiannya. “Bukannya aku tidak ingin memberitahukan padamu, hanya saja, rasanya terlalu berat jika aku pergi dengan kamu yang ada di sini. Aku tidak ingin melihat air mata ini, apa kau tahu akan hal itu?”
“Ta….”
“Aku tahu sebesar apa aku mencintaimu, Teresa. Kau tidak pernah meragukanku, dan aku sedikit kesal ketika kau lebih percaya pada Yuwen. Aku baik-baik saja selagi kami menurut apa yang aku katakan, cepatlah lulus dan datang ke Hongkong. Aku akan menunggumu di sana, sekalipun kamu belum punya pekerjaan setelah lulus. Tetaplah datang ke Hongkong. Karena, mungkin aku tidak akan punya tugas lagi di sini sampai tugasku usai. Apa kau bisa memegang kata-kataku?”
Teresa mengangguk dan kembali memelukku. Aku balas memeluknya dan mencium ujung rambutnya. Yuwen di depanku hanya menyeringai, dan sepertinya aku tidak bisa memarahinya untuk kali ini. Karena yang sejak tadi aku pikirkan, jugalah Teresa dan segala macam tentang dirinya dan apa yang kami lakukan beberapa hari lalu.
“Kami harus cek in sekarang, tapi aku tidak ingin berpisah darimu. Bagaimana ini?” seruku, semakin tidak rela jika harus pergi dan berpisah dari Teresa!”
“Pergilah, aku akan menemuimu setelah aku lulus nantinya. Kau bisa menungguku kan, Lio?”
Aku mengangguk, dan sekali lagi memeluk Teresa dengan erat. Yuwen menarik kopernya lebih dulu untuk cek in. Aku masih berdiri di depan Teresa dan menatapnya, tanganku menarik tubuhnya dan mencium bibirnya. Melumatnya sebentar sebelum aku melepasnya. “Aku akan menunggumu, cepatlah lulus dan jaga dirimu!”
Teresa mendorong badanku, “Pergilah, kau bisa ketinggalan jika terus seperti ini. Aku pasti akan segera menyusulmu. Percayalah padaku!”
“Baiklah, aku pergi dulu!” aku mengacak rambut Teresa dan segera cek-in, Yuwen menungguku. Tidak ada sepatah katapun yang dia ucapkan. Aku menatap ke belakang, dan membalas lambaian tangan Teresa dan segera berbalik. Kekasihku itu kembali meneteskan air matanya, dan aku tidak tahan jika harus terus melihatnya menangis. Kami berjalan dan memasuki pesawat. Aku mengambil duduk di sebelah kaca, menatap pantulan cahaya dari luar yang membuatku sedikit merasa tenang.
“Kau merindukannya dan memikirkannya sepanjang perjalanan sebelum kita berangkat, kenapa kau tidak menghubunginya saja?”
Yuwen menatapku, aku hanya menghela nafas dan kembali menatap ke arah pantulan awan. Aku juga ingin melakukan hal itu, tapi, Yuwen tidak tahu rasanya meninggalkan kekasihnya yang hanya kita jumpai dalam beberapa bulan. Kami bahkan sangat jarang, hampir tidak pernah bertukar pesan demi kebaikan Teresa. Aku tidak ingin gadis itu di jadikan umpan hanya untuk menangkapku. Karena dengan profesi ini, banyak orang yang ingin menangkap kami. Jadi untuk mengantisipasi hal itu, aku selalu mengganti nomorku dan memastikan Teresa tidak mengetahui nomor yang selalu aku gunakan untuk memantaunya. Aku juga menempatkan satu anak buah kepercayaanku untuk menjaganya di sana, dan itu tanpa sepengetahuan dari Teresa.
“Aku tahu itu sulit bagimu, bahkan aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Tapi itu semakin sulit jika kau terus berada di zona nyamanmu. Teresa juga tahu apa resiko jika memiliki kekasih dengan profesi seperti kita ini. Itu sangat wajar, namun aku tidak tega melihat Teresa yang memohon-mohon padaku untuk memberitahu kapan kita akan berangkat. Bukan aku yang memberitahunya, tapi karena dia yang mengetahui jika kita masih belum pergi dan mencariku ketika kamu pingsan. Dia sangat mencintaimu, aku harap dia terus baik-baik saja!”
Yuwen benar, aku tidak punya kesempatan dan tidak punya celah untuk melawannya kali ini. “Kau benar, terima kasih karena sudah membantunya. Aku harap dia terus baik-baik saja!”
“Tapi, apa kau tahu kenapa sistem tubuhmu semakin melemah? Kamu hanya menerima 2 pukulan di punggung, tapi itu sudah membuatmu tumbang. Sebaiknya kau istirahat dulu dan jangan kerjakan apa-apa selama kita di perjalanan. Itu alasan aku memesan tiket business untuk kita. Aku tahu keadaanmu masih tidak baik-baik saja dan membutuhkan waktu istirahat, sisanya biar aku saja yang mengerjakan!”
“Apa kau yakin?”
Yuwen mengangguk dan lekas mengambil alih tabletku, “Akan lebih gawat jika kau terus memaksa dirimu dan pada akhirnya tubuhmu yang menjadi korban. Lakukanlah apa yang aku katakan tadi. Bisa kan?”
“Well, baiklah, saranmu kali ini benar-benar bijak. Kabari aku jika kita sudah tiba, sepertinya aku harus meminum pil ini juga!”
****
“Apa kau menemukan keberadaannya?”
Sosok yang sedang menghisap tembakau itu memutar kursinya dan menatap sosok dengan jubah hitam yang sedang berdiri di seberang mejanya.
“Kami masih belum berhasil melacak keberadaan Emilio, tuan. Sepertinya dia memiliki tempat persembunyian yang aman! Aku bahkan curiga jika dia sebenarnya sadar siapa dirinya sebenarnya dan menyembunyikan keberadaannya dari kita!”
“Cari bajingán itu, jika dia terus berkeliaran maka tubuhnya akan hancur dengan perlahan. Dia adalah ciptaanku yang paling sempurna, jika dia tidak berhasil ditemukan. Maka kepala kalian yang akan menanganinya, aku tidak ingin mendapatkan kabar kegagalan untuk kali ini lagi. Apa kau bisa?”
Sosok dengan jubah itu dan beberapa anak buah di belakangnya mengangguk. Melangkah keluar dan menutup pintu itu dengan pelan. Mereka berjalan ke arah ruangan serba putih dengan semua peralatan laboratorium yang memenuhinya. Prang—pecahan kaca itu membuat beberapa lelaki di belakang Maximus terkejut. Mereka menatap Max yang mengepalkan tinjunya di depan layar monitor.
“Aku yakin Emilio masih hidup, tidak mungkin setelah apa yang kita lakukan tidak menarik perhatiannya. Dia yang paling sempurna, seharusnya dia tidak menyusahkan kita!” seru Max, sembari menatap Li Wei yang duduk di kursi kerjanya.
“Jika Emilio Xia He berada di titik terlemahnya, aku yakin dia pasti akan mencari keberadaan Toby, Max. Kau tidak perlu sampai membanting benda-benda tidak bersalah itu karena kesal. Tugasmu hanya untuk mencari keberadaan Emilio, kau jelas tahu. Diantara kalian ber-7, hanya dia yang paling sempurna dan berhasil bertahan sampai saat ini. Toby bahkan berpikir jika Emilio sudah meninggal, karena tubuhnya tidak mampu untuk melakukan regenerasi. Tapi kita sepertinya salah, aku yakin Emilio masih hidup hingga saat ini!”
“Tapi sialan Gibson itu, tidak seharusnya selalu mengatakan hal itu. Aku muak jika dia terus menunggu kehadiran Emilio. Jika dia sudah mati, lantas apa yang harus kita lakukan?”
“Dia masih hidup, melihat Kyle dan Tong Wei juga masih bertahan, sudah memberikan kita gambaran jika tubuh Emilio pasti sanggup untuk menahan rasa sakit setiap kali dia melakukan banyak pergerakan. Lagipula, apa yang kau pikirkan akan Toby lakukan jika kalian tidak berhasil mengambilnya? Tidak usah bermain-main dengan Toby, Max. Semua sumber dari kehidupan kalian berada padanya. Tanpa itu, maka kalian tidak akan bisa bertahan sampai saat ini. Aku harap kalian mengerti maksudku, tangkap Emilio dan bawa dia kemari, maka urusan nya sudah usai.”
“T….”
“Tidak ada hakmu untuk melawan Toby, Max. Lakukan saja apa yang dia perintahkan padamu atau….”
Bruk—genggaman Max melayang dan mengenai wajah Li, namun tidak terlalu parah. Karena Li lebih dulu menahan pukulan itu dengan tangannya. Hal itu membuat Max berdecak marah, dia hendak memukul kembali Li Wei. Namun kedua pemuda di belakangnya lebih dulu menahan tubuhnya ke belakang dan menahan Max untuk tidak lagi berbuat gegabah seperti ini.
“Kau juga tidak bisa melukaiku, Max. Kita tidak sama, dan kamu harus tahu jika kekuatanmu itu memang jauh lebih kuat daripadaku. Tapi aku punya sesuatu yang tidak di miliki oleh kalian, jadi jangan terlalu lancang untukku juga.”
Li Wei pergi dari dalam ruangan, menatap Max dengan seringainya. Hal itu membuat Max harus menahan rasa amarahnya dan lekas duduk di bangkuny begitu Li Wei pergi. Max menatap anak buahnya yang juga merupakan ciptaan daripada Toby.
“Apa kamu terganggu dengan ucapan Gibson itu, Max? Seharusnya kau tidak perlu semarah itu pada mereka, karena sekalipun jika kita menemukan keberadaan Emilio, bukankah kita akan membunuhnya?”
Max menghela nafas, membunuh Emilio memang adalah tujuan utamanya tadi. Tapi, jika di pikirkan lagi, dan melihat 2 orang yang sudah dibunuh oleh Gibson—Tong Wei dan juga Kyle—hal itu membuat Max sedikit gentar juga. Ia jelas tidak tahu apa yang diinginkan oleh Toby Gibson dari mereka sehingga memilih untuk membunuh mereka. Apa mungkin, hanya Emilio yang diinginkan oleh Gibson? Jika begitu, maka secara tidak langsung, Toby juga akan membunuhnya jika Emilio sudah ditemukan.
“Aku tidak yakin, apakah kita sanggup untuk membunuhnya atau tidak. Emilio memiliki kekuatan mendengar dan juga kemampuan petarung terbaik dari antara kami sebelumnya. Aku tidak bisa melupakan hari dimana Emilio menjadi seperti monstėr dan menyeráng semua pasukan Emilio dan kabur begitu saja! Dia itu, memiliki sesuatu yang luar biasa di dalam tubuhnya. Dan kita tidak bisa sembarangan dalam menilainya, kita harus memiliki strategi untuk menghadapinya!"