fall and fight

1308 Kata
Lala yang melangkah dengan mata berkaca-kaca ke kelas pun tak melihat jelas ada kaki seorang perempuan yang memang sengaja ingin membuat orang-orang tersandung, tapi mata berkaca-kaca itu membuat Lala bukan hanya tersandung tapi langsung tersungkur membuat lututnya lebam. akhirnya gadis itu menangis membuat perempuan yang tidak menduga kakinya akan membuat Lala jatuh langsung panik, ia pun langsung berjongkok untuk menenangkan Lala tapi gadis kecil itu sudah sangat sedih sekarang karena sebelumnya hati nya yang sakit melihat ke ketusan abangnya. "hey jangan nangis dong aduh" ujar gadis ber name tag Renata dan terlihat simbol kelas 4 di lengan baju sebelah kirinya. sedangkan di kelas Milan temannya melaporkan tentang kondisi Lala yang sempat dilihatnya. Milan langsung saja bergegas ke tempat adiknya. sesampainya di TKP ia langsung berjongkok bersama Renata dihadapan adiknya "la, kenapa?" tanya milan panik sambil memegang pipi adiknya agar menatap kearahnya. "Lala jatuh bang" jawab Lala dengan sesenggukan yang masih tersisa. "maaf ya aku tidak tahu dia akan terjatuh parah seperti tadi kukira hanya tersandung" ucapan Renata membuat Milan emosi. tapi varo yang juga ada disebelahnya menenangkan Abang Lala yang emosian itu dengan mengatakan "bawa Lala ke kelas saja dulu" ucap varo santai. tanpa berpikir banyak lagi Milan langsung memapah adiknya ke kelas sedangkan varo menyusul dari belakang, Renata langsung masuk ke kelas karena tatapan menakutkan dari Milan kepadanya. kerumunan yang sempat terjadi pun akhirnya bubar. sesampainya dikelas Lala, seperti biasa Aaron langsung mendongak dari tidurnya di meja. "kamu kenapa la" tanya Aaron penasaran sambil membantu Lala duduk di kursinya. Milan langsung berjongkok untuk melihat lutut adiknya. "sakit? ke UKS aja yuk" ajak Milan dengan cemas saat melihat goresan kecil di lutut adiknya walaupun mengeluarkan darah hanya sedikit tapi biru lebam disekitarnya sukses membuat Milan cemas. "bentar lagi bel bang, nanti aja dirumah diobatin, Lala bisa nahannya kok" jawab gadis itu tersenyum lirih varo melihat ketegaran Lala tersenyum kagum. sedangkan Aaron langsung mengeluarkan hansaplastdari sakunya yang mungkin bisa menahan darah keluar. "pakai ini dulu ya la" ujar Aaron berlutut untuk menempelkan benda itu di lutut Lala, gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum meringis. "ayo balik ke kelas lan, bentar lagi bel" ujar varo saat melihat Milan menatap tajam tindakan Aaron. "iya bang balik ya nanti Abang kena marah loh kalo telat masuknya" peringat sang adik dengan senyuman manisnya. Milan pun mengangguk tersenyum tipis lalu melangkah pergi menuju kelasnya disusul oleh varo dibelakangnya. "kamu kenapa tadi la kok bisa begitu lututnya?" tanya lembut Aaron tapi tatapan nya tetap tajam. "tadi kesandung karena Lala gak lihat jalan dengan jelas" jawab gadis itu dengan cengiran polosnya. "Oalah lain kali hati hati dong la" peringat Aaron dengan wajah cemas. "iya Aaron" jawab gadis itu tersenyum manis membuat laki-laki disebelahnya terpukau saat melihat wajah indah gadis itu yang sedang tersenyum lebar. karena bel belum berbunyi, Milan berbelok ke kelas Renata tentu saja varo sudah memiliki firasat buruk. "kau gila ya? kakimu mau kupatahkan?" tanya Milan dengan emosi pada Renata yang sudah ketakutan melihat Abang kelas yang sedang membentak dirinya. "maaf, aku tidak sengaja" ujar gadis itu dengan bergetar ketakutan. karena tak tahan lagi varo menolak bahu Renata sampai gadis itu terduduk di atas lantai, varo langsung menahan Milan. "sudah lan dia perempuan" ujar varo sambil menahan lengan laki-laki yang sedang emosi itu. Milan pun mencoba menenangkan dirinya "kalau kau membuat ulah pada adikku lagi, akan terjadi hal yang sama padamu" ujar Milan datar langsung melangkah pergi meninggalkan kelas Renata, teman sekelas gadis itu mencoba membantu Renata yang masih ketakutan agar gadis itu tenang. varo meminta maaf pada ketua kelas Renata karena ulah Milan. saat pulang sekolah Milan membantu adiknya berjalan ke restoran tempat sang ibu bekerja. "loh Lala kenapa?" tanya sang ibu khawatir sambil menghampiri kedua anaknya yang baru masuk ke dalam. "kesandung bund" jawab Milan jujur. "coba bunda lihat lututnya" ujar Mina sambil berjongkok dihadapan lutut anaknya, Lala sedang duduk di atas kursi restoran, Adit dan anak sahabat Mina sedang bermain bersama di kawasan anak kecil yang tersedia di restoran itu. "aduh ini bengkak loh, hansaplast nya dari siapa?" tanya sang bunda sambil mengoleskan salep yang diambilnya dari tas selempang miliknya. "dari Aaron bund" jawab Lala dengan senyuman lebar. "oh pantesan Lala lebih senang daripada sedih padahal ini sakit loh pasti kan" ujar sang bunda tersenyum kecil melihat Lala. Milan kesal dalam hatinya tapi ditahannya agar tak keluar karena melihat kondisi buruk kaki adiknya. "kakaaaak!" panggil Adit sambil menghampiri kakak kecilnya itu dengan berlari bersama anak sahabat Mina yang bernama Yola. setelah sampai di tempat kakaknya, Adit langsung melihat kaki kakaknya, raut cemas pun muncul di wajah Adit. "hai Adit" sapa Lala dengan senyuman cerianya. "kak, kaki kakak kenapa?" tanya Adit memandangi lutut kakaknya. "kakak kesandung tadi disekolah dit, jangan ajak kakak main lari-larian dulu ya" ujar sang ibu sambil membereskan restoran yang sebentar lagi tutup. Yola juga menatap lutut Lala dengan polos membuat Milan tersenyum. "hai Yola, kamu habis main apa sama Adit?" tanya Milan sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil berponi. "main petak umpet" jawab gadis itu lugu. Milan sangat gemas dengan pipi chubby Yola jadi ia mencubitnya pelan sambil terkekeh gemas. tak lama sang ibu beserta ketiga anaknya sampai dirumah, Milan masih memapah Lala dan Adit menggenggam tangan kakaknya satu lagi. "loh Lala kenapa?" tanya Hary khawatir saat sang ibu dan ketiga adiknya memasuki ruang tengah. Lala pun menceritakan kejadian kesandung ya di kaki Renata. "Oalah udah diobatin?" tanya Maryam meneliti lutut adiknya yang terduduk dikarpet. "udah bunda oleskan salep tadi" ujar sang ibu sambil membawa Adit ke kamar untuk dimandikan. "ayo biar kakak bantu Lala mandi ya" ujar Maryam melihat kode dari Hary yang ingin bicara pada Milan. Lala pun mengangguk kepalanya patuh dan berlaku pergi dari ruang tengah menuju kamar mandi bersama Maryam. "Milan, kamu tidak berantem kan sama orang yang buat lutut Lala terluka?" tanya Hary curiga pada adiknya yang emosian ini setelah Lala dan Maryam pergi dari ruangan tersebut. Milan terdiam membeku... "Milan jawab Abang" ujar datar Hary menatap adiknya serius. "cuman dikasih peringatan aja kok bang" ujar Milan gugup. "dari namanya yang buat Lala seperti itu perempuan kan lan?" tanya Hary. "iya bang, dia sengaja makanya Milan marahi" ujarnya dengan nada tak terima. "Milan, lain kali utamakan keselamatan Lala dulu ya jangan balas dendam dulu" ujar Hary dengan lembut, ia teringat tentang insiden kematian ayahnya, Hary memilih menyelamatkan Lala kecil dulu. "iya bang Milan pasti melakukannya" ujar laki-laki itu dengan menurut. "yaudah sekarang lebih baik kamu mandi dulu ya" perintah Hary sambil mengacak pelan rambut Milan. akhirnya Milan pun membersihkan diri dikamarnya dengan Maryam, sedangkan Lala mandi dikamarnya dengan Hary. "Abang, bang Milan udah mandi?" tanya Lala saat melihat Hary masuk ke kamarnya. "barusan masuk kamar mandi" jawab Hary duduk disebelah adiknya yang sedang berpakaian dibantu Maryam. "Abang" panggi Lala dengan lirih membuat Hary dan Maryam penasaran ada apa dengan adik kecil mereka ini. "iya la kenapa?" tanya Hary. "Lala udah bikin bang Milan marah sebelum jatuh, gara-gara Lala mau makan dengan Aaron" ujar Lala dengan pelan merasa bersalah. "terus?" tanya Maryam. "bang Milan marah kak, karena Lala terlalu sering bersama Aaron disekolah" ujar Lala menunduk takut. Hary pun mengelus rambut adiknya dengan lembut. "lala tidak boleh mengabaikan bang Milan yang sudah menyayangi dan menjaga Lala dari kecil, Abang juga akan marah kalau di posisi bang Milan" ujar Hary dengan perhatian. "iya bang hiks tapi kasian Aaron gak ada kawannya" ucap gadis kecil itu dengan isakan tangisan pelannya. "lala jangan peduli dengan orang lain, itu salah Aaron yang gak mau berteman" ujar Maryam berusaha ngomong lembut tapi tetap terkesan datar. Lala pun mengangguk mengerti dihadapan Abang dan kakaknya ini. "bang, malam ini Lala tidur sama bang Milan ya, Lala mau bujuk bang Milan biar gak marah lagi" ujar gadis kecil itu. "baiklah" ujar Hary lembut dengan senyuman tipisnya. karena Maryam dan Hary sama-sama sudah besar jadi anak sulung itu memutuskan tidur bersama sang ibu dan jadilah Hary tidur sendiri untuk malam ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN