bc

Perfect Lady

book_age16+
793
IKUTI
6.4K
BACA
revenge
love-triangle
possessive
second chance
goodgirl
boss
heir/heiress
city
office/work place
wife
like
intro-logo
Uraian

Harapan Yozan Adskhan untuk menikahi Jihan Muge tidaklah berjalan sempurna. Setelah terpisahkan oleh negara yang berbeda selama beberapa tahun, kesalahpahaman menjadikan hubungan keduanya retak. Ia dituduh berselingkuh dengan Berna Yildiz yang telah menjadi teman baiknya selama satu tahun. Sayangnya, Ozan harus menahan rasa sakit hati ketika Jihan Muge memutuskan menikah dengan Erdem Daymaz. Kakak Ipar Jihan dari mendiang saudari kandungnya.

Ia yang tersakiti bersedia menata hati baru, meskipun sisi hatinya masih enggan menerima cinta yang baru. Ozan berusaha membalaskan dendam atas rasa sakit hati yang diterimanya pada Jihan.

Namun, bisakah Ozan melakukannya di saat hati terkecilnya selalu menginginkan Jihan kembali dalam pelukannya? Meninggalkan status dan peran yang sudah melekat dalam diri Jihan selama dua tahun?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 - Kita Hentikan Semuanya
“Kau menampungnya di unit apartemenmu, Ozan?” Pria bermanik coklat itu membeliak sempurna dengan tubuh menegangnya. Dengan cepat kedua tangannya nyaris meraih kedua bahu Jihan. Tapi, perempuan dalam balutan mantel hitamnya mundur perlahan, tersenyum miring pada seorang pria bernama Yozan Adskhan. “Dia membutuhkan tempat tinggal dan aku membiarkannya bermalam, Jihan,” ucapnya lirih, meyakinkan perempuan yang sudah bersamanya hingga diusia matang. Bahkan, saudara laki-lakinya sudah lebih dulu menikah diusia yang tidak sampai menginjak di angka tiga puluh tahun. Sedangkan dirinya baru memantapkan hati dan kebutuhan finansial sekarang. Ia hanya tidak yakin jika bisa menata hidup di usia dua puluh lima tahun. Karena sejak dulu ia terlalu mudah mempermainkan seorang perempuan. Ozan hanya ingin menikah dengan perempuan yang tepat, sekali dalam hidupnya. Perempuan itu masih memertahankan senyumnya dan menggeleng lemah. “Kau berbohong padaku, Ozan. Membiarkannya bermalam lebih dari satu tahun? Begitu maksudmu?” cercanya dengan tatapan tajam. Ozan tertegun mendengar pertanyaan Jihan. “Apa kau tidak sadar sudah menyakiti perasaanku, Ozan?!” pekik perempuan itu mendorong tubuh Ozan, memukul d**a bidang dari balik jaket kulitnya dengan membabi buta. Ia tidak peduli saat air hujan begitu deras, membasahi tubuh dan jalanan yang kian basah. Jihan menginginkan emosinya meledak, tidak peduli jika malam ini mereka sempat bersikap romantis. Perempuan itu terus menunggu penjelasan Ozan, tapi sampai mereka berada di jalanan Rotterdam, pria itu tidak kunjung memberikan penjelasan menyakitkan itu. “Maafkan aku, Jihan. Aku tidak bermaksud menduakanmu. Dia hanya temanku,” balasnya meyakinkan Jihan. Perempuan itu tertawa hambar, mengusap wajahnya yang sudah dalam guyuran hujan. “Apa kau tidak bisa berpikir, bahwa yang kau lakukan adalah sebuah kesalahan besar, Ozan?! Kau mengkhianatiku! Kau mengingkari kesetiaanmu dan membuatku terperosok lebih jauh!” “Tidak, Jihan! Kau salah paham! Dia tidak lebih dari temanku—“ “—Cukup! Hentikan omong kosongmu, Tuan Yozan Adskhan!” bentak Jihan menahan pria itu dengan kedua tangannya di depan, menjadi tanda. Ia menatap ke dalam manik coklat yang begitu nanar. Tapi air mata Jihan pun sudah turun, tidak bisa membendung kekecewaannya. “Apa perempuan itu sudah menjadi teman tidurmu?” Manik coklat itu membeliak sempurna. Ozan tidak bisa menahan emosinya. “Apa maksudmu?! Aku tidak pernah melakukannya! Hubungan yang sudah berjalan selama ini, apa tidak bisa membuktikan keseriusanku padamu, Jihan?” “Kenapa kau masih meragukannya? Aku memperjuangkanmu sampai detik ini!” Senyum Jihan tampak getir. Ia menggeleng lemah. “Aku sudah telanjur kecewa dengan kebohongan yang kau buat, Ozan. Aku tidak pantas kau pertahankan. Lebih baik kita hentikan semuanya, sebelum aku akan sakit hati dengan sikapmu yang tidak pernah berubah.” Ozan membeku saat perempuan itu menatapnya lekat, berbalik berniat pergi meninggalkan pria yang sudah basah kuyup, sama seperti dirinya. “Jihan! Omong kosong macam apa ini?!” bentak Ozan menarik tangan perempuan itu dan tidak memedulikan rintih kesakitan yang dialaminya. “Aku sudah berniat melamarmu di saat aku sukses! Tapi apa yang kau lakukan? Kau ingin mencampakanku hanya karena satu hal yang bisa diselesaikan baik-baik?! Kau bisa bertanya pada Berna, jika aku tidak pernah menyentuhnya, seperti yang dulu sering aku lakukan dengan perempuan lainnya!” “Oh ... Jadi, dia Berna? Cantik, bukan?” senyum penuh arti itu membuat Ozan tidak bisa mengenali lagi perempuan di hadapannya. Perempuan yang sudah ia kenal sejak menempuh tesis di Program Magister dan Jihan yang masih menjadi Mahasiswi Program Sarjana. Mereka dewasa bersama dengan hubungan yang begitu dalam. Menjalin sebagai sepasang kekasih dan ia berniat melamar di usia matangnya. Tapi kenapa kabar menyakitkan ini datang? “Aku tidak peduli dengan penjelasanmu, Ozan!” Ia melepas kasar cekalan Ozan. Pria itu menatap nanar kekasihnya dan berucap lirih, “Kenapa kau berubah, Jihan? Apa tiga tahun kita berjauhan, kau tidak bisa mencintaiku dan memahami perasaanku hingga detik ini?” “Aku bisa membuang segala perasaanku untukmu dengan pengkhianatan ini.” Perasaan Ozan hancur berkeping-keping. Bulir air mata turun dengan rasa sesak menjalar dalam tubuhnya. Malam larut yang dilalui penuh cinta menjadi akhir kandasnya hubungan yang sudah ia jaga sejak lulus dari Program Magister. Ia yang berjuang untuk merasa pantas di samping Jihan, nyatanya tidak membuat akhir cintanya bahagia. Jihan Muge telah membuangnya. Layaknya sampah yang tidak berarti lagi. ** “ARGGGGHHHH ...” “AKU MEMBENCIMU JIHAN MUGE!” Seluruh benda di atas meja Ozan lempar. Ia semakin banyak memecahkan benda di sekitarnya. Berserakan dan tidak ada yang bisa mengendalikan diri pria itu sampai sebuah suara yang datang dari arah pintu unit, terpaku dengan tatapan kaget. “Ozan?!” “Apa yang kau lakukan, Ozan?! Hentikan!” tahan perempuan itu memegang tangan Ozan ketika berhasil mengambil vas bunga terakhir yang akan pria itu lemparkan. Manik hitam itu menatap nanar banyaknya beling yang berserakan. Ia meraih wajah Ozan, menangkupnya dengan khawatir. “Apa yang terjadi padamu, Ozan? Kenapa kau seperti ini? Katakan padaku,” tanya perempuan berambut hitam itu. “Bajumu basah. Apa yang kau lakukan di luar sana saat aku tidak ada di sini?” Ozan tidak sanggup menatap nelangsa penuh sesak di depannya. Ia langsung mendekap erat tubuh perempuan sebatas bahunya. Tubuh perempuan itu menegang, merasakan tubuh pria itu sangat rapuh. Menangis dalam pelukannya. “Kenapa sesakit ini mendapati diriku yang dibuang begitu saja, Berna?” tanya Ozan bergetar. “Sudah banyak waktu yang kulalui bersamanya. Tapi kenapa harus semenderita ini aku mencintainya?” Ozan memeluk erat tubuh itu. Ia membutuhkan sandaran dan Ozan hanya tahu Berna perempuan yang sangat tepat ia jadikan sandaran. “Dia meninggalkanku, Berna ... Dia tidak memercayai apa yang kukatakan. Dia ... begitu egois.” Tangis Ozan begitu pilu, sedangkan kedua tangan Berna perlahan membalas dekapan Ozan. Ia mengusap punggung pria yang sangat rapuh. “Aku sudah memercayakan hatiku untuk dia genggam. Tapi kenapa? Apa yang aku lakukan sampai membuatnya tidak bisa mendengarkan penjelasanku terlebih dulu.” Berna tertegun. Suara itu sangat lirih. Ucapannya penuh sesak. Perempuan itu menarik pelan tubuh Ozan. Ia menatap pria di hadapannya dengan linangan air mata. Ozan diam saat Berna menghapus lembut air matanya yang membasahi pipi. Perempuan itu tersenyum, seraya mengusap pipi Ozan. “Kau pria yang tampan, Ozan,” ucap perempuan itu pada pria bertubuh tinggi—187 senti—dengan manik coklat dan rambut berwarna sama. Bahkan, pria keturunan Jerman – Turki itu sudah sukses diusianya ke 30 tahun dalam membesarkan anak cabang dari Keluarga Adskhan di Rotterdam. “Kariermu cemerlang. Tidak hanya satu perempuan yang bisa masuk dalam pelukanmu, bertekuk lutut untuk pria yang sangat menghargai perempuan. Kau tidak layak tersakiti. Semua yang kau lakukan untuk dia sudah selesai.” “Waktumu untuk bahagia. Biarkan dia menyesal dengan keputusan yang perempuan itu ambil.” Ozan menatap lekat manik hitam di hadapannya. Perempuan berparas cantik yang tidak bersalah dan terseret dalam pertengkarannya bersama Jihan, terlihat menenangkan dirinya. Perempuan yang selalu bersikap dewasa dan mampu membuat Ozan kagum itu mengulas senyum manis. Ia membiarkan jemari ramping Berna mengusap rahangnya dan menatap pria itu dengan sendu. “Mulailah hidupmu yang baru, Ozan. Berhentilah terluka oleh masa lalu. Tetap kuat seperti seorang Adskhan. Karena kau seorang pria yang selama ini dikenal hangat dan mampu membuat orang lain menganggapmu selalu menjadi orang yang baik dan tenang. Kau bisa membuat mereka nyaman berada di sekitarmu. Jangan berubah hanya karena satu perempuan yang menggoreskan luka di hidupmu.” **

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

Revenge

read
35.4K
bc

Oh, My Boss

read
386.8K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.6K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook