Dewa Kesempatan menatap rumah di depannya. Arthur pun sama—tampak bingung dengan keadaan rumah yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Rumah ini memang besar, tapi tidak sebesar rumahnya. Lalu rumah siapa ini? Mengapa begitu megah dan tidak mirip dengan rumah siapapun yang Arthur kenal di masa lalu. Bukankah ini masa lalunya? Atau mungkin sang dewa salah kamar? Membawanya ke masa lalu orang lain, tanpa sadar. Belum sempat Arthur bertanya, mata hitamnya teralihkan kepada laki-laki remaja dengan jas hitam yang duduk di teras rumahnya. Air matanya kini jatuh membasahi pipinya. Beberapa pelayan datang sambil menundukkan kepalanya—membawakan dua koper kepada laki-laki remaja itu. Laki-laki itu tampak tidak mau pergi, tapi ada seorang laki-laki lain yang baru saja keluar dari rumah—mendorongn

