Hadinata Family

2499 Kata
Tidak ada yang sadar bahwa saat Abian hanya berdiri memandangi Atsa dengan Richard di red carpet acara penghargaan itu, ada seseorang yang hanya memandanginya sambil tersenyum geli. Alina Hadinata, kakak Abian yang menjabat sebagai president director di perusahaan pertelevisian swasta milik keluarga Hadinata juga sadar bahwa adik bungsunya itu terlalu kaku menghadari acara penghargaan seperti ini. Pilihan ayahnya untuk menempatkan internship Abian sebagai sekertaris pribadi Atsa Mayleen tentu tidak salah lagi. Atsa adalah wanita yang hidup dengan penuh gemerlap dan sorot kamera serta sorot mata dari banyak orang. Atsa menyukai perhatian dari banyak orang yang diberikan kepadanya, sedangkan Abian sedari kecil selalu menghindari perhatian dari banyak orang. Bahkan Alina mendengus geli saat adiknya mencari jalan pintas untuk masuk ke ballroom selain melewati red carpet tersebut. “Anak bodoh.” Dengkus Alina. “Cuma kamu keluarga Hadinata yang tidak ingin disorot publik.” Ketika Abian sedang mencari jalan agar tidak harus melewati red carpet, langkahnya tiba-tiba terhenti saat seseorang langsung mengalungkan lengan di lehernya dan agak mencekik Abian. “Nah, mau kabur kemana lo?!” “Argh!” Abian langsung protes dan mendorong Kairav tak kentara. Sangat ada sorot mata kesal darinya. “Lo anteng dikit bisa nggak sih, Kai? Banyak wartawan di sekitar lo.” “Yeee, biarin aja. Biar para wartawan tahu.” Kairav kemudian memajukan badannya dan berbisik. “Kalau gue sahabatan sama si bungsu Hadinata.” Abian hanya berdecak kesal. Kedatangan Kairav ke acara ini bukanlah hal yang mengejutkan. Karena Kairav adalah seorang aktor papan atas Indonesia dan karir Kairav untungnya tetap bisa bersinar serta berlanjut setelah skandal heboh yang dibuatnya. “Lo datang sendiri?” Tanya Abian. “Gia?” “Dia nggak mau ikut. Semenjak skandal itu dia mengurangi tampil di media.” Jawab Kairav. “Yaudah nggakpapa, biar gue yang kerja aja di depan kamera. Yang penting di belakang kamera kehidupan keluarga gue baik-baik aja.” “Nah, bener. Demen nih gue pemikiran orang waras kaya gini. Tumben banget.” Abian kemudian mengetukkan jari telunjuknya di dahi Kairav. “Ada apa gerangan? Akhirnya bisa mikir bener.” Kairav langsung menangkis tangan Abian dan wajahnya benar-benar kesal. “Udahlah, mending lo minggir aja. Fans gue banyak yang nunggu di red carpet. Lo mau pergi, kan? Gih, sana pergi. Gue tahu kalau lo nggak akan mau disorot sama kamera.” “Hehehe, lo bener.” Abian tertawa kecil. “Yaudah, ketemu di dalam ya nanti.” Abian kemudian berpisah sementara dengan Kairav. Ia lebih memilih melintasi lorong backstage untuk masuk kedalam ballroom. Namun langkahnya semakin melambat saat beberapa meter dihadapannya ia melihat banyak sekali bodyguard melangkah. Dibelakang para bodyguard itu, orang-orang penting yang Abian kenali sedang mereka kawal. Abian langsung memutar bola matanya, namun orang-orang penting itu malah tersenyum geli dan juga tersenyum mengejek kearah Abian. Ya, orang-orang penting itu adalah kakak-kakaknya di keluarga Hadinata. Si sulung yang dulunya berengsek, Ibra Tama Hadinata yang kini melangkah sambil menggandeng istrinya yang cantik bernama Maya. Di belakang Ibra dan Maya ada kembar identik cantik Alin dan Alina Hadinata. Langkah mereka semua, termasuk Abian tidak saling berhenti melangkah. Tidak ada siapapun di lorong ini. Abian sudah tidak ingin tahu menahu dengan kakaknya ketika ia sedang bekerja menemani Atsa seperti ini, karena Abian juga harus segera bertemu dengan Atsa. Tapi kemudian, ketika langkah Abian melewati barisan tengah bodyguard itu dan melewati Ibra, kakaknya itu jelas tidak langsung diam dan membiarkan Abian bebas begitu saja. Ibra dengan cekatan langsung menahan bahu Abian, memutarnya dan merangkulnya dengan begitu keras. “Sibuk amat sih adek kecilku.” Goda Ibra. “Kak!” Abian protes kesakitan karena dirangkul terlalu keras. Maya, Alin dan Alina tertawa sambil terus melangkah menuju kursi di ballroom khusus untuk keluarga Hadinata. “Udah, bawa aja dia bareng kita.” Ucap Alin. “Sama keluarga sendiri kok malu, sih.” “Aduhhh, udah lepas deh. Gue masih kerja nih!” Protes Abian. Langkah mereka semua terhenti. Alina kemudian berdiri dengan tangan bersedekap di depan d**a. “Gimana jadi sekertaris Atsa Mayleen? Aman, kan?” Abian berdecak sambil melepaskan diri dari rangkulan Ibra. Kemudian merapikan jas-nya. “Ya kakak lihat sendiri lah kelakuan dia kaya gimana. Aku sih sabar aja.” “Kamu jangan begitu ke salah calon menantu Hadinata berikutnya.” Goda Maya. “Kak Maya, percaya sama aku. Atsa Mayleen bukanlah menantu yang baik untuk keluarga kita.” Abian kemudian bergidik. “Kalian mau aku mati muda gara-gara menikah sama dia.” “Hush! Kalau ngomong!” Hardik Alina. “Dia keren kok.” “Haha, terlalu keren sampai bikin kepalaku hampir dijahit.” Abian kemudian menaikkan rambut yang sedikit menutupi dahinya yang terluka karena lemparan Atsa kemarin. Alin terkesiap pelan, kemudian meringis sambil melirik saudaranya. “Agak ngeri juga ya, guys.” Ibra kemudian tertawa. “Udah, tenang aja. Gue tahu kok lo penakhluk wanita yang handal.” “Apakah gue harus bilang terimakasih?!” Tanya Abian penuh penekanan karena kesal. Kakak-kakaknya hanya tertawa. Abian memang yang paling diam diantara mereka, yang paling manis dan paling sering digoda oleh kakak-kakaknya. Hanya begitu, kemudian mereka semua benar-benar masuk ke ballroom untuk duduk di kursi yang disediakan khusus untuk keluarga Hadinata. Sedangkan Abian terus melangkah menyusuri koridor karena ingin bertemu dengan Atsa dulu. Abian harus tetap disamping Atsa dan mengontrol boss-nya itu. Sembari melangkah, Abian sibuk dengan ponselnya dan terus menghubungi Atsa. Namun panggilan dari Abian seolah hanyalah angin lalu bagi Atsa, karena panggilan itu sengaja tak Atsa angkat. Abian jelas tidak tahu bahwa Atsa ditinggal sebentar namun sudah kembali berulah. Ia dan Richard sengaja masuk ke ruang istirahat yang diberikan khusus untuk Richard. Tidak ada orang di dalam ruangan itu. Atsa didudukan Richard di meja rias yang ada di ruangan itu, sedangkan tubuh Richard sedikit menunduk dan kedua tangannya berada di sisi meja, mengunci tubuh molek Atsa. Perlahan tapi pasti, Richard menempelkan bibirnya pada bibir ranum Atsa. Atsa memejamkan matanya, mulai menerima ciuman Richard dan bibir keduanya saling melumat kecil. Tangan Atsa yang berada di lengan Richard perlahan mengelus sensual, naik keatas dan ia mengalungkan tangannya pada tengkuk Richard sehingga ciuman mereka makin dalam. Ketika memejamkan matanya, segala pikiran Atsa kini berkecamuk. Ia menerima bujuk rayu Richard untuk berduaan dengannya seperti ini bukanlah tanpa syarat. Atsa jelas tidak semudah itu, ia juga menginginkan sesuatu dari Richard sehingga mau-mau saja ketika lelaki itu cium dengan begitu napsunya. Richard benar-benar terpesona oleh kecantikan Atsa Mayleen yang wajah dan tubuhnya begitu mulus serta molek seperti barbie. Bisa mencium Atsa serakus ini juga termasuk kedalam fantasinya. Ciuman itu menghapus jarak diantara keduanya, saat p******a Atsa menempel pada d**a bidang Richard, membuat keinginan Richard untuk meremas p******a Atsa semakin besar. Richard kemudian menurunkan ciumannya ke tengkuk Atsa yang begitu harum. Tangannya bergerak naik dan sudah menyentuh p******a Atsa, namun ketika hendak meremasnya, Atsa langsung menahan d**a Richard dan mendorong Richard dengan lembut. Atsa mengulum bibirnya sambil tersenyum manis dan menyibakkan rambut panjangnya. “Ah, sepertinya acaranya sudah mau dimulai ya.” Ia kemudian menghadap kebelakang dan berkaca. “Ck, lipstikku berantakan. Ciumanmu terlalu membuai, Richard.” Richard kemudian kembali mengunci tubuh Atsa dan menggesekkan hidungnya pada pipi Atsa. “Kenapa tidak kita lanjutkan saja yang tadi?” “Eum, bisa saja kita lanjutkan.” Atsa kemudian memulai lebih dahulu dan mengusap paha Richard, matanya bergerak nakal melihat kearah kejantanan Richard. “Dan aku juga bisa memuaskanmu.” “Aku yakin kamu bisa sangat memuaskanku.” “Kenapa yakin? Kamu bahkan belum tahu.” Pancing Atsa. Richard hanya tersenyum. Ia jelas tahu bagaimana track record Atsa yang sering bermain dengan para aktor dan konglomerat Indonesia. “Aku ingin mencobanya juga dengan kamu.” Atsa langsung terkekeh. “Aku nggak mau coba-coba.” “Hei,” Richard menahan langkah Atsa yang hendah meninggalkannya. “Ayolah, kita bisa kan melanjutkannya lagi setelah acara ini? di lain waktu, mungkin?” “Eum… mungkin bisa.” Atsa mengerling kearahnya. “Asalkan,” tangannya kemudian mengusap sensual d**a Richard. “Kamu mau menandatangani kontrak untuk menjadi brand ambassador pria untuk brand fashion-ku yang akan launching.” “Oke, oke. Akan aku lakukan.” Jawab Richard dengan cepat, padahal Atsa juga tahu bahwa kini Richard sedang diincar oleh brand fashion saingannya. “Great.” Atsa langsung benar-benar melepaskan diri dari Richard. “Sekertarisku akan menghubungi kamu besok untuk segera tanda tangan kontrak.” “Secepat itu?!” Atsa yang sudah membuka pintu langsung menoleh dan menatap Richard dengan senyuman manisnya. “Ya, secepat itu kamu menandatangani kontrak, secepat itu juga kita bisa bercinta. Bye, honey!” *** Dari deretan para wartawan dan cameramen yang berada di podium paling atas tempat ballroom acara awarding stasiun televisi milik keluarga Hadinata ini, Ada Deby, Pinka dan Liana yang berdiri di podium itu. Mereka semua jelas sedang bekerja untuk membuntuti Abian dan Atsa. Liana sedari tadi sibuk dengan kamera berlensa yang super panjang, sedangkan Pinka terlalu bodoh hingga membawa teropong jarak jauh untuk mengintai Abian. Liana yang sedang mencari keberadaan Abian menggunakan lensa kameranya berdecak kesal saat Pinka menyenggolnya. “Aduh, Pinka! Yang bener dikit dong!” Protesnya. “Ih, gue nggak ngapa-ngapain juga.” Pinka membela diri. Liana sambil menghela napas. “Lagian lo ngapain sih sampai bawa teropong segala?” Pinka masih sibuk dengan teropongnya dan tak mengindahkan pertanyaan Liana. Sampai kemudian ia terkesiap. “Itu! Itu Abian!” “Mana?!” Deby dengan cepat mengambil teropong yang dipakai Pinka dan melihat Abian Hadinata berdiri dengan jas berwarna serba hitam dan terlihat tampan. Dalam sekali lihat, entah kenapa Deby malah teringat percintaan mereka tempo hari lalu dan melihat Abian secara langsung entah kenapa malah membuat Deby merindukannya. Abian jelas tidak sadar jika dirinya diam-diam sedang diambil potretnya dari atas. Ia hanya menatap sekelilingnya dengan resah sambil berkali-kali berusaha menghubungi Atsa, namun tetap tidak ada jawaban. Sampai kemudian tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang. “Hai, Biii!” Sapa Atsa dengan manja dan otomatis Abian langsung terlonjak kaget dan memutar tubuhnya. “Hehe, kamu nyariin aku ya?” Abian langsung berdecak dan melepaskan tubuhnya dari pelukan Atsa. Ia tidak banyak bicara selain langsung menarik tangan Atsa menuju ke kursi yang sudah dipersiapkan untuknya dan Abian. Abian kemudian menarik kursi tersebut dan mengedikkan dagunya. “Duduk.” Perintahnya. “Cih, boss-nya siapa yang merintah siapa.” Tapi walaupun mengomel seperti itu, ia tetap duduk di kursinya. “Makasih ya, Bian sayang.” Abian hanya menghela napas, entah kenapa sedari tadi jantungnya berdegup kencang saat tak bisa menemukan Atsa dimanapun. Ia kemudian menatap tubuh Atsa secara keseluruhan dan intens. Membuat Atsa yang sedang minum kemudian ikut meliriknya dan entah kenapa dipandang seperti itu oleh Abian membuatnya salah tingkah. Ketika Atsa hendak meletakkan gelasnya di meja, Abian dengan cekatan terlebih dahulu mengambil gelasnya, meletakkannya di meja, kemudian memberikan tisu untuk Atsa. “Makasih,” Atsa berucap pelan. Entah kenapa kadang ia bisa luluh dihadapan Abian. Namun sedetik kemudian sikapnya kembali seperti macan. “Ah! Kamu kenapa sih lihat-lihat saya sampai kaya gitu banget?! Saya cantik, kan? Atau kamu pengen tidur sama saya sekarang?!” “Husttt!” Abian langsung menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri dengan kesal. Ia kemudian menatap ke para tamu undangan lain yang mulai melirik kearah mereka. Abian kemudian berdeham. “Lebih baik Anda nggak usah kepedean, Miss Atsa Mayleen. Karena saya sebenarnya ingin memastikan bahwa Anda darimana saja, huh?” Atsa memang tadi mengerucutkan bibirnya dengan kesal, tapi ketika melihat Richard melangkah masuk ke kursi tamu undangan yang berjarak beberapa meter di depannya, Atsa langsung menggigit bibirnya. Atsa kemudian menggenggam tangan Abian dan mendekatkan tubuhnya kearah Abian, kemudian berbisik. “Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku.” Ucap Atsa. Dahi Abian sontak berkerut heran. “Pekerjaan apa?” “Aku berhasil menggaet Richard sebagai brand ambassador bisnis fashionku yang akan launching!” Abian langsung memalingkan muka kearah Atsa, membuat Atsa langsung terdiam karena berhadapan langsung dengan wajah tampan Abian yang hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya. “Really? Bagaimana kamu bisa melakukannya?” Abian kemudian melirik Richard. “Jangan bilang kamu menggunakan cara yang licik.” Atsa sontak menyeringai. Baru saja ia hendak mengatakan sesuatu kepada Abian, tiba-tiba saja dirinya terkesiap ketika seseorang menyiramkan air dingin keatas kepala Atsa dengan keras. Splash! “Aahh!” Atsa terkesiap keras dan langsung berdiri. Teriakannya memancing tamu undangan lain. “What the hell are you doing, crazy girl?!” Abian langsung menahan tangan Atsa dan dengan sigap menariknya kebelakang tubuhnya. Namun Atsa tetap memberontak. Wanita yang menyiramnya barusan adalah Kanya—runner up sebuah kompetisi model di Amerika yang mengharumkan nama Indonesia. Kanya menyiram Atsa tidak tanpa alasan, melainkan karena Kanya merupakan tunangan dari Richard. “Gossip di luar sana yang mengatakan bahwa Atsa Mayleen adalah seorang w*************a memang benar adanya!” Teriak Kanya sambil menuding Atsa dengan gelas yang masih ia pegang. “Maaf, tapi saya harap Anda berbicara dengan sopan. Karena apa yang Anda katakan bisa saya jadikan tuntutan karena Anda telah melakukan penyerangan dan mempermalukan boss saya.” Ucap Abian menengahi. Richard kemudian juga menghampiri dan menahan Kanya. “Nya, udah deh. Aku sama Atsa tadi cuma—” “Cuma kamu bilang?!” Kanya sudah marah diluar kontrol. “Semua orang di studio ini harus tahu jika pengusaha besar nan glamour seperti Atsa Mayleen adalah seorang pelakor!” “Kurang ajar!” Atsa yang mudah naik pitam langsung maju dan ingin menampar pipi Kanya, namun gerakan tangannya meleset. Kanya sendiri sudah terlanjur naik pitam dan sudah maju hendak menampar pipi Atsa. Namun Abian langsung menarik Atsa benar-benar kebelakang punggungnya sehingga tamparan Kanya mengenai pipi Abian dengan keras. Plak! “Bian!” Atsa terkesiap keras, seisi ruangan hening sedetik kemudian heboh kemudian. Deby, Pinka dan Liana dengan cepat mengambil gambar dan video, benar-benar fokus dan bersyukur dengan berita yang mereka dapatkan hari ini. Namun di sisi lain tatapan Deby beralih ke kursi dimana para keluarga Hadinata berkumpul. Alina Hadinata langsung berdiri begitu melihat adik bungsungnya di tampar oleh seorang model di depan banyak orang seperti itu. Alina terlihat berbicara dengan salah satu orang suruhannya dan beberapa detik kemudian para bodyguard langsung terlihat mengerubungi Abian dan Atsa saat itu juga. Deby sampai merinding, sebegitu cepatnya keluarga Hadinata untuk meredam kekacauan. Sedangkan Ibra juga ikut berdiri di samping Alina, melihat bagaimana adiknya dipermalukan seperti itu membuatnya menghela napas terlebih dahulu. Sampai kemudian Tony—sekertarisnya mendekati Ibra. “Tuntut model yang bernama Kanya itu ke pengadilan. Aku tidak mau tahu, siapapun yang berani macam-macam dengan keluargaku harus menanggung akibatnya.” “Baik, Pak.” Mereka semua hanya belum tahu, seharusnya tidak perlu mencari masalah dengan keluarga Hadinata, atau mereka akan berakhir di jeruji besi. Karena sebenarnya keluarga Hadinata bisa bermain licik, hukum negara bisa saja kalah jika uang mereka sudah bermain di dalamnya. --- AUTHOR NOTE Hai! author yang suka menghilang ini kembali lagi, mwehehe. Gimana cerita mereka untuk chapter ini? komen dong yang banyak! Jangan lupa klik love di bagian sinopsis untuk menambahkan cerita ini ke reading list kamu. Jangan lupa juga follow me on IG: segalakenangann (aku post cast Abian di IG dan banyak info menarik lainnya. CIAO!XX)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN