Keesokan harinya, Arfeen dikirimi banyak sekali makanan oleh beberapa orang yang merasa sangat berterima kasih padanya. Mereka memberi s**u, daging dan beberapa makanan lain yang membuat Derwin menatap Arfeen dengan tatapan iri sejak laki-laki itu bangun dari tidurnya.
“Aku mencium aroma lezat,” ucap Varoon yang langsung masuk ke dalam ruangan Arfeen. Iris mata biru laki-laki itu tampak berbeda setelah melihat banyak makanan tersaji di meja. “Kau memasak, Tierra?”
“Beberapa orang datang ke mari dan memberi Tierra makanan itu,” sahut Derwin, dia masih menatap Arfeen iri. “Mereka jarang memperlakukan kita dengan istimewa meskipun kita sudah melindungi negeri ini dalam waktu yang sangat lama. Kenapa mereka memperlakukan kita dengan berbeda?”
“Karena menjaga negeri ini adalah tugas kita sementara Tierra adalah orang dari ramalan yang kita semua butuhkan, tentu saja mereka harus memperlakukannya dengan baik karena mereka juga tidak ingin dia kembali ke Saujana, tempat asalnya,” jelas Denallie yang entah datang dari arah mana, tetapi perempuan itu langsung duduk di sebelah Arfeen. “Aku boleh sarapan- tidak, makan siang denganmu, bukan?”
“Y-ya, silahkan!” sahut Arfeen, dia terlalu terkejut sehingga gugupnya kembali lagi. “Aku tidak bisa makan semua ini sendirian jadi-”
“Kami akan makan bersamamu,” potong Varoon, dia menarik Derwin. “Kami akan makan bersamamu, yah.. memang sudah seharusnya kita makan bersama karena kami juga merupakan gurumu selama kau berada di sini, selain itu mereka akan kecewa jika ada makanan yang tersisa. Derwin, ke mana adikmu? Dia juga harus makan.”
“Isolde sedang melakukan tugas hariannya, dia akan kembali sebentar lagi,” jawab Derwin. “Kita bisa mulai makan tanpanya.”
Akhirnya mereka berempat makan lebih dahulu. Arfeen yang berasal dari Saujana dan tidak pernah memakan daging sebanyak itu di dalam hidupnya seperti yang dilakukan ketiga temannya yang lain hanya bisa meminum susunya dalam diam. Namun dia juga penasaran tentang satu hal.
“Apa daging itu berasal dari Althaia?”
Derwin hampir menyemburkan makanannya sementara Varoon tampak tidak terganggu sama sekali dan Denallie hanya menggeleng pelan dengan mulut penuhnya.
“Althaia adalah hewan yang memiliki kekuatan sihir, daging yang sedang berada di hadapanmu sekarang berasal dari hewan biasa. Meskipun Niscala adalah negeri sihir, beberapa hewan dan penduduknya ada yang tidak memiliki energi sihir,” jelas Isolde yang sudah datang, dia duduk di sebelah Derwin. “Aku tahu apa yang ada di pikiranmu tetapi tidak. Tidak ada yang dikucilkan, setidaknya kami selalu mewanti-wanti semua orang untuk tidak mengucilkan yang tidak diberkati sihir seperti yang lainnya.”
“Lagipula meskipun tidak memiliki sihir, mereka dikaruniai kekuatan fisik yang lebih kuat daripada yang lainnya,” tambah Denallie. “Begitupun dengan hewan-hewan ini. Mereka pasti mengalami kesulitan saat memburunya- tetapi bukan berarti aku tidak senang memakan daging yang mereka sajikan. Aku akan membantu mereka kapan-kapan.”
Arfeen hanya mengangguk paham. Dia akan mempelajari Niscala sedikit demi sedikit, dia juga harus kembali ke tempat asalnya setelah ini karena dia masih ingin melihat wajah kedua orang tuanya.
“Derwin?” panggil Arfeen.
“Apa lagi?” sahut pengendali hewan dan tumbuhan itu, dia berdecak. “Kau ternyata banyak sekali bertanya, kenapa tidak habiskan makananmu terlebih dahulu?”
“Aku hanya penasaran, apa kita tidak bisa kembali ke tempat asalku? Aku harus melihat orang tuaku dan memastikan bahwa mereka berdua baik-baik saja karena saudara-saudaraku terkadang bisa menjadi sangat kejam.”
“Tidak bisa,” kata Derwin. “Tidak bisa untuk sekarang, tetapi lebih daripada itu aku masih memiliki dua Althaia yang berada di Saujana, mereka memantau apa yang terjadi di rumahmu.”
“Kau perlu mengetahui sesuatu Tierra, waktu yang kita lewati di Niscala lebih cepat daripada di tempat asalmu. Bahkan sekarang mungkin saja mereka masih berada di tempat kau mengalami kecelakaan dan mencari jasadmu.”
“Sudah aku katakan bahwa orang-orang yang kau sebut dengan keluarga itu sama sekali tidak peduli kepadamu, entah kau akan kembali dengan selamat atau tidak,” ketus Derwin. “Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa makhluk Saujana, kenapa mereka mengucilkan orang-orang yang terlihat berbeda? Lagi, kau adalah makhluk paling lemah yang aku lihat, kau bahkan diam saat ditindas. Ck, benar-benar bodoh.”
“Jika aku tidak diam, mereka akan mulai melakukan playing victim dan itu akan dua kali lipat lebih menyebalkan,” Arfeen mengedikkan bahu. “Lagipula jika aku melawan, bukannya mendapat pembelaan, mungkin saja aku akan dibunuh segera setelah aku membuka pintu rumah. Hah.. jika begitu kalian tidak akan melihatku.”
“Kenapa begitu?” tanya Denallie.
“Kenapa begitu?” Derwin tertawa, menertawakan pertanyaan Denallie. “Jelas dia akan langsung dibunuh karena salah seorang pembully nya adalah Kakak kandungnya sendiri.”
“Apa?” seru Varoon, Denallie dan Isolde bersamaan. Mereka bertiga terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Derwin.
“Kau mengarang cerita, ya?” tuduh Denallie. “Mana mungkin saudara melakukan itu kepada saudaranya? Apalagi dengan menjadi pembully di sekolah- tunggu, apa itu benar-benar terjadi? Aku tidak tahu kehidupan sekolah dan segala macam karena kami tidak memilikinya, tetapi apakah anggota keluarga bisa melakukan itu kepada anggota keluarga lainnya?”
“Ya,” Arfeen mengangguk. “Tetapi aku baik-baik saja, mereka tidak akan memukulku di rumah.”
“Untuk apa mereka melakukannya di rumah jika orang tuamu saja sudah memukulmu?” Derwin kembali berdecak.
“Aish, aku tidak tahu kenapa keturunan Niscala harus mendapatkan keluarga gila seperti itu, aku bahkan tidak mengerti bagaimana kau masih bisa bertahan hidup sampai sekarang padahal sejak kecil kau sudah sering di pukuli. Ck, aku kehilangan nafsu makanku sekarang.”
“Apa orang tua bisa melakukannya kepada anak mereka?” tanya Isolde polos. “Aku belum pernah melihat yang seperti itu di Niscala, bahkan orang tuaku dulu mengorbankan nyawa mereka untuk menyelamatkan aku dan Kakak dari serangan Afrit dulunya saat tameng Niscala pertama kali terbuka.”
“Tameng Niscala?” tanya Arfeen. “Maksud kalian.. sihir pelindung yang diberikan oleh Tierra yang dulu?”
“Ya,” Varoon mengangguk. “Kami sudah banyak menghadapi monster-monster dengan beberapa kekuatan seperti api, badai dan sekarang racun.”
“Sudah banyak bangsa Niscala yang meninggal karena serangan dari monster-monster penyusup itu. Jika Isolde dan Derwin kehilangan orang tua mereka saat Afrit menyerang, aku kehilangan orang tuaku saat monster badai menyerang.
“Tetapi kami masih bisa mengatasi mereka dan mengusir mereka dari Niscala. Hanya saja saat itu kami banyak kehilangan penyihir dengan kemampuan tinggi dan entah ini merupakan kutukan Niscala atau bagaimana, sejak saat itu tidak ada lagi penyihir tingkat tinggi yang terlahir,” tambah Varoon.
“Benar. Penyihir seperti aku, Varoon, Derwin dan penyihir menengah dengan kekuatan fisik seperti Denallie jarang atau sangat sulit ditemukan. Beberapa puluh tahun yang lalu, saat aku masih anak-anak dan baru kehilangan orang tuaku ada beberapa anak yang terlahir dengan sihir luar biasa. Sayangnya mereka tidak bertahan selama lebih dari sebulan, sihir mereka lenyap seperti ditelan oleh sesuatu.”
“Jadi penyihir kuat seperti kalian tidak ada lagi?” tanya Arfeen. “Lalu bagaimana? Jika penyihir tingkat menengah saja tidak ada, bagaimana kita bisa menang melawan Kasdeya?”
“Itu adalah alasan kehadiranmu,” jawab Derwin. “Kau ada di tempat ini untuk menutupi kekurangan kami. Karena Niscala membutuhkanmu dan semua orang yakin kalau kedatanganmu akan menjadi awal kebangkitan Niscala sebagai negeri yang tidak bisa disentuh seperti sebelum-sebelumnya.”
“Tierra,” panggil Varoon. “Ini adalah tugas yang sangat berat dan tanggung jawab yang sangat membebani. Aku mengerti kau sama sekali tidak mengetahi tempat ini dan bagaimana cara menyelamatkan kami semua, tetapi kami hanya memilikimu.”
“Benar, aku memang tidak menyukai matamu yang terlihat sangat menyebalkan itu,” jujur Denallie. “Aku tidak menyukai bagaimana kau menatap kami semua seperti kami akan menelanmu dan menjadikanmu tumbal, tetapi pada faktanya kau memang merupakan tumbal kami kepada Niscala.”
“Aku sudah mengetahui sejak lama- tidak, kami semua sudah mengetahui sejak lama karena ramalan Niscala tidak pernah salah, karena itu kami memang diharuskan untuk percaya kepadamu,” tambah Isolde.
“Tetapi masih ada beberapa orang yang menatapku ragu. Kenapa begitu?” tanya Arfeen lagi. “Kemarin saat aku menyalami banyak orang, beberapa diantara mereka menatapku ragu. Kenapa?” ujarnya kembali menjelaskan maksudnya.
“Kenapa lagi? Itu karena Niscala belum mengeluarkan suaranya,” jawab Derwin. “Niscala akan menurunkan berkahnya, seperti seorang yang sangat agung, negeri ini akan menggumamkan namamu dan kami semua masih menunggu hari itu terjadi untuk benar-benar mengakuimu.”
***