Mereka keluar dari restoran tanpa banyak bicara. Nadira berjalan lebih dulu, langkahnya santai tapi percaya diri. Alven mengikutinya dari belakang, satu tangan di saku celana, satu lagi memegang ponsel. Begitu melewati deretan butik, Nadira berhenti di depan sebuah toko berlian besar dengan kaca transparan, lampunya mewah, dan penjaga berdasi di depan pintu. Tulisan di atasnya jelas — Tiffany & Co. “Kamu mau masuk?” tanya Alven datar. “Udah keburu sampai sini, masa cuma liat-liat dari luar,” jawab Nadira ringan sambil melangkah masuk. Petugas toko langsung menyapa dengan senyum profesional. “Selamat siang, Ibu. Ada yang bisa kami bantu?” “Aku mau liat koleksi gelang terbaru,” kata Nadira tanpa ragu. Alven berdiri sedikit di belakang, tangannya masih di saku, hanya memperhatikan. Seo

