Menit- menit selanjutnya jelas dihabiskan Marcus bersama Christine di meja spesial mereka yang penuh balon dan pita sambil menikmati pasta. Mereka sama- sama tersenyum, kemudian saling menyuapi –bagaikan pengantin baru. Dunia serasa milik mereka berdua, dan pusaran orang- orang yang heboh di sekitar sama sekali tidak membuat keduanya terganggu. Tapi Marcus bukannya kacang yang lupa kulit. Ia menepati janji dengan memesankan pasta untuk semua orang dengan beragam toping, sehingga semuanya dengan senang menikmati hidangan. Vito dan Ugi tampak lahap menikmati pasta sambil mendecak- decakkan lidah dengan puas, sedangkan Ronald menusuk- nusuk macaroninya dengan tatapan keji. “Kasihan mereka! Lo kok kejam banget sih, jadi orang,” celetuk Vito. Ronald melirik miring pada konconya itu. “Ini mac

