Bab 6 – Sheryl vs Chalya

1393 Kata
Jam menunjukkan hampir pukul 12 malam. Semua orang sudah memasuki kamar tidurnya karena esok adalah hari Senin di mana semua orang sibuk mempersiapkan hari Seninnya. Arjuna bersama istri dan anak-anaknya sudah kembali ke rumah mereka, sedangkan Indah memilih untuk menginap di rumah orang tuanya malam hari itu karena ia masih ingin bersama Radit untuk memastikan bahwa kakaknya itu baik-baik saja. “Malam, Mas Radit,” sapa Ezra saat mendapati kakak iparnya itu berada di ruang meja makan dengan laptop kantor di hadapannya. “Malam,” balas Radit seraya tersenyum. Ezra mengambil segelas air mineral dari dispenser ruang makan lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Radit. “Masih kerja aja, Mas,” ujarnya. “Sebentar lagi juga udahan kok. Nanggung nih, sebentar lagi selesai,” balas Radit tanpa menatap Ezra karena ia ingin fokus dengan pekerjaannya. “Tidur aja dulu, Mas. Mas Radit harus cukup istirahat.” “Thanks, ya. Lo juga harus cepat tidur. Besok ada rapat sama auditor kan lo?” “Iya, Mas.” “Oh ya, sorry buat yang tadi pagi.” “Maaf kenapa, Mas?” tanya Ezra. Dahinya tampak berkerut. Ia sedang berpikir sepertinya Radit tak melakukan kesalahan, tetapi mengapa meminta maaf. “Gapapa. Pasti lo kaget kan sama kondisi gue,” jawab Radit. Kali ini ia menatap lawan bicaranya dan tersenyum. Ezra pun balas tersenyum untuk menenangkan kakak iparnya itu. “Semua orang punya traumanya sendiri, kesedihannya sendiri. Kita gak boleh menghakimi seseorang tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Kalaupun kita tau apa yang sebenarnya terjadi, kita juga gak bisa seenaknya aja menghakimi orang yang mengalami hal itu. Kondisi fisik dan jiwa kita dengan orang lain kan beda, pasti menghadapi kenyataannya juga berbeda. So, it’s ok, Mas Radit. Terima kasih sudah bertahan selama ini.” Radit pun kembali tersenyum pada adik iparnya itu. “Thanks juga udah mau ngertiin gue.” “Karena gue adalah adik yang perhatian sama masnya, gue mau ngenalin lo sama Chalya.” “Chalya?” “Yoi. Anak legal di kantor gue. Lo pasti suka deh. Dia orangnya fun, pintar, dan tentunya cantik.” “Sama Indah lebih cantik siapa?” “Indah dong.” “Ya udah gak usah kenalin.” “Lah.” Radit pun tertawa melihat ekspresi Ezra yang kini memberengutkan wajahnya. *** Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Hari ulang tahun Hadiputro Kimia Group yang kini sudah resmi menjadi HTK Group (Hadiputro Tanubrata Kimia Group). Sore hari itu, Radit mengganti polo shirt dan celana jeans yang ia kenakan dengan setelan kemeja dan jas hitam. Hari itu adalah hari Jumat di mana XXX Law Firm mengizinkan para karyawannya untuk mengenakan celana jeans dan kaos polo agar tampak lebih santai. “Lho? Kak Radit rapi amat,” ujar Sheryl yang mendapati Radit sedang berdiri di depan pintu lift saat ia baru saja kembali dari toilet. “Iya, mau pergi. Ada acara,” balas Radit seraya memberikan senyumannya pada Sheryl. “Mau meeting sama klien?” “Bukan. Acara ulang tahun.” “Siapa yang ulang tahun, Kak?” “Kantor papa aku.” “Oh,” balas Sheryl diiringi ujaran dalam batinnya, ‘Oh, Hadiputro Kimia ulang tahun toh,’. “Mau ikut?” tanya Radit bersungguh-sungguh. Hari Jumat itu Sheryl mengenakan gaun berwarna pink pastel yang membuatnya tampak berpenampilan resmi sehingga cocok jika diajak ke undangan pesta resmi. “Enggaklah, Kak. Aku kan gak diundang.” ‘Ya kan keluarga gue yang punya perusahaan,’ ujar Radit membatin. “Gapapa, ikut aja, yuk.” “Gak usah, Kak. Aku …,” ujar Sheryl seraya berpikir jawaban apa yang baik untuk menolak ajakan itu, “masih ada kerjaan.” “Oh … mau lembur?” “I-iya.” “Oke, semangat, ya!” “Makasih, Kak.” Ting! Pintu lift terbuka. Radit melambaikan tangannya pada Sheryl lalu masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai dasar gedung. Sementara itu, Sheryl kembali masuk ke dalam kantornya. Tidak. Sheryl tidak harus lembur malam hari itu. Ia bergegas mematikan nyala laptop dan merapikan meja kerjanya karena ia akan segera pulang untuk memulai istirahat akhir pekannya. Sebelum melangkah menuju area parkir mobil, Radit duduk di sofa ruang tamu gedung kantornya untuk menerima panggilan telepon dari Ezra. Adik iparnya itu menanyakan keberadaannya karena khawatir Radit tak akan datang padahal gadis yang ingin dikenalkannya sudah tiba di sana. Baru saja Radit memasukkan ponsel ke dalam saku jasnya, ia mendapati Sheryl yang tiba di lantai dasar gedung untuk pulang ke rumahnya. Ya, ia tahu Sheryl memang akan pulang dari kantor karena gadis itu tampak membawa tas kerjanya. ‘Ye, bohongin gue itu anak!’ ujar Radit membatin. *** Setibanya di Hotel yang Bintangnya Ada Lima, Radit berniat langsung mencari keluarganya. Namun, rupanya ia terlalu populer di kalangan karayawan yang bekerja di bawah naungan HTK Group. Semua orang tampak sibuk ingin menyapanya. Radit yang sangat ramah pada siapa pun akhirnya menyempatkan diri berbincang dengan para karyawan tersebut hingga rasanya ia sulit sekali untuk sekadar menyapa keluarganya. Setiap kali ia berpamitan pada sebuah grup obrolan, ada saja karyawan lain yang menghampiri dan mengajaknya mengobrol dan terciptalah grup obrolan lainnya yang tak mengizinkan Radit untuk meneruskan kegiatannya. “Mas Radit, udah dateng toh. Aku pikir Mas Radit gak jadi dateng.” Ezra yang mengedarkan pandangan ke seluruh area ballroom pun mendapati Radit dan menyelamatkan pria tampan itu dari genitnya para karyawan HTK Group. Para karyawan itu pun segera berpamitan pada Radit karena mereka merasa segan dengan bos muda mereka, yakni Ezra Julian Tanubrata. “Udah dari tadi malah,” jawab Radit. “Kok gak langsung nemuin gue? Udah ketemu mama papa?” “Boro-boro! Dari tadi gue gak dibolehin pergi sama karyawan-karyawan lo saking gantengnya gue.” Ezra pun berdecih untuk menunjukkan kekesalannya, tetapi ia juga terkekeh. Dasar sial. Kakak iparnya itu memang tampan. “Yuk deh gue kenalin ke Chalya sekarang.” “Eh, gue mau nyapa bokap nyokap gue dulu.” “Nanti aja. Mereka juga lagi sibuk ngobrol sama pihak komisaris.” “Oh oke deh.” Ezra pun memimpin langkah Radit menuju meja VIP yang khusus disediakan untuk Radit dan Chalya. Saat menghampiri meja VIP tersebut, Radit terkejut mendapati Sheryl yang sedang duduk di kursi meja VIP itu dengan sangat anggun. ‘Hah? Sheryl?’ ujar Radit membatin. “Chalya, kenalin, ini kakak gue, Radit,” ujar Ezra pada Chalya. “Chalya,” ujar Chalya seraya tersenyum dan menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Radit. Radit memejamkan kedua matanya sejenak untuk menyegarkan pandangan matanya demi memastikan siapa gadis yang saat ini sedang berada di hadapannya. Tampaklah wajah asli Chalya. Ya, bentuk wajah Chalya jauh berbeda dengan bentuk wajah Sheryl. Namun, entah mengapa Radit malah melihat wajah Sheryl di wajah Chalya. Mungkin karena ia masih kecewa mendapati Sheryl yang membohonginya untuk menolak ajakannya. Selain itu, Chalya mengenakan gaun sleeveless berwarna pink pastel. Warna yang sama dengan warna gaun Sheryl. “Mas?” bisik Ezra pada Radit karena kakak iparnya itu tampak mematung. Chalya pun menunjukkan seringainya. Gadis cantik itu merasa senang karena dapat membuat pria setampan Radit terpesona hingga mematung tanpa ia tahu bahwa sebenarnya Radit sedang memikirkan gadis lainnya. “Eh, i-iya, sorry. Radit,” ujar Radit. Ia dan Chalya pun saling berjabat tangan dan tersenyum satu sama lain. Ezra pamit pada Radit dan Chalya dengan alasan bahwa ia harus menemui orang tuanya. Ya, itu hanya alasannya saja karena ia ingin memberi kesempatan pada Radit dan Chalya agar saling mengenal. “Aku dengar dari Ezra, katanya kamu pengacara, ya?” ujar Chalya mencoba membuka perbincangan. Sebenarnya ia tahu siapa Radit. Ia sudah mencari informasi di internet mengenai siapa pria yang akan dikenalkan oleh teman sekaligus bosnya itu. Awalnya ia menolak, tetapi saat tahu identitas Radit, ia pun tak sabar untuk berkenalan dengan pria tampan yang juga sangat mapan itu. “Iya. Kamu manajer legal di Tanubrata Pharmacy, ya?” balas Radit. Chalya pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Keren banget kamu bisa jadi pengacara XXX Law Firm,” ujar Chalya lagi. “Kamu juga bisa, kok. Asal ada kemauan,” balas Radit seraya tersenyum. Bisa menjadi bagian dari XXX Law Firm memanglah sangat membanggakan bagi para lulusan sekolah hukum, tetapi bagi Radit, hal itu bukanlah hal besar yang harus dipamerkan. ‘Gak perlu, Sayang. Aku maunya jadi istri kamu aja. Gak bisa jadi pengacara XXX Law Firm ya jadi istri pengacara XXX Law Firm juga gue gas,’ ujar Chalya membatin seraya menunjukkan seringai cantiknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN