Part 5. AR Bakery

1260 Kata
I don’t believe in love at the first sight But i believe sometimes when you meet someone There’s a click - Anonim - Suasana AR Bakery milik Aisha siang itu cukup ramai. Aisha sedang duduk sendiri di pojok dengan laptop dan secangkir kopi di hadapannya. Radit sedang tidur siang, sehingga dia memanfaatkan waktu untuk membuat laporan keuangan bulanan AR Bakery. Karena jika Radit bangun, Aisha tentu sulit berkonsentrasi mengerjakan laporannya. Suara musik terdengar mengalun perlahan, mengiringi jemari Aisha bergerak di atas keyboard. Suasana AR Bakery memang cocok bagi orang yang ingin bekerja, atau sekedar bersantai. Dulu, toko kue milik Aisha ini hanya melayani pembelian takeaway ataupun pemesanan untuk acara tertentu saja. Namun sejak enam bulan lalu, Aisha cukup berani mengambil peluang untuk merombak toko ini. Apalagi melihat ruko yang ditempatinya ini cukup luas, dan beberapa sisi terlalu sayang jika tidak dimanfaatkan. Dengan menjual mobilnya sebagai tambahan modal, Aisha mulai melakukan perubahan pada AR Bakery. Mulai dari design interior, dibuatnya begitu cantik sesuai dengan dekorasi-dekorasi yang sedang tren belakangan ini. Meja dan kursi diletakkannya di beberapa sudut, beberapa wall decor berupa quotes menarik juga menghiasi dindingnya. Vas bunga dari rotan yang diletakkan di beberapa sudut, berisi beberapa dried flower, menambah kesan cantik ruangan ini. Rak, etalase dan beberapa showcase yang terlihat memenuhi ruangan, dikurangi oleh Aisha sehingga ruangan terlihat lebih luas. Kini, AR Bakery melayani pelanggan yang ingin membeli secara takeaway ataupun dine in. Aisha mempekerjakan beberapa orang barista yang cukup terampil meracik berbagai jenis minuman untuk menemani pelanggannya menikmati roti ataupun cake yang lezat. Selain itu, Aisha juga menambah seorang admin di bagian pemasaran dan promosi melalui media sosial. Sebelumnya, semua hal dilakukan Aisha seorang diri. Baik itu menerima pemesanan, menjadi admin media sosial, hingga membuat laporan keuangan. Namun sejak ada Radit, Aisha merasa tidak sanggup melakukan semua seorang diri. Akhirnya Aisha mempekerjakan seorang admin, bernama Maya. Sejak dipegang oleh Maya, media sosial AR Bakery menjadi cukup dikenal orang banyak. Maya pandai membuat konten yang menarik, terkadang dia juga memberikan promosi dan giveaway yang tentunya sudah disetujui Aisha sebelumnya. Selain itu, Maya tidak segan memasang iklan ataupun bekerjasama dengan selebgram dalam bentuk endorsement. Hal itulah yang membuat nama AR Bakery semakin dikenal. Kini Aisha harus pergi naik motor ataupun memesan taksi online jika ingin bepergian, karena mobilnya dijual sebagai tambahan modal. Namun Aisha cukup puas dengan hasil yang diraihnya saat ini. Setidaknya dia bisa menambah karyawan untuk memenuhi pesanan yang semakin banyak, dan juga menabung sedikit demi sedikit untuk mempersiapkan biaya pendidikan Radit nanti. Putranya itu harus mendapatkan semua yang terbaik yang bisa dia berikan. Aisha berjanji pada dirinya sendiri. Aisha mematikan laptop dan merapikannya. Meneguk kopi di cangkirnya sampai habis, lalu beranjak ke meja kasir. Aisha duduk di samping karyawannya yang sedang melayani pembeli. “Mba, aku mau pesan triple chocolate cake yang kayak gitu ya…” seru seorang pelanggan sambil menunjuk ke arah sebuah kue di showcase. “Oh Iya, Kak. Untuk kapan?” sahut Bunga, kasirnya, dengan ramah. “Besok, jam tiga sore.” Wajah Bunga berubah, namun dengan segera dia mengubah ekspresinya menjadi tersenyum lagi. “Maaf, Kak. Untuk besok kita sudah full order. Biasanya pemesanan dilakukan minimal tiga hari sebelumnya, Kak.” Bunga berkata dengan wajah menyesal. Lelaki itu mengernyitkan dahinya. Aisha yang sedari tadi memperhatikan interaksi Bunga dan lelaki itu kemudian mendekat. “Permisi, Kak. Maaf sebelumnya sudah pernah order disini?” tanya Aisha ramah. Lelaki itu menggeleng, “Ini pertama kalinya. Makanya saya nggak tau kalo mau order harus jauh-jauh hari.” “Oh… Iya, kami mohon maaf ya Kak. Next, kita akan kasih informasi di sosial media kita bahwa pemesanan setidaknya dilakukan H-3.” Lelaki itu mengangguk, lalu memalingkan tubuhnya dan melangkah hendak keluar. Namun Aisha berkata, “Kak… Kita bisa bikinkan pesanan kakak untuk besok, tapi ready sekitar jam lima sore. Bagaimana, Kak?” Lelaki itu terlihat berfikir sejenak, “Oke, nggak masalah.” “Baik, kita catat orderannya ya, Kak. Atas nama siapa?” “Yusuf.” "Cakep ya, Mba." seru Bunga, ketika lelaki itu sudah beranjak pergi. Aisha hanya menanggapinya dengan senyuman. Memang, lelaki tadi memiliki paras rupawan. Kulitnya putih, garis rahangnya tegas, rambutnya lurus hitam, tinggi badannya mungkin sekitar 185 cm karena tadi Aisha harus mendongakkan lehernya saat berbicara dengannya. Kacamata yang bertengger di wajahnya menambah kesan smart pada lelaki itu. Entah sejak kapan Aisha memperhatikan lelaki itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Yang jelas, ketika lelaki itu melangkah masuk tadi, seolah ada magnet yang menarik mata orang-orang untuk menatap ke arahnya. Meskipun orang itu sendiri bisa dibilang cuek karena tidak memperhatikan sekitarnya. Suara tangisan Radit dari lantai dua membuyarkan lamunan Aisha. Rupanya putra kesayangannya sudah bangun, Aisha bergegas menaiki tangga. "Uuwww Sayang nya Mama udah bangun ya…" dengan cekatan Aisha membawa Radit dalam gendongannya, lalu beranjak menuju dapur untuk membuat s**u. Mba Rya, pengasuh Radit, hari ini izin tidak masuk kerja. "Numm… Mama… Nummm…" pinta Radit tidak sabar. "Haus ya, anak mama… Ini sudah jadi, s**u nya… Bismillah dulu, Nak…" ucap Aisha sebelum menyodorkan dot berisi s**u ke mulut Radit. Sambil menggendong Radit, Aisha membawanya turun. Lalu mendudukkan Radit di kursi bayi. Mereka berdua duduk di pojok ruangan sambil bercengkrama. Aisha dan Radit memiliki kesamaan dalam hal cemilan favorit, yaitu cheese stick. Cheese stick buatan Aisha memang enak dan merupakan salah satu best seller di AR Bakery. Tidak jarang dia dan Radit harus berebut saat cemilan itu hampir habis. Saat sedang menyuapkan sebuah cheese stick ke mulut Radit, mata Aisha menangkap sosok lelaki yang menarik perhatiannya tadi. "Ngapain dia balik lagi" pikirnya. Langkah lelaki itu dengan mantap menuju ke arah kasir untuk memesan. Lalu bukannya pulang, dia justru berjalan ke arah meja di samping Aisha. Duduk di sana dengan tenang sembari mengeluarkan laptop dari ransel nya. Entah kenapa di siang hari yang terik seperti ini, aura lelaki itu begitu sejuk dipandang. Tangannya bergerak lincah di atas keyboard mengetik sesuatu, terkadang tangan itu beralih menggerakkan mouse di samping laptopnya. Sepertinya dia sedang membuat presentasi. Kegiatannya terhenti sejenak saat pesanannya datang. Japanese cotton cheesecake dan secangkir cappucino. BRAKK… BRAKK… Aisha terkejut, karena rupanya Radit kehabisan cemilannya sehingga tangan mungilnya yang gempal menggebrak2 meja. "Maaa… Maammm… Mamaa…." suara Radit cukup berisik hingga Aisha takut mengganggu pengunjung lain. "Sayang… Anak mama pinter… Minta nya yang baik ya, nggak boleh pukul meja. Nanti tangan Radit sakit." bujuk Aisha sambil mengecup kedua telapak tangan Radit. Meskipun tangan Radit sudah berhenti memukul-mukul meja, tapi suara rengekannya masih terdengar. Membuat Aisha merasa kurang nyaman karena takut mengganggu orang lain. Akhirnya dia meraih Radit lalu menggendongnya dan berjalan menuju rak yang berisi deretan cheese stick kesukaan mereka. Radit tersenyum lebar, tangannya terulur berusaha menggapai cemilan kesukannya itu. Sesekali dia bertepuk tangan tak sabar ingin mengambil sendiri. Tubuh Aisha yang mungil sedikit kewalahan menggendong Radit yang gempal. Ketika cheese stick sudah di tangannya, Radit tersenyum senang. Aisha kembali mendudukkan Radit di kursi nya. Membiarkan putranya menikmati lagi cemilan itu. "Anaknya ya, Mba?" sapa seseorang di samping meja Aisha. Aisha refleks menoleh, lalu menjawab singkat "Iya." "Hee…? Serius?" Lelaki itu terkejut, karena awalnya tadi niatnya hanya menggoda karena dipikirnya Aisha yang bertubuh mungil mungkin masih mahasiswa. Aisha mengangguk mantap, "Iya, ini anak aku. Kenapa emang?" "Aku pikir adeknya, atau keponakannya." Lelaki itu melanjutkan, "Mba yang tadi terima orderan aku kan? Mba kerja disini ya? Kenalin, aku Yusuf." Dia mengulurkan tangannya yang besar. "Aisha" sahutnya singkat menyambut uluran tangan Yusuf. "Anaknya lucu banget, Mba. Berapa usianya?" "13 bulan" "Ooh… 2 September 2020 12.35 WIB
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN