《4》Penyemangat

1317 Kata
"Perkenalkan Bu, nama saya Annasya Adreena Saila, saya biasa dipanggil Nasya. Saya ahli gizi yang bertugas di rumah sakit ini. Dengan Ibu dan Mbak siapa ya ini?" Ucap Nasya memperkenalkan diri pada pasien yang akan berkonsultasi dengannya hari ini. "Saya Ibu Santi, ini anak saya namanya Aurel." Balas wanita yang sudah berumur itu sambil tersenyum ramah. "Oh ini Mbak Aurel mengantar ibu ya? Mbak Aurel sekarang kerja atau kuliah?" tanya Nasya pada anak gadis di samping ibu Santi. "Saya masih kuliah Mbak. Sekarang saya baru semester enam." Kata gadis itu tersenyum ramah. "Ibu Santi sekarang usianya 57 tahun ya? Ibu sehari-hari bekerja atau bagaimana, Bu?" Ucap Nasya setelah mengecek data pasiennya. "Iya Mbak, saya PNS. Setiap hari saya kerja di balaikota dari jam delapan pagi sampai jam lima sore." Nasya tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Wah padat sekali ya. Baik Bu Santi, bisa saya minta surat rujukan dokter dan hasil labnya?" Bu Santi menyerahkan surat tersebut kepada Nasya dan Nasya menerima lalu membacanya dengan seksama. "Nah Bu Santi, berdasarkan surat rujukan dokter yang saya baca, Ibu Santi didiagnosis dengan penyakit jantung koroner. Sebelumnya saya ingin bertanya, Ibu sudah tahu atau belum yang di maksud dengan PJK?" Bu Santi mengangguk pelan, "Penyakit jantung koroner setahu saya jantung saya lagi ada maslah gitu ya, Mbak?" Nasya mengangguk menyetujui ucapan Bu Santi." Nah benar sekali. Jadi, penyakit ini disebabkan karena adanya sumbatan di pembuluh darah koroner Ibu. Penyumbatan ini menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga suplai oksigen dan zat gizi di tubuh Ibu menjadi terganggu. Nah, sumbatan ini disebabkan karena adanya plak di pembuluh darah Ibu. Plak ini disebabkan karena lemak dan kolesterol jahat." "Wah Ibu saya memang suka makanan yang berlemak-lemak gitu, Mbak." Kali ini sang anak yang berbicara pada Nasya. "Oh begitu ya, Mbak? Nah oleh karena itu, tujuan kita disini adalah sama-sama mendiskusikan perubahan pola makan dan pola hidup Bu Santi untuk mencegah dan mengatasi sumbatan di pembuluh darah. Untuk itu saya harap kerjasama dari Bu Santi untuk keberhasilan proses konseling ini, ya." Nasya kembali tersenyum ramah. "Baik, Mbak." Bu Santi menangguk mengerti. "Baik Bu Santi, sebelumnya kita ukur berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang Ibu terlebih dahulu, ya." Ucap Nasya, kemudian suster Devi mengukur *antropometri  Bu Santi. "Ibu biasanya berat badannya berapa?" tanya Nasya setelah Bu Santi menyelesaikan pengkuruan antropometrinya. "Berapa ya mbak? saya ga pernah ingat-ingat. Ibu biasanya berapa ya beratnya?" Bu Santi bertanya pada putrinya. "Biasanya sekitar 59 sampai 60 kiloan kalau ngga salah." Jawab Aurel setelah berpikir beberapa saat. "Nah ini hasilnya berat badan Bu Santi 60 kg dan tinggi badannya 153 cm, lalu lingkar pinggang Bu Santi 90 cm. Ini artinya overweight, Bu. Overweight itu artinya berat badan Ibu melebihi berat badan yang dianjurkan dan lingkar pinggang Ibu melebihi batas maksimal yaitu 80 cm." Jelas Nasya pada sang pasien. "Wah berati saya gemuk ya, Mbak?" Tanya Bu Santi "Benar sekali, Bu. Nah berdasarkan hasil lab ini, nilai LDL dan TG Bu Santi tinggi. LDL dan TG itu kolesterol jahat, Bu. Seharusnya kadar kolestrol jahat ini tidak boleh melebihi batas maksimalnya." Bu Santi menatap Nasya dengan raut wajah bingung. "Kok LDL dan TG saya bisa tinggi? kenapa ya, Mbak?" "Nah, pertanyaan yang bagus." Nasya tersenyum menatap Bu Santi, "nilai kolesterol jahat tinggi karena konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol yang berlebihan. Ibu Santi sendiri selama ini konsumsinya bagaimana, Bu? Ibu paling suka makanan apa?" "Saya selama ini suka makanan yang gurih-gurih gitu, yang digoreng-goreng Mbak pokoknya. Saya paling suka makan pakai lauk otak sapi mbak, kalo ngga digoreng ya dibuat gulai." "Jadi Ibu suka makan otak sapi yang digoreng dan dibuat gulai ya, Bu?" "Iya benar Mbak, selain itu saya juga suka gulai jeroan sapi yang ada di rumah makan padang itu lho Mbak." Bu Santi memberitahu Nasya dengan antusias. "Oh jadi ibu juga suka makan jeroan sapi ya?" "Iya Mbak, seminggu saya bisa makan empat sampai lima kali Mbak, biasa Mbak kalau makan siang sama teman-teman di kantor." "Selain itu, Ibu biasanya makan apa saja bu saat makan siang di kantor? Kalau sayur yang paling sering apa, Bu?" "Ya paling di rumah makan padang itu lah Mbak, saya jarang makan sayur Mbak, paling ya makan gulai daun singkong Mbak. Kalau di rumah saya biasanya masak sayur yang ada santannya gitu Mbak, saya ngga begitu suka sayur yang bening-bening, Mbak." "Jadi Ibu suka sayur yang bersantan ya, Bu? Kalau buah-buahan yang paling sering dikonsumsi apa, Bu?" "Iya Mbak, buah-buahan saya jarang sih Mbak, paling semangka sama melon aja Mbak kalau pas hari sabtu sama minggu di rumah." Nasya terus menanyakan tentang apa saja yang dikonsumsi oleh Bu Sinta sehari-hari. "Nah baik Bu Santi dan Mbak Aurel, dari hasil perbincangan kita tadi, dapat saya simpulkan bahwa Bu Santi suka mengonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan, Ibu suka mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol seperti jeroan dan otak sapi, asupan serat Ibu Santi kurang karena Ibu jarang mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Ibu juga masih kurang olahraganya." "Berarti saya harus merubah semua itu ya, Mbak?" "Nah tepat sekali Ibu, setelah kita mengetahui kesalahan pola makan Bu Santi, sekarang kita diskusikan bersama mengenai diet yang harus Ibu terapkan setelah proses konseling ini. Ibu Santi siap berkomitmen untuk melaksankan diet yang nanti akan kita bahas kan, Bu?" "Saya akan berusaha Mbak, saya ingin bisa sehat dan melihat anak saya wisuda dan menikah nantinya." "Alangkah bahagianya jika Ibu sehat selalu hingga Mbak Aurel wisuda dan menikah nantinya ya, Bu. Nah baik Bu, untuk mengurangi asupan makanan digoreng dan bersantan, Bu Santi siap jika harus mengurangi makan gorengan? Kira-kira Ibu sanggup mengurangi berapa gorengan Bu sehari? Bagiamana jika kita coba sehari satu gorengan dan maksimal dua kali makanan bersantan dalam seminggu, Bu? Untuk makanan tinggi kolesterol, bagaimana jika Ibu mulai mengganti kebiasaan Ibu mengonsumsi jeroan sapi dan otak sapi dengan mengonsumsi ikan dan ayam, Bu?" Nasya menjelaskan pola makan Bu Santi yang harus diubah dengan teliti. Setelah adanya negosiasi karena Bu Santi yang tidak langsung bisa mengubah pola makannya itu, akhirnya pertemuan mereka hari ini selesai. Bu Santi dan anaknya meninggalkan ruangan kerja Nasya begitu juga dengan suster Devi. Nasya menarik napas lega, sekarang ia memiliki tanggung jawab untuk memastikan gizi yang baik untuk setiap pasien yang berkonsultasi dengannya. Nasya sudah bekerja selama satu tahun di rumah sakit Cinta Keluarga yang terletak di tengah kota Bandung ini. Nasya memutuskan untuk ke kantin karena ini sudah waktunya ia untuk istarahat makan siang. Nasya berjalan menuju kantin, sesekali ia berpapasan dengan para Dokter, perawat juga pasien. Tak lupa ia menebarkan senyum manisnya. Setelah sampai di kantin, Nasya langsung memesan menu makan siangnya. Sambil menunggu pesanannya datang, Nasya mengambil ponsel yang berada di sakunya, lalu mengabari Sakha jika dirinya sedang istirahat, tak lupa Nasya juga mengingatkan agar Sakha tidak melewatkan makan siangnya. ***                                  "Hai, Sya. Bagaimana hari ini?" Seseorang baru saja datang dan langsung mengambil tempat berhadapan dengan Nasya. Nasya menatapnya lalu tersenyum, "Lancar, Dok. Dokter sendiri bagaimana?" Pria yang hanya terpaut tiga tahun dari Nasya itu tersenyum, "Lancar juga. Nanti sore saya ada jadwal operasi. Doain ya, Sya." Nasya mengangguk, lalu tersenyum. Makanan mereka berdua pun akhirnya sampai. Mereka menghabiskan makanannya tanpa perbincangan. Setelah habis, mereka berjalan kembali ke ruang kerja masing-masing. "Sya, saya duluan." Ucapnya saat ia akan berbelok menuju ruang kerjanya. Nasya mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang berada beberapa langkah lagi dari tempatnya berpijak saat ini. Nasya memasuki ruangannya, kemudian ia duduk lalu kembali mengecek ponselnya. Ternyata Sakha sudah membalas pesannya. Pesan yang selalu membuat hati Nasya terasa hangat dan membuatnya berbunga-bunga seperti seorang yang baru saja jatuh cinta. Iya sayang. Kamu juga jangan lupa makan, jangan kecapean juga. Nasya tersenyum lagi melihat balasan dari Sakha. Nasya pun dengan senang hati langsung membalas pesan yang dikirimkan oleh Sakha lima menit lalu. Love you, Kak.❤ Pesannya langsung dibaca oleh Sakha, namun Nasya harus menunggu sepuluh menit untuk mendapatkan balasan pesan dari Sakha. Aku kembali kerja dulu, kamu juga. Semangat sayang! :) Setelah itu, Nasya langsung menaruh ponselnya di atas meja kerjanya. Kemudian dengan senyum yang merekah di wajahnya, ia kembali melaksanakan tugasnya sampai sore hari nanti. Saat ini Sakha merupakan salah satu sumber penyemangat dalam hidup yang terasa sangat sempurna untuk Nasya. Tak terhintung sudah berapa banyak kalimat syukur yang Nasya ucapkan karena takdir baiknya ini. Nasya bahagia. *** *Antropometri, dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN