DALANG

1744 Kata
 Orang-orang bilang siapa yang berusaha tanpa mengenal lelah maka dia akan menjadi orang yang sukses. Karena berpatokan dengan perkataan itulah Arfeen berdiri di tengah hutan di malam hari dan berlatih seorang diri- ah, sebenarnya ada banyak Althaia di sekelilingnya tetapi hampir dari mereka semua sudah tertidur kecuali satu Althaia yang memiliki bulu segelap malam, Althaia yang pernah minta dielus olehnya.  “Kau tidak tidur seperti yang lain?” tanya Arfeen, dia beristirahat sejenak setelah selama lebih dari tiga jam menggunakan energi sihirnya. “Kau tidak mengantuk?”  Biasanya Althaia itu selalu mendengarkannya dan terkadang juga menjawab pertanyaannya meskipun singkat. Ternyata benar kata Derwin, bahasa yang mereka gunakan sedikit berbeda dengan manusia tetapi masih bisa dimengerti. Hanya saja untuk Althaia sekelas si hitam pekat ini, cara bicaranya mengikuti manusia, mungkin karena energi sihirnya yang luar biasa.  “Tierra, kau tidak tahu bahwa aku bisa mengubah diriku, bukan?” katanya sambil mendekat ke arah Arfeen yang terduduk dengan napas terengah-engah. “Aku bisa menyamar menjadi manusia dan hanya Derwin yang mengetahuinya.”  “Ow, sekarang aku juga mengetahuinya,” Arfeen mengedikkan bahu. “Kau jantan, bukan? Seperti apa bentukmu jika kau berubah menjadi manusia? Laki-laki dewasa atau anak-anak?”  “Aku bisa berubah menjadi dirimu,” jawabnya, dan kemudian secara ajaib, energi sihir berwarna hijau tua itu terlihat dan menebal sampai menutupi tubuh Althaia tadi sebelum seorang pemuda yang sangat mirip dengan Arfeen hadir di sana. “Halo, Tierra!”  Arfeen langsung heboh, dia menutup mulutnya yang menganga lebar dan matanya bahkan sudah hampir keluar saking terkejutnya. Dia menatap dirinya- maksudnya, pemuda yang sangat mirip dengan dirinya itu dari atas sampai bawah, berulang-ulang kali sambil terus berdecak kagum.  “Uwah.. kau hebat sekali!”  Tetapi hanya sebentar, Althaia itu tampaknya memang tidak ingin ada banyak orang yang mengetahui kekuatannya dan kembali menjadi dirinya yang semula. Lagipula di Niscala ini hanya Derwin dan Arfeen yang bisa berkomunikasi dengan mereka tetapi bahkan Isolde, Varoon serta Denallie saja belum sepenuhnya tahu bahwa Arfeen sudah bisa berkomunikasi dengan mudah karena Derwin melarangnya memberi tahu mereka. Katanya sedikit yang tahu akan semakin aman untuknya.  “Kenapa kau memberitahuku kekuatanmu? Apa Althaia lain juga mampu melakukan hal yang sama atau hanya dirimu?”  “Hanya aku,” katanya. “Hanya aku yang bisa melakukannya dan Derwin dulu mewanti-wantiku agar tidak memberitahumu sebab meskipun dia tidak meragukanmu sebagai keturunan Tierra dan pahlawan baru Niscala, dia takut kau akan bereaksi terlalu heboh sampai-sampai banyak orang biasa yang akan mengetahuinya.”  “Lalu kenapa?” tanya Arfeen bingung. “Kenapa kau tetap memberitahuku?”  “Sebab Derwin tidak akan menghukumku meskipun aku melakukan itu,” jawabnya jujur. “Kau itu akan menjadi yang terkuat dan meskipun kami tidak pernah memiliki prasangka kepada orang lain, kami juga takut kalau-kalau ada mata-mata yang menyamar menjadi orang yang sangat peduli. Tierra, suatu saat mungkin akan ada yang mencoba untuk mencelakakanmu atau Isolde, dua orang yang sudah diramalkan sebelumnya.”  “Lalu? Aku belum mengerti kenapa kau memberitahuku jika kau bisa berubah wujud seperti tadi.”  “Aku melakukannya agar kau mengetahui bahwa jika nanti kau berada di dalam bahaya, kau bisa berlari dan melindungi dirimu sementara aku akan menggantikanmu. Ini adalah kesepakatan yang aku buat sejak lama bersama dengan Derwin, jika nanti Isolde, adiknya itu berada di dalam bahaya, aku akan berpura-pura menjadi Isolde untuk mengelabuhi musuh jadi dia bisa selamat dari bahaya dan melindungi kami sebagaimana yang biasa dia lakukan.”  Arfeen berdiri tegak, dia akan kembali mulai berlatih. “Aku akan berlatih untuk menjadi lebih kuat, setidaknya kemampuanku harus mendekati Tierra yang hidup ribuan tahun yang lalu dalam waktu dekat. Seperti yang kau lihat siang kemarin, sepuluh Kasdeya berhasil melepaskan diri dan bahkan mereka sudah mengirim Kasdeya yang memiliki kekuatan lebih besar. Aku yakin besok akan menjadi lebih sulit mengingat empat lainnya kehabisan energi.”  “Niscala akan menjadi lebih baik jika kau menjadi kuat, energi sihir kami juga akan menguat jika Niscala menguat. Ini adalah tanggung jawab yang besar, Tierra, dan sebenarnya ini adalah hukuman terselubung untuk leluhurmu.”  Terkekeh pelan, Arfeen mengangguk. “Aku tahu. Aku tahu bahwa ini adalah balasan yang harus aku terima karena perbuataan Tierra dari ribuan tahun yang lalu, kembalinya aku ke negeri ini.. ramalan yang selalu kalian bicarakan sebenarnya adalah hukuman. Aku tahu dan aku bersedia menerimanya.”  “Tierra?”  “Ya?” Arfeen yang sudah kembali melakukan pemanasan menoleh ke arah Althaia. “Ada apa? Ada yang ingin kau bicarakan lagi? Aku harus kembali berlatih.”  “Luka yang ada di hatimu, ketakutan yang mengurungmu dan kebahagiaan masa kecil yang terenggut darimu sebab semua orang menganggapmu aneh akan terbalas di sini. Kau akan menemukan orang-orang yang menyukaimu, teman yang selalu mendengarkan dan berbahagia untukmu serta ketegaran dan keberanian yang sekarang mulai tumbuh di dalam dirimu.. buatlah dirimu bahagia di negeri ini, Tierra, dan terima kasih karena sudah kembali.”  Saat itu Arfeen hanya tersenyum mendengar perkataan Althaia itu, dia tersenyum sambil berlatih. Benar, dia dianggap aneh oleh orang tuanya serta orang-orang di sekelilingnya sebab dia yang selalu terlihat bicara seorang diri, ketakutan tanpa sebab dan tidak berani menatap mata banyak orang. Dia dikucilkan oleh orang-orang dari dunianya dan harus kembali ke Niscala, negeri yang membuatnya kebingungan untuk menuntaskan hukuman terselubung yang dibebankan karena kaburnya Tierra dari ribuan tahun yang lalu.  “Benar,” gumamnya. “Aku menemukan kehangatan lain di negeri ini, aku memiliki orang-orang yang bisa aku ajak bicara dan bercanda tanpa perlu berpura-pura baik-baik saja. Meskipun manusia memiliki banyak kemampuan untuk menyimpan dendam dan memakai topeng tebal, aku percaya teman-temanku adalah anugerah yang dikirim oleh Tuhan kepadaku.”  Malam itu Arfeen terus berlatih, dia berlatih sekuat tenaga karena jika ada Kasdeya yang kembali mengelilingi Tyrion esok harinya, dia seorang yang harus menguatkan diri dan sebisa mungkin tidak membuang energi yang dikumpulkan empat temannya malam ini. Tetapi selain itu..  “Althaia, apakah sihir Isolde bisa melemah begitu saja?” tanya Arfeen, dia berhenti berlatih sejenak.  “Isolde adalah penyihir wanita terkuat, dia memiliki kekuatan penyembuh yang biasanya hanya dimiliki oleh kami, para Althaia. Selain itu dia juga sangat tangguh untuk usianya, kesimpulannya.. sihirnya adalah sihir abadi seperti dirinya dan mustahil melemahkan sihir sekuat itu kecuali satu hal.”  “Satu hal? Apa itu?”  “Racun tak terlihat yang sama kuatnya. Racun yang diberikan secara terus-menerus tanpa diketahui oleh tubuh penerimanya. Racun itu akan memakan semua energi yang tersisa dan menyegelnya tanpa diketahui pemiliknya.”  Arfeen menatap Althaia itu. “Apa racun seperti itu ada?”  “Racun yang dikeluarkan oleh Kasdeya dengan energi sihir tertinggi, racun yang sama seperti energi sihirmu.. racun yang tidak memiliki warna,” jelasnya. “Racun seperti itu tidak mematikan seperti racun para Kasdeya yang kau lihat selama berbulan-bulan ini. Itu bukan jenis racun yang akan membunuh, melainkan menyegel sihir pemiliknya dan membuat mereka menderita sampai memiliki keinginan untuk mati dan membunuh diri mereka.”  “Lalu.. apa kau bisa mengetahuinya? Maksudku, jika Isolde terkena racun itu mengingat kondisinya sekarang, apakah kau bisa mengetahuinya?”  “Tierra, jika penyihir tingkat tinggi seperti Derwin dan Varoon saja tidak bisa melihatnya, apalagi diriku. Sudah aku katakan bahwa energi sihirnya sama seperti dirimu.”  “Lalu apa yang harus aku lakukan?”  Althaia itu mendekat kepada Arfeen. “Kenapa kau sampai memiliki dugaan kalau Isolde terkena racun seperti itu? Kenapa kau memiliki prasangka bahwa keadaannya yang melemah bukanlah sebuah kebetulan yang dia terima karena harus menghadapi banyak Kasdeya dan membuang banyak energi sihirnya. Kenapa?”  “Karena dia adalah orang yang melindungi Niscala selama puluhan tahun dengan pengendalihan es miliknya. Dia adalah penyihir terkuat yang bisa dipercaya sampai-sampai hanya ada beberapa Kasdeya yang berhasil lolos selama ini- tidak, aku sebenarnya mengerti bahwa sihir Isolde sebenarnya dikhususkan untuk mengurung Kasdeya dengan kekuatan sihir tinggi sehingga kebanyakan Kasdeya yang berhasil lolos adalah golongan rendah.”  Hening.  Arfeen memejamkan matanya sejenak dan mulai kembali menjelaskan ketika tatapan mata hewan besar itu seakan memintanya untuk melanjutkan perkataannya.  “Maksudku mereka itu salah. Kasdeya sebenarnya tidak sengaja mengirim golongan rendah mereka, itu terjadi karena golongan atas mereka tidak bisa keluar. Kesimpulannya sihir Isolde memiliki kelemahan dan kekuatan dalam satu waktu, karena energi sihirnya yang sangat kuat, dia juga hanya bisa mengurung yang terkuat sehingga yang paling lemah berhasil menarik diri dan kabur,” jeda. “Ini hanya dugaanku tetapi aku yakin tentang hal ini dan mereka- bahkan Isolde sendiri tidak mengetahui tentang ini. Lalu.. mengingat golongan menengah mereka juga berhasil meloloskan diri siang tadi, aku yakin ada yang aneh dengan sihir Isolde. Aku hanya menduga jika ada seseorang yang sudah merencanakan ini semua, mulai dari masuknya Kasdeya dan pergerakan pelan mereka.”  “Kau.. benar-benar menarik, Tierra, kau bahkan lebih menarik dari pendahulumu.”  Menghela napas, Arfeen menjentikkan jarinya sebagaimana Derwin melakukannya untuk membuat tumbuhan sihir di sekelilingnya membentuk sebuah tempat untuk dia tidur.  “Althaia, aku menduga hal ini terjadi karena seseorang memang sudah menungguku.”  “Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanyanya, tetapi dia mulai menunjukkan taringnya sehingga Arfeen sadar bahwa hewan besar itu benar-benar tertarik dengan pendapatnya.  “Karena aku adalah orang yang kalian sebut sebagai pahlawan, artinya apa yang terjadi kepada Niscala adalah akibat rencana besar orang itu dan untuk membuat rencana besarnya itu terwujud dan supaya dia bisa benar-benar menang, dia harus membawa keturunan Niscala kembali ke negeri ini dan membunuhku di tempat ini.”  “Jadi kau berpikir bahwa ada seseorang yang memang sudah menantikanmu dan siap untuk membunuhmu?”  “Ya, tetapi itu nanti,” ujar Arfeen. “Nanti ketika aku sudah setengah kuat dan Niscala sudah memberkahiku, dengan itu.. ketika dia sudah berhasil membunuhku, dia bisa membanggakan dirinya dengan mengatakan bahwa Niscala tidak selalu benar dan dia yang akan menjadi penguasanya.”  “Kau tahu, Tierra?” Althaia itu kembali berubah menjadi manusia, kali ini dengan wujud Derwin. “Baru kali ini aku bertukar pemikiran dengan orang yang sangat menarik seperti dirimu. Pemikiran jauhmu itu seakan-akan meminta kami semua untuk waspada dan aku menyukainya.”  “Setiap orang harus selalu waspada, Althaia, karena bagaimana juga seorang musuh yang menakutkan itu adalah yang berpura-pura baik di hadapan kita. Orang yang sangat pandai menggonta-ganti topeng di wajahnya adalah yang paling berbahaya dan tidak ada salahnya bagi kita untuk berhati-hati terhadap orang seperti itu.”  “Siapa yang kau curigai?” tanyanya.  Arfeen tersenyum, dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur gantung yang dibuat oleh daut-daun tumbuhan sihir yang tadi dia perintahkan dan mulai memejamkan matanya.  “Siapa orang yang aku curigai? Ada banyak sekali, tetapi aku yakin kau juga sudah merasakannya.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN