Episode 2

1135 Kata
"Siapa tuh? Ganteng bener?" goda Zahra mensejajarkan langkah nya. "Kepo banget si!" Anisa terus melangkah sembari menghapus air matanya agar sahabatnya tidak melihat itu. "Aelah elu kalo punya yang bening gitu ga pernah kenalin ke gue." "Itu kak Ryan." jawab nya lirih meneruskan langkahnya karena Zahra terus saja ngoceh. "Apa !!! ja..jadi..pria itu yang namanya Ryan, orang yang selama ini elo kepoin?" Zahra menatap penuh semangat. "H'm..dia orang nya ..." Zahra bisa menangkap raut kesedihan pada wajah sahabatnya yang tersayang. "Trus kenapa elo jadi sedih gini, harusnya elo seneng dong bisa ketemu cowok idaman lo, " sungutnya Ica menghela nafas berat . Senang iya, dia memang senang tapi awal pertemuan mereka tidak baik. Karena perjodohan yang ingin Adrian batalkan sementara dirinya ingin bersama pria itu. "Udah ah, gue balik kerja masih banyak pasien yang belum di kontrol." Zahra hanya menggelengkan kepala Melihat tingkah sahabatnya yang tidak seperti biasanya, ia tau ada sesuatu yang di sembunyikan Anisa dari nya Tapi Zahra tak mau memaksa Ica untuk cerita padanya, dia tau Ichanya butuh waktu  sendiri  .... *       "Nanti malem kita ada makan malam dengan calon Suami kamu dan calon besan ayah. Kamu harus dandan secantik mungkin untuk bertemu dengan mereka!" Baru saja Anisa melangkahkan kaki masuk dirumahnya. Saat melewati ruang tengah ia harus mendengar ocehan yang membahas calon suaminya dan bla-bla membuat langkahnya harus terhenti. "Yah ... Ica capek baru pulang kerja, Ica mau istirahat!" "Kamu punya waktu 3 jam untuk istirahat karena kita pergi pukul 8 malam, istirahat lah sekarang!" ujarnya setelah menatap arloji nya. "Yah ...Ica ga mau di jodoh-jodohin seperti ini, Yah...Ica bisa cari calon buat Ica, " sungut nya panjang lebar berharap ayahnya mendengar kan nya. Brak!!!! Remot ditangan ayahnya berserakan di lantai seolah mencari ketenangan pada Ica. "Kamu mau cari sendiri!!! calon seperti apa yang kamu maksud hah?? Harus nya kamu bersyukur ayah mencarikan calon terbaik buat kamu!!!" pak Parhan berteriak tepat di depan wajah anak nya itu. "Tapi..Yah...i..Ica bener-bener ga mau di jodoh-jodohin hiks..hiks." "Gadis t***l,kamu mau lihat Ayah kamu bangkrut hah? sudah baik mereka mau menolong kita dengan menjadikan mu menantu mereka." "Jadi lagi-lagi karena harta, Yah!! Ayah tega sakiti anak Ayah dengan menikah kan nya dengan orang yang tak dicintainya." Plak!!! "Iya karena harta,apa kamu mau lihat Ibu kamu mati karena tak punya biaya untuk berobat hah ?? atau kamu mau ayah kirim Ibu kamu ke luar negeri dan kamu ga bisa ketemu dia lagi ,mau??" Lagi-lagi ia berteriak di depan wajah Anisa setelah mendarat kan tamparan keras dipipi gembul putrinya. "Ayah jahat!!!" Anisa berlari ke kamarnya dengan berurai air mata. Bagaimana mungkin ayahnya bisa sejahat itu pada anaknya hanya demi harta semua ia lakukan Ica menangis di kamar nya tanpa bisa berbuat apa-apa untuk melawan ayahnya. "Buk..Ica butuh Ibu.." isak nya Terbayang wajah cantik ibunya yang sudah tertutupi kerutan. "Andai aja Ibu ada disini sekarang...Ica pengen peluk Ibu.." Ica menenggelamkan wajahnya di bantal,  Bayangan orang-orang yang di sayangi berkelebat dalam ingatannya. __ "Pokonya ayah ga mau tau kamu harus tunjukkan bahwa kamu senang sama mereka. Hapus air mata sialan kamu sebelum kita sampai sana!!"  Ica menuruti tanpa komentar karena percuma saja ia berkomentar, sang Parhan tak mau mendengar apapun dari nya. "Ayo turun!" Ica menghapus air mata nya dan mengikuti ayahnya. Pak Parhan merangkul putrinya dengan sayang di depan semua orang di restoran itu. "Silahkan pak,tuan sudah menunggu di taman." sambut seorang pelayan. "Terimakasih." Tangan Ica gemetar saat sampai disana. Taman resto dihias secantik mungkin yang memang di khususkan untuk menyambut kedatangan mereka. "Parhan!" Panggil seseorang yang sudah duduk di satu-satunya meja disana bersama seorang wanita dan putranya. "Hey Wijaya..." "Sini.." Mereka saling merangkul dengan begitu akrab nya setelah Ica dan ayah nya berdiri dekat meja. "Anisa..ayo silahkan duduk nak." "Iya Tante." Gaun putih cantik yang di sediakan ayahnya  berpadu dengan pita pita kecil yang cantik dan rambut panjang yang di biarkan tergerai membuat nya benar-benar cantik dimata siapapun yang melihatnya kecuali pria tampan dengan balutan jas hitam dan kemeja putih malah memutar bola matanya jengah melihat Anisa. Seperti nya memang sudah di rencanakan pakaian mereka terlihat serasi sekali bak pasangan kekasih. "Sayang...jangan panggil Tante lagi dong ,Ica kan bentar lagi jadi mantu nya Tante,jadi Ica harus panggil mama ya sayang." Bu Risma membelai rambut Ica sayang. Ica tersenyum karena untuk pertama kalinya mendapat perlakuan seperti itu apalagi setelah ibunya tidak sehat lagi. "Iya Ca panggil om juga papa ya." tambah pak Wijaya antusias tanpa memperhatikan raut wajah putranya. "Makasih OM,  Tante. Eh, MAH, Pah." Mereka sama-sama terkekeh geli kecuali Anisa karena Adrian  menatapnya tajam seperti ingin memangsanya saja. "Jadi Ica setuju kan jadi Istrinya Adrian?" sambung pak Wijaya. "Owh iya dong ,Ica setuju banget malahan, " timpal pak Parhan Ica menelan salivanya susah payah, apalagi tatapan Adrian semakin ngeri dilihat nya bisa di pastikan Adrian akan mengamuk nya nanti. "Iya kan, Sayang, " ujar pak Parhan menyikut lengan putrinya. "I..iya Mah, Pah, " jawabnya cepat.  Ica bisa melihat sorot mata Adrian yang marah ,rahangnya mengeras menahan amarahnya,  Ica tau itu. 'maafkan Ica, kak.' batinnya terus mengatakan itu. Ica menjauh dari meja mereka setelah mendapatkan telpon dari seseorang. "Iya, Sus, Tolong di cek kan suhu badannya dulu, jika memang sudah stabil boleh minta tanda tangan Dokter Alif sebagai pengganti tanda tangan saya, nanti saya kabari dia." "Saya sudah kirim pesan ke Dokter Alif dan silahkan Suster ke ruangan, ya!" "Oke."  Bruk!! Sebuah tangan kekar mendorong tubuh nya hingga menempel ke tembok saat telpon terputus. "b******k!! Kenapa lo malah setuju, hah?? Lo udah janji sama gue!!" hardiknya membalik tubuh Anisa. "Maafin Ica, Kak..Ica bener-bener ga punya pilihan lain." "Ga punya pilihan lain atau emang lo sama Bokap lo sengaja mau porotin harta keluarga gue?" Adrian menarik dagu Anisa kasar. "Sa..kit, Kak...maafin Ica hiks..Ica bener-bener ga bisa nolak." "Lo tau,karena pilihan sial lo ini, Bisa menghancurkan masa depan gue!! " teriak nya histeris tepat di depan wajah Anisa. "Maaf..." "Berhenti minta maaf kalau elo ga bisa tolak perjodohan ini!!"  Ica hanya menangis memang dia yang salah dia udah janji tapi tak di tepati. "Elo harus tau, menikah dengan gue sama halnya dengan membuka neraka sendiri buat diri lo, sebaiknya elo pikir lagi untuk iyain mereka sebelum terlambat." Adrian berharap ancaman bisa buat Anisa takut dan bersikeras untuk membatalkan perjodohan itu tanpa ia tau alasan sebenarnya kenapa gadis itu menyetujui perjodohan mereka. "Ica tau, Kak. Tapi Ica siap terima konsekuensinya apapun yang akan terjadi nanti itu adalah bagian dari takdir hidup  Ica." ujarnya tak getar di sela tangis nya. "Baik jika itu mau lo kita mulai permainan ini,sampai mana elo akan bertahan hidup dengan orang yang tak pernah mencintai lo." "Oke!!" Ica mendorong tubuh Adrian menjauh dari nya dan kembali ke meja orang tua mereka. Ryan menyusul tapi dari arah lain Karena tadi dia bilang mau ke toilet. "Calon mantu ku..." Bu Risma mengusap rambut panjang Anisa membuat Adrian semakin kesal..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN