Perempuan-Perempuan Pengagum

2950 Kata
Matanya melirik ke sekitar. Mencari sosok perempuan berselempang yang tadi sempat menjadi pusat perhatian. Begitu menemukan perempuan itu, ia tersenyum. Kemudian ia membalik badan mencari sosok lelaki yang usianya terpaut empat tahun dengannya. "Reel!" panggilnya. Farrel yang sedang mengobrol dengan beberapa pejabat tinggi pun menoleh. Ia segera pamit undur diri. Kemudian membalik badan dan menghampiri lelaki muda yang ia kenal sebagai salah satu staf muda presiden. "Kenalan dulu bentar sama temen gue," tuturnya. Farrel berdeham saja. Ia tak curiga kalau yang dikenalkan padanya adalah sosok perempuan bukan laki-laki. "Shaaab!" teriak lelaki itu kemudian. Farrel yang sedari tadi dirangkul oleh lelaki muda yang juga pengusaha muda dan staf presiden itu kebingungan. Apalagi ketika perempuan cantik yang memakai selempang bertuliskan Puteri Indonesia itu datang menghampiri dengan senyuman berbinar. Perempuan cantik itu sudah lama memerhatikan Farrel yang memang menyita perhatiannya sejak berminggu-minggu lalu. Hingga saat ia tak sengaja melihat isi snapgram lelaki yang sedari tadi merangkul Farrel ini meng-upload kebersamaan dengan Farrel di sebuah restoran mewah, membuatnya langsung bergerak meminta dikenalkan. Tentu saja ia mengenal lelaki ini karena sering bertemu ketika ia datang ke event-event di mana presiden juga hadir di sana. Lelaki ini kan staf muda presiden. Jadi sesekali, sudah pasti akan datang menemani presiden. Begitu pula dengannya. Ah ya, ia sudah lama mengagumi Farrel yang saat ini hangat dibicarakan oleh perempuan-perempuan populer sepertinya. Ketampanan, kecerdasan dan kemapaman Farrel memang menyita banyak perhatian perempuan-perempuan baik yang masih single atau sudah mendua. Siapa yang tak tertarik dengan sosok lelaki yang bisa dibilang sempurna untuk ukuran manusia? Dari sekian banyak event yang ia hadiri, ia memang sering dipertemukan dengan Farrel. Namun belum mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dengan Farrel secara langsung. Lalu hari ini, dalam sebuah peresmian sebuah acara nasional, ia hadir dan Farrel yang diundang pun hadir, akhirnya ia bertemu lagi dengan lelaki ini secara langsung. Ia sudah mengira kalau Farrel sama tampannya dengan fotonya yang beredar di mana-mana. Karena ia baru pertama kali melihatnya sedekat ini. Selama ini, ia hanya memerhatikan Farrel dari jauh. Bukannya tak berani mendekati Farrel tapi belum mendapatkan kesempatan. Kali ini, kesempatan ada di depan mata jadi ia tak boleh menyia-nyiakannya. Karena belum tentu ia akan mendapatkan kesempatan yang sama di depan nanti. "Nih, kenalin nih, temen gue, Rel," tutur Dava lantas tangannya menarik tangan Farrel hingga bersalaman dengan Shabrina. Farrel tergagap dan tak sempat menghindar. Farrel cepat-cepat melepaskan diri dari tangan lembut itu walau yeah, terlambat memang. Tangannya keburu bersentuhan dengan gadis yang kini mengulum senyum senang. Tentu saja senang karena melihat lelaki impiannya ada di depan mata. Farrel seganteng itu, semapan itu, secerdas itu dan sepopuler itu, perempuan mana yang tidak berminat? "Shabrina," tutur perempuan cantik itu. Senyumnya melebar dan matanya berbinar menatap Farrel. Ia bahkan tak lepas-lepas menatapnya. Hal yang membuat Dava mengulum senyum sambil emnatap keduanya yang menurutnya....tampak serasi. Yang satu cantik dan yang satu ganteng, bukan kah sangat cocok? Awalnya, Farrel tak tahu namanya. Karena ia tak peduli dengan berbagai acara kontes kecantikan itu. Baginya, kontes-kontes semacam itu hanya membuatnya berdosa saja. Karena kebanyakan dari mereka berpakaian tidak menutup aurat. Bahkan cenderung memamerkan auratnya kan? Tapi bagaimana mungkin Farrel menutup matanya dari perempuan-perempuan seperti ini? Tak bisa kan? Jadi apa lah daya. Sebisa mungkin ia menundukan pandangan. Dan ia juga baru tahu tadi kalau gadis itu adalah Puteri Indonesia yang terpilih tahun ini. Staf muda presiden itu terkekeh. Ia menepuk-nepuk bahu Farrel. Ia menganggap kalau wajah kaget Farrel itu adalah wajah grogi karena bertemu perempuan cantik. Omong-omong, ia memang tidak pernah melihat Farrel tertarik dengan perempuan. Sederetan perempuan sudah banyak yang mengantri untuknya tapi berakhir dengan meninggalkan Farrel. Maklum lah, Farrel mana mau merespon perempuan yang bukan mahramnya kecuali memang ada kepentingan? Dan perempuan-perempuan itu berbaris pergi karena merasa Farrel yang terlihat terlalu dingin pada perempuan. Bahkan cenderung sulit didekati hingga mereka terlanjur menyerah. Walau masih banyak pula yang bertahan. "Eh, ngobrol-ngobrol aja tuh berdua. Gue tinggal ke sana dulu ya," tuturnya dengan sengaja lantas memberi kode pada gadis yang cantik itu kemudian pergi dari keduanya. Farrel menghela nafas. Ia paling menghindari perempuan. Dalam acara apapun, ia enggan terlibat dekat dengan perempuan. Karena apa? Karena bagaimana pun ia hanya lah lelaki biasa. Lelaki mana yang tak tertarik dengan perempuan cantik? "Farrel Adhiyaksa," tutur perempuan itu. Ia tersenyum kecil melihat Farrel yang mengalihkan pandangannya ke panggung di depan sana. Ia tentu senang sekali bisa berada sedekat ini dengan Farrel. Berhubung sudah lama sekali ia naksir lelaki ini tapi baru kali ini mendapat kesempatan untuk mendekatinya. Dan ternyata, jauh lebih tampan ketika berdiri di sampingnya begini. Ia bahkan lupa mengedipkan matanya melihat pahatan wajah Farrel yang menurutnya sempurna. Waw! Betapa beruntungnya jika ia berhasil memikat lelaki ini. Iya kan? Pasti akan banyak sekali perempuan yang iri dengannya. Terutama teman-teman satu profesinya yang tak henti membicarakan ketampanan Farrel yang maha sempurna ini. Awalnya ia pikir, Farrel akan seperti lelaki lain atau kembarannya, Ferril, yang akan langsung tertarik padanya dan mendekatinya. Yah, ia mengenal Ferril dari teman-temannya. Penerus Adhiyaksa itu memang sangat populer. Coba saja tanya perempuan-perempuan yang model kelas atas, artis muda papan atas, hingga perempuan-perempuan yang terkenal melalui kontes kecantikan seperti dirinya di Jakarta ini pasti mengenal Ferril. Dan Ferril sudah terkenal dengan sebutan lelaki PHP alias Pemberi Harapan Palsu dan playboy bayangan. Kalau Farrel? Shabrina belum menemukan rumor apapun tentang lelaki misterius ini. Namun beberapa rumor, ada yang bilang kalau lelaki ini pendiam dan kaku. Bahkan....katanya tak tertarik dengan perempuan. Sebagian besar bahkan berpendapat kalau dia gay. Itu lah alasan banyak perempuan yang mundur. Mereka sudah percaya rumor itu lebih dulu. Dan Shabrina perlu membuktikan apakah rumor itu benar atau tidak melalui Ferril. Berhubung lelaki itu sempat mendekatinya, jadi ia manfaatkan untuk mengorek informasi Farrel hingga akhirnya Ferril tersadar kalau ia sesungguhnya lebih tertarik pada Farrel. Maka sejak itu, Ferril tutup mulut. Lelaki itu bilang kalau mau tahu tentang Farrel yaaa tanya kan saja secara langsung pada orangnya. Dan sejauh informasi yang bisa ia gali dari Ferril adalah Farrel pernah jatuh cinta pada seorang perempuan. Itu saja. Shabrina tak tahu siapa perempuan itu dan seperti apa perempuan itu. Namun ia tak begitu penasaran tentang hal itu. Satu-satunya alasan yang membuatnya penasaran adalah kenapa lelaki ini sepertinya masih sendiri? Untuk ukuran lelaki tampan, mapan dan cerdas seperti ini, bukan kah sayang jika disia-siakan perempuan? Shabrina bahkan rela melakukan apa saja demi mendapatkan lelaki yang berdiri di sampingnya ini.  "Kamu kakaknya Ferril kan? Aku kenal Ferril," ia mulai mengajak mengobrol sambil ikut menatap ke arah panggung. Farrel? Hanya diam saja dengan sok fokus melihat ke arah panggung. Padahal sejujurnya ia sudah ingin pulang. Namun belum bisa. Karena apa? Ia masih menunggu om-nya yang tampak asyik mengobrol dengan beberapa pejabat di sana. Om-nya yang satu itu memang punya kawan dekat di pemerintahan. Siapa? Feri. Lelaki itu tengah asyik berbicara dengan beberapa menteri. Omong-omong, Farrel memang diundang ke sini dan tak sengaja tahu kalau om-nya juga diundang. Ando? Lelaki itu menggantikan Feri di kantor. Shabrina berdeham. Omongannya sama sekali tak ditanggapi Farrel. Ia melirik Farrel yang masih serius menatap lurus ke depan. "Ekhem, Rel," panggilnya kemudian mulai berbicara panjang-lebar. Kali ini dengan ceria dan sesekali ia selingi dengan tawa kecil dan tatapan yang kurus ke depan. Namun ka heran ketika menoleh karena tak mendapat respon apapun sekalipun ia sudah memanggil lelaki ini berkali-kali. Dan Shabrina sama sekali tak mengerti dengan lelaki ini. Ditanya sedari tadi pun hanya diam. Ia beberapa kali melirik lelaki di sebelahnya ini namun Farrel tampak dingin. Di sini ia mengambil kesimpulan tentang rumor Farrel yang digabungkan dengan informasi yang didapatnya dari Ferril. Apa? Bahwa Farrel mungkin trauma pada perempuan yang pernah dicintainya itu sehingga kehilangan rasa tertarik pada perempuan lain dan mungkin bisa jadi tertarik pada lelaki juga. Aah, tapi Shabrina masih belum yakin kalau Farrel itu gay. Jadi, ia hanya berani menyimpulkan sampai disitu. Selanjutnya? Ia akan pastikan untuk mendapatkan hati Farrel. Apapun caranya. @@@ Farras yang sedang sibuk mengecek postingan **, mengerutkan kening ketika melihat foto abangnya muncul di explore. Tidak hanya sendiri tapi berdua dengan perempuan. Dengan segera, ia membuka foto itu lantas melihat akun yang meng-upload-nya. Akun gosip bernama Mas Turah. Farras berdesis. Meski foto itu diambil dari samping dengan jarak yang lumayan jauh tapi Farras meyakini kalau itu adalah sosok abangnya. Percaya lah, bukan hanya insting Farras yang tajam tapi juga matanya. "Buuun! Liat deh Buuun!" ia berteriak memanggil Bundanya yang baru keluar dari kamar sementara ia duduk di sofa. Icha berjalan pelan menuruni tangga demi melihat layar ponsel yang diacungi Farras ke arahnya lalu mendapati foto anak sulungnya bersama seorang wanita. Sudah biasa sebetulnya. Sejak nama Farrel melejit, Bunda bahkan pernah mendapat foto Farrel dengan 10 perempuan dalam sehari. Langsung pusing kepala Bunda. Lalu akun ** Bunda pun seringkali di-mention, banyak antrian yang mau jadi menantunya. Astaga! "Kemarin sama si Tita, yang model itu. Sebelumya sama si Prayani, yang artis sinetron. Sebelum-sebelumnya lagi sama si Nina, yang Miss Indonesia dua tahun lalu. Sekarang? Shabrina, Puteri Indonesia!" keluhnya. Bunda terkekeh mendengar gerutuannya itu. Perempuan itu tak ambil pusing dengan foto-foto itu. Toh hanya foto, pikirnya. Ia mana berpikir kalau malah berkembang pesat nantinya. "Abang harus disuruh nikah sih, Bun. Biar gak jadi fitnah. Akhir jaman begini, Bun, perempuan-perempuan udah gak punya malu. Malah makin belingsatan mendekati laki-laki. Gak peduli juga, mau yang sudah punya istri atau belum. Banyak maksiat juga dianggap biasa dan yang dianggap abnormal justru orang yang mati-matian berjuang demi agamanya." Bunda tersenyum kecil. Ia juga maunya anak sulungnya itu menikah. Jaaadi, Bunda tak pusing dengan segala gosip murahan itu. Namun anak lelakinya itu, tiap ditanya, selalu menghindar. Anti banget kalau ia sudah bertanya-tanya soal calon menantu. Kan Bunda sebal! Ia sih tak mau memaksa tapi hanya mau mengingatkan saja. Biar tak jadi fitnah begitu loh. Kalau Farrel sudah menikah kan Bunda juga tenang. Ia tak perli lagi berpikir tentang gosip-gosip murahan itu. "Cariin lah, Kak," tutur Bunda yang dibalas dengusan. Icha terkekeh mendengarnya. "Bunda gak tahu aja kalau Ras abis nawarin cewek ke Abang." Sebelah alis Icha terangkat. Ia yang sedang mengiris kentang sampai menoleh ke arah sofa di mana Farras duduk. "Siapa?" "Zakiya lah, Bun." Farras menghela nafas. "Kemaren-kemaren kan gak sengaja ketemu Farras." Aaaah. Icha mengangguk-angguk. "Lalu?" "Abang menolak." Icha terkekeh. Wah-wah anak sulungnya ini ternyata berbeda dari Papanya yang cinta mati sama cinta pertama. Siapa? Tentu saja Bunda. "Kenapa?" Farras mengendikan bahu. Ia juga tak tahu jawabannya. "Padahal Zakiya udah hijrah. Jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Makin solehah. Terus sekarang ternyata, dia sedang mengembangkan LSM juga tapi di bidang kemanusiaan, khususnya perempuan-perempuan yang tertindas, korban-korban KDRT, hingga anak-anak korban KDRT dan seksual." Bunda mengangguk-angguk. Ia suka mendengarnya. Anak yang aktif dan juga cerdas. Yah, setipe Bunda lah. Tapi kenapa anaknya tak mau ya? Apa sudah tak cinta? Hihihi! "Yaa dibanding perempuan-perempuan itu kan mending Zakiya ke mana-mana." Bunda terkekeh mendengarnya. Ia menarik nafas lantas berkata, "yang lain gak ada emangnya?" Farras mendengus lagi. Ia memutar bola matanya. "Susah nyari yang minimal setara Zakiya. Abang kan sukanya sama perempuan kayak gitu, jadi Ras juga harus mencari yang kayak gitu sebagai standar minimalnya." Bunda juga paham. Anaknya bukan pemilih hanya saja belum menemukan satu yang tepat. Urusan memilih kan tak masalah. Tak ada satu manusia pun yang mau asal memilih. Apalagi itu untuk kemaslahatan akhirat. "Tapi Zakiya-nya mau?" Farras terkekeh. Ia sih gak bilang apapun ke Zakiya. Ia juga gak tahu asmara Zakiya saat ini. Apakah sudah ada yang melamar atau belum. Yang penting kan coba disodorkan dulu ke Abangnya. Urusan dengan Zakiya bisa diatur setelahnya. Tapi, Abangnya kan menolak. Jadi ya sudah lah. Berarti Farras gak perlu pusing memikirkan cara untuk menghubungi Zakiya lagi. Semua sudah selesai bahkan disaat belum memulai. @@@ Farrel baru saja menyelesaikan sesi wawancara dengan sebuah majalah. Ini mungkin sudah majalah ke-20 sejak ia mulai berkarir dan dikenal banyak orang. Bukan hanya majalah lokal dan nasional tapi juga internasional. Kemarin saja, ia baru pulang dari Singapura hanya untuk wawancara majalah di sana. Omongannya tidak jauh seputar bisnis, pendidikan dan kontribusinya untuk Indonesia. Ketika sedang diwawancara, Farrel akan terlihat sangat ramah, hal yang membuatnya nampak mirip Fadlan. Tapi setelah itu, ia akan terlihat dingin dan agak menjaga jarak. Sampai-sampai banyak orang-orang yang baru saja bekerja dengannya akan menyangkanya sebagai orang yang memiliki dua kepribadian. Farrel kadang kurang suka saja kalau terlalu diperhatikan banyak orang. Tapi mau bagaimana lagi? Bukan kah itu resiko menjadi publik figur? Lalu kini ia berjalan keluar usai pamit dengan para kru. Ia berjalan santai menuju lift sambil membuka ponselnya. Matanya dengan fokus melihat-lihat jadwalnya hari ini hingga..... "Farreeeeeel!" "Ituuuu Farreeell!" "Iya-iya! Beneran Farreeeel yaaa Allah!" "Woaaaa ganteng euy!" "Abaaaaang Farreeeel!" "Maas Farreeeeel!" "Farreeeel Oppaaaaaa!" "Udaaa Farreeeel!" Dan tahu-tahu Farrel sudah dikerubungi cewek-cewek yang usianya berkisar awal dua puluhan hingga hampir empat puluhan. Ia memang populer dikalangan cewek-cewek cantik dan masih muda hingga tante-tante. Namun yang paling mengerikan bagi Farrel adalah ketika tante-tante yang menghampirinya. Mereka itu gak tahu sikon dan bodo amat sama posisi Farrel yang tidak enak karena ditarik sana-sini demi foto selfie. As-ta-ga! Farrel pasrah kalau begini. Beruntungnya, ada satpam yang menghampiri dan membuatnya bisa bernafas walau tetap tak selamat dari kamera-kamera ponsel mereka yang sudah siaga. Semua perempuan-perempuan itu mengagumi Farrel. Yeah, siapa yang tidak kagum dengan lelaki ganteng, pinter dan kaya ini? Hampir setengah jam, Farrel tertahan di tempat yang sama. Ia baru bisa lolos tepat jam tiga sore. Ia langsung pamit pada wajah-wajah sumringah itu. Lalu menghela nafas lega ketika sampai di mobil. Padahal Farrel bukan artis. Tapi hebohnya bagai melihat artis. Namun sekarang Farrel butuh waktu untuk bernafas. Makanya ia istirahat sebentar baru kemudian mengemudi mobilnya. Ia segera mencari masjid terdekat waktu ashar sudah dekat. Ponselnya berbunyi. Ia hanya melirik isinya tanpa perlu menyentuh layarnya karena pesannya jelas di sana. Rel, pada mau kumpul. Ikutan gak? Itu Mas Dava, staf muda presiden itu yang kini cukup dekat dengan Farrel. Farrel sih senang berteman dengannya karena lelaki itu juga pintar kan? Jadi Farrel seperti menemukan seseorang yang nyambung ketika berbicara dengannya. Namun untuk ini.... Mungkin karena ia yang belum menjelaskan bagaimana caranya bergaul. Kalau si Dava kan cenderung agak bebas, maksudnya, baginya diskotik itu hal biasa meski gak minum-minum di sana. Lalu sering nongkrong-nongkrong tidak jelas untuk menghabiskan waktu. Atau jalan-jalan bersama teman-teman namun saling membawa pacar. Sementara Farrel? Ia tipe lelaki yang sangat menjaga dirinya. Diskotik itu bukan tempat yang baik sekalipun tidak minum-minum. Kenapa? Siapa yang bisa menjamin tidak ada perempuan yang membuka aurat di sana? Lalu kafe atau restoran mewah? Farrel tak perduli dengan tempat tongkrongan yang hanya berguna untuk menunjukan status sosial seperti itu. Lalu liburan bersama pacar? Wah, Farrel sama sekali tidak cocok dengan itu. Sekalipun ia lama kuliah di luar negeri tapi asal tahu saja, ia tak pernah menyentuh perempuan bukan mahramnya kecuali saat Dava menarik tangannya untuk menyalami Shabrina kala itu. Sekali itu saja dalam seumur hidup, Farrel menyentuh perempuan. Hal yang membuatnya terus memohon ampunan pada Allah hingga disujud yang sekarang. Ia merasa sangat-sangat menyesal karena apa? Karena ia paham bagaimana dosanya itu. Lalu kini, ia terduduk di teras masjid. Menatap langit kebiruan. Cuaca memang sangat cerah hari ini. Dan ada banyak hal yang ia pikirkan. Ia tak tahu cobaan apa tapi yang jelas, ia menyemangati diri bahwa ia bisa melewati semua cobaan untuk menjadi populer seperti ini. Sejak dulu juga ia populer hanya saja karena ia sering jadi imam solat dan muazin di sekolah, perempuan-perempuan jadi segan dan tahu ia lelaki seperti apa. Jadi mereka semua hanya berani mengagumi Farrel dari jauh. Gak berani pula mengirimi Farrel surat. Kenapa? Farrel gak pernah senyumin cewek-cewek sih. Jadi kesannya gak ramah sama sekali. Mana ada Farras pula kan. Adiknya itu akan menghajar perempuan mana saja yang berani suka sama Abangnya. Apalagi kalau ada yang mau mendekati. Bah! Kalau sekarang? Farrel tak melakukan rekaman suaranya saat mengaji lalu diposting, ia juga tidak merekam saat ia menjadi imam solat lalu diposting. Sehingga....tak ada yang tahu ia lelaki seperti apa kecuali orang-orang terdekatnya. @@@ "Myaaaaa! Lihat deeeh! Ganteng yaa?" serunya. Ia menyodorkan foto-foto gantengnya Farrel di **. Maklum lah, sebagai salah satu pengagum Farrel, ia memang rutin mengikuti berita lelaki itu. Sahabatnya itu hanya melihat sekilas kemudian fokus menghabiskan pop corn-nya. Keduanya sedang asyik duduk di bangku, menunggu studio bioskop dibuka. "Playboy tauuk," sahutnya. Sahabatnya itu terkekeh. Ia menyenggol bahunya. "Baru juga kemaren bilang suka." "Bukan suka tapi kagum kali. Suka dan kagum beda jauh tauk!" "Sama aja!" "Enggak sama ya?!" serunya tak terima tapi sahabatnya itu hanya terkikik-kikik. Ya sih. Kemarin juga mereka tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang mirip Farrel. Persis sekali. Tapi kelakuannya sungguh tidak disangka-sangka. Ganjen sekali. Keduanya menjadi saksi mata bagaimana Ferril yang mereka kira Farrel itu menggoda pelayan. Astaga! Melihat itu malah membuat perempuan yang dipanggil Mya ini illfeel setengah mati. Ia memang kagum sih sama sosok Farrel yang gak cuma ganteng tapi juga cerdas itu. Hanya saja, ternyata ganjen sekali. Kalau ingat kejadian kemarin, rasanya sangat bersyukur sekali karena Allah baik sekali membongkar kelakuan asli lelaki itu. Karena selama ini, yang dipamerkan di media hanya lah sisi baiknya. "Tapi wajar sih kalo playboy gitu. Tampang guanteng gitu gak masalah. Lah? Kalo jelek? Udah jelek, sok-sokan playboy itu minta dihina banget," tuturnya yang membuat sahabatnya terkekeh. Pop corn yang dipegangnya sampai miring dan nyaris tumpah andai ia tak segera sadar dan langsung memperbaiki posisinya. Tak lama suara panggilan agar memasuki studio pun bergema. Mau tak mau keduanya beranjak. Begitu duduk di salam ruangan bioskop itu.... "Mya! Mya!" ia memanggil dengan nada berbisik. "Farrel bukan sih?" tanyanya guna memastikan. Tapi yang melirik ke arah cowok yang mirip Farrel itu memang bukan hanya ia. Namun hampir semua orang di bioskop ini melirik ke arahnya sampai Farrel merasa risih. Iya, itu benar-benar Farrel. Cowok itu sedang hangout bersama sepupu-sepupunya. Gadis yang dipanggil Mya itu enggan menoleh. Mending juga melihat layar depan deh, pikirnya. Ia sih sebodo amat. Biar kan saja semua perempuan di bioskop yang kini sibuk menatap Farrel dari dekat. Ia akan fokus menatap layar besar di depannya. Bukan kah tujuannya ke sini memang untuk menonton? Menonton film bukan menonton kelaakuan Farrel yang ganteng itu. @@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN