Pagi ini Nasya kembali melakukan aktivitas rutinnya, yaitu pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan pasien-pasiennya.
Pukul tujuh pagi Nasya sudah berada di rumah sakit, selama perjalanan menuju ruang kerjanya, Nasya terus melihat-lihat keadaan di sekitar. Ia sangat berharap tidak bertemu dengan Aji. Pria yang sudah menghantui dirinya sepanjang malam tadi.
Nasya sudah berkomitmen pada dirinya, mulai hari ini ia akan menjaga jarak dengan Aji, dokter muda nan tampan yang mampu menggoyahkan sedikit perasaannya. Tidak boleh! Nasya tidak boleh berpaling. Yang ada di hatinya hanya Sakha. Dulu maupun saat ini.
Tidak lucu kan jika pada akhirnya ia bersama dengan orang yang baru dikenal satu tahun setelah ia menunggu seseorang selama enam tahun lamanya? Tentu saja Nasya tidak akan sebodoh itu. Nasya akan tetap mempertahankan cintanya untuk Sakha. Hanya untuk Sakha.
Nasya semakin mempercepat langkahnya saat dirinya melewati lorong ruang kerja Aji. Nasya harus menghindari Aji seperti yang seharusnya.
Beruntungnya ia sampai di ruang kerja dengan tenang, tanpa harus berpapasan dan melihat wajah Aji.
Nasya duduk di kursi kerjanya, ia mulai membuka beberapa data pasien yang akan ia tangani hari ini.
Setelahnya, Nasya mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Sejak kemarin malam, Sakha tak kunjung membalas pesannya, jangankan membalas dibaca pun tidak.
Nasya mencoba tersenyum, kemudian kembali mengirimkan Sakha pesan seperti biasanya.
Selamat pagi. Nasya sudah sampai di rumah sakit. Kak Sakha jangan lupa sarapan. Cepat balas pesan Nasya, ya! ❤
Sudah menunggu lima belas menit, namun tak ada balasan apapun dari Sakha. Nasya mencoba berpikir positif, untuk mengalihkan pikirannya Nasya kembali mengecek data-data pasien.
Namun, sebuah notifikasi masuk di ponselnya. Dengan cepat Nasya langsung mengambil kembali ponselnya. Akhirnya ... Sakha membalas pesannya.
Kedua alis Nasya saling bertaut, ia salah. Notifikasi tersebut bukan berasal dari pesan Sakha. Tetapi, ada satu pesan dari instagramnya dan nama pengirim pesan tersebut adalah arrazi_louvin.
Kenapa tiba-tiba? Nasya jadi bingung sendiri. Nasya pun memberanikan diri untuk membuka instagramnya. Betapa terkejutnya Nasya karena beranda instagramnya masih berada pada picture Aji yang semalam Nasya lihat, Nasya menscrool sedikit ke bawah dan kedua bola matanya sontak membulat. Apa-apaan ini? Mengapa Nasya bisa memberi tanda love pada postingan Aji itu? Sejak kapan?
Nasya semakin gelisah, ia beralih ke direct message. Nasya memberanikan diri untuk membuka pesan dari Aji.
Kamu sudah sarapan? Kalau belum, mau sarapan bareng saya?
Nasya mengigiti kukunya, bagaimana Aji bisa tau kalau dirinya belum sarapan? Bagaimana Aji bisa tau kalau saat ini perutnya sedang meminta jatah makan? Nasya memang sengaja tidak sarapan karena ia harus datang lebih pagi agar tidak bertemu dengan Aji. Tetapi ... kenapa malah seperti ini?
Nasya harus tegas dengan perasaannya. Ia tidak boleh goyah sedikitpun. Hatinya hanya untuk Sakha. Ia harus menolak ajakan ini, harus.
Baru saja Nasya ingin mengetik untuk membalas pesan Aji, seseorang sudah mengetuk pintu ruang kerjanya dan membukanya perlahan.
Nasya kembali terdiam, ia menatap orang itu tidak percaya. Orang itu adalah Aji.
Aji tersenyum menghampiri Nasya, "Sudah sarapan?"
Mulutnya ingin mengatakan sudah, tapi gelengan di kepalanya lebih dulu bereaksi.
"Ayo!"
Dengan pasrah, akhirnya Nasya berdiri dan melangkah menyusul Aji.
Nasya terlalu berjalan jauh di belakang Aji, sehingga Aji memelankan langkahnya agar bisa berjalan sejajar dengan gadis itu.
Nasya hanya menunduk. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia mengingkari janjinya sendiri. Seharusnya ia menolak ajakan Aji tapi sekarang dokter itu sudah berjalan di sampingnya. Rasa-rasanya Nasya ingin menghilang saja dari hadapan Aji saat ini.
"Terima kasih, ya." Ucap Aji di tengah perjalanan mereka menuju kantin.
Nasya mengangkat wajahnya, mencoba menatap Aji dengan ragu. "Terima kasih untuk?" tanya Nasya hati-hati.
"Likenya semalam." Aji tersenyum hangat.
Nasya kembali menundukan wajahnya, malu. Ternyata Aji sadar atas kecerobohan yang sudah Nasya lakukan semalam. Apa yang Aji pikirkan tentang Nasya? Apakah Aji berpikir bahwa Nasya menstalk dirinya semalam? Sehingga memunculkan asumsi-asumsi yang lain? Kalau iya, bagaimana ini?
Apakah Nasya harus jujur bahwa semalam ia tak sengaja menyukai foto Aji? Atau bagaimana? Pagi-pagi begini mengapa Nasya harus dibuat frusrasi seperti ini?
Nasya akhirnya hanya mengangguk sambil tersenyum canggung. Nasya yakin Aji mengetahui sikapnya yang aneh saat ini, buktinya pria itu sedang tertawa lepas. Menyebalkan.
***
Hari ini jadwal Nasya tidak sepadat kemarin, ia akan pulang pukul lima sore nanti.
Nasya kembali mengecek ponselnya, untung saja Aji tidak menganggunya sejak selesai sarapan pagi tadi.
Nasya kembali membuka room chatnya dengan Sakha. Masih belum terbaca apalagi terbalas. Nasya menghembuskan napas lelahnya, memejamkan kedua matanya, mencoba menenangkan pikirannya.
Kedua mata Nasya kembali terbuka saat mendegar ponselnya berbunyi. Nasya langsung mengangkat panggilan tersebut saat mengetahui bahwa nama Sakha yang tertera di sana.
Ternyata Sakha sudah berada di depan rumah sakit dan Sakha memutuskan untuk menunggu Nasya di kantin.
Senyum bahagia jelas saja terlukis indah di wajahnya. Nasya harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan pergi menemui Sakha.
Lima belas menit berlalu, akhirnya tugas Nasya hari ini selesai. Ia pun segera pergi menuju kantin rumah sakit.
Sesampainya di sana, Nasya langsung memasang senyum terbaiknya. Ah, ia benar-benar merindukan Sakha.
"Lama ya, Kak?" Nasya menarik kursi di hadapan Sakha lalu duduk di sana.
Sakha yang tengah memainkan ponselnya lantas menatap Nasya yang kini sudah berada di hadapannya.
Sakha tersenyum, "Ngga terlalu kok."
Nasya menyengir lebar. Ia sangat bahagia bisa bertemu Sakha saat ini.
"Maaf ya aku ngga balas pesan kamu. Kemarin aku sibuk mengurus persiapan ke Bali."
Nasya hanya bisa tersenyum, ia memang harus mengerti kondisi pekerjaan Sakha saat ini yang tengah sibuk merilis sebuah film yang mengharuskannya terjun langsung melihat lokasi yang akan digunakan untuk shooting.
Jabatan yang dipegang oleh Sakha sebagai direktur perusahaan AVS Entertainment membuat dirinya memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Apalagi AVS Entertainment merupakan perusahaan perfilman terbesar kedua di Indonesia saat ini.
"Kamu mau langsung pulang?" Tanya Sakha.
"Makan dulu gimana?"
Sakha mengangguk lalu tersenyum, "Boleh."
Mereka berdua mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan rumah sakit tersebut. Di tengah perjalanan keluar rumah sakit, Nasya dan Sakha berpapasan dengan Aji.
Nasya tersenyum ramah begitu juga dengan Aji. Tanpa mereka ketahui, Aji diam-diam menatap kepergian mereka. Salah satu alasan Aji mendekati Nasya akhir-akhir ini karena ada dorongan dari dalam hatinya untuk melindungi Nasya dari pria jahat yang sedang bersama gadis itu.
Aji tidak ingin melihat Nasya suatu saat nanti hancur dan sakit seorang diri. Aji ingin berada di samping Nasya saat gadis itu sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Ya ... Aji mengetahui siapa itu Arsakha, ia bahkan sangat mengenalnya. Pria itu adalah orang paling jahat yang pernah Aji temui selama hidupnya. Aji berjanji akan terus bersama Nasya agar gadis itu tak pernah merasa sendirian.
***