Lilo tidak langsung menuju kamarnya melainkan mengendap-endap ke bagian dapur. Ia mengintip dan melihat para palayan dan Nyonya Greta begitu sibuk membenahi semua sisa pesta. Dengan tanpa sepatu, Lilo merendahkan tubuhnya memasuki dapur, mengangkat ujung dress dan berjingkrak ke arah lemari pendingin berukuran besar yang ada di bagian sudut dapur. Semua orang membelakanginya ketika Lilo membuka pintu benda itu, memasukkan seluruh wajahnya ke dalam lemari pendingin dan menemukan apa yang dicarinya. Dua buah timun dingin yang berhasil disembunyikannya di belakang punggung ketika Nyonya Greta memergokinya.
"Fräulein Lilo? Apa yang anda cari di lemari pendingin itu?"
Lilo membanting pintu lemari itu bersamaan dengan senyumnya yang terkembang manis. "Tidak. Aku hanya mengecek isinya. Mungkin saja kau menyimpan cake atau ice cream?"
Nyonya Greta tertawa dan menepuk pipi Lilo dengan sayang. "Makanan manis selalu menjadi kesukaan anda. Jika anda ingin cake..."
"Tidak. Aku hanya ingin melihatmu saja." Lilo tersenyum kecil. Rasa senang bisa meninggalkan Berlin sangat dinanti Lilo namun ia juga sedih bahwa Nyonya Greta tak ikut dengannya.
Sepertinya ayahnya sudah menemukan solusi terbaik bagi Lilo bersama Kepala Bodyguard yang tiba secepat kilat dengan tergesa-gesa, masuk ke dalam ruang kerja sang walikota dan menutup pintunya rapat-rapat.
Lilo mencium pipi Nyonya Greta dan mengambil satu toples penuh berisikan marshmallow berbentuk bantalan pink. "Aku bawa ini ya. Beserta toplesnya." Lilo tertawa dan berlari keluar dari dapur, memeluk toples dan dua timun di dadanya.
Ketika dia berbelok hendak menuju kamarnya, ia melihat banyak bodyguard keluar dari ruang kerja ayahnya, dikepalai oleh Paman Nikolaus. Mereka menuju lift bawah tanah yang merupakan markas seluruh informasi bagi para bodyguard. Lilo mendengar suara Paman Nikolaus menelpon seseorang dengan nada suara meninggi.
"Sich beeilen, Dahlheimer!" dan lelaki itu memasuki lift diikuti separuh dari anak buahnya.
Lilo mengedikkan bahunya dan meneruskan langkah ke kamarnya, heran mendapati tak ada satupun bodyguard berjaga di lorong maupun di depan pintunya. Ia mengelus d**a dengan lega. Lihat? Baru saja dia menggemparkan ruang kerja ayahnya, tak ada satupun dari men in black itu membuntuti Lilo. Ops, Lilo tak boleh melupakan satu bodyguard yang dipersiapkan Papa untuk menjaga Lilo selama 24 jam nantinya.
Sambil mendorong pintu kamarnya, Lilo berpikir pastilah bodyguard itu tak jauh berbeda dari Alois, yang terlalu mudah dibodohi Lilo. Ia terkekeh kecil dan menutup pintu kamarnya. Sejenak dia menatap kamar tidurnya yang indah dan cantik. Setahun penuh dia tak akan berada di kamarnya yang mewah, meninggalkan dress-dress pastelnya dan semua perhiasan di laci-lacinya. Sambil membuka bajunya dan menggantinya dengan kemeja gombrong untuk tidur, Lilo berbaring di ranjang empuknya, menekan permukaan timun di bawah matanya.
Lilo menatap langit-langit kamarnya dan berpikir ulang atas kebohongannya. Sepertinya dia teramat jahat, tetapi bila mengingat keputusan ayahnya yang akan mengasingkannya ke suatu tempat dengan membuat kebohongan lainnya di mata publik, Lilo tak merasa terlalu bersalah atas ide gilanya.
Ia membiarkan timun berada di dua matanya yang tertutup. Suara desahan pelan dari bibirnya menandakan Lilo sudah di ambang rasa putus asa mengharapkan orang-orang yang dicintainya berbalik mencintainya. Mungkin saja sudah lama ayahnya ingin Lilo menjauh dari lingkungan sang ayah, tak perlu pusing memikirkan tingkah ajaib Lilo demi mencari perhatian. Sama seperti Lilo yang juga sudah bosan hidup dibayangi sorot kamera ke manapun dia berjalan.
Ya, menjauh selama setahun dari lingkungan ini adalah jalan terbaik. Biar saja Papa berpikir bahwa dalam waktu 9 bulan 10 hari ia akan memiliki cucu. Lilo akan membeli boneka bayi seukuran bayi manusia dan menyapa papa dengan kalimat konyol. "Halo, Opa! Perkenalkan ini cucumu."
Lilo percaya bahwa saat itu juga ayahnya akan menggantung Lilo atau sungguh-sungguh melempar Lilo ke bulan. Lalu, bagaimana dengan Mama? Apakah Mama akan merindukan Lilo selama setahun lamanya? Terkadang Lilo tak pernah mengharapkan imajinasi berlebihan jika mengingat betapa sibuknya sang mama dengan berbagai organisasi.
Memikirkan orangtuanya semakin membuat Lilo mengantuk. Kedua tangannya terletak lemas di kedua sisi tubuhnya dan dia tertidur nyenyak dalam posisi seperti itu hingga matahari terbit.
Nikolaus menerima panggilan sang walikota ke ruang kerjanya tepat pukul 2 dini hari. Di ruangannya hanya tertinggal Kurt yang sudah berubah wujud seperti cerobong kereta api yang tak henti mengepulkan asap rokok.
Berkas berisikan data Lilo berserakan di lantai dan dipisah-pisah oleh Kurt menurut kesukaan, keanehan, dan kebiasan Lilo. Sekilas pandang saja, kertas yang awalnya terketik rapi itu kini dihiasi lingkaran-lingkaran merah dari pen yang dipegang Kurt.
"Herr Dommer memintaku membawamu ke ruangannya." Nikolaus menatap Kurt yang mengerutkan dahinya. "Kau bisa dengan cepat memahami Lilo saat sudah berada di Gruyere."
"Apa yang membuat anak ini tergila-gila dengan boyband Korea?" Kurt mengetuk ujung pen ke sudut bibirnya. "Apakah aku harus menghapal nama-nama dari anggota grup ini?"
Nikolaus tertawa dan melempar jaket Kurt. "Untuk apa kau harus menghapal nama-nama itu?"
Kurt memakai jaketnya dan mematikan rokok. "Setahun hidup bersamanya di bawah satu atap, di desa kecil yang bahkan mungkin belum dikunjungi anak itu. Kurasa komunikasi harus terbentuk secara alami."
"Kau hanya menjaganya."
"Oh, yang kujaga bukanlah bayi kecil yang bisanya menangis ketika lapar, merengek saat ia mengompol, pup dan tidur sepanjang waktu. Ini adalah seorang remaja dengan tingkat emosi labil bersama isi kepala anehnya. Belum lagi jika dia benar-benar hamil..."
"Kau sepertinya tidak yakin dia sedang hamil." Nikolaus menoleh Kurt yang bersamanya memasuki lift.
Kurt bersandar di dinding lift, melipat kedua tangan di d**a dan menatap Nikolaus. "Entahlah. Di otakku selalu berulang kalimat, apakah benar dia hamil? Anak itu mempunyai segudang ide aneh. Kalian saja terkadang kerepotan menemukannya ketika dia kabur."
"Mungkin disaat kami lengah..."
"Tak lebih dari satu dua jam? Setiap kali kau memintaku untuk melacak keberadaannya, Lilo Dommer selalu berada di tempat keramaian. Tempat-tempat hiburan yang kerap kali dikunjungi para turis ataupun sebuah keluarga. So, don't blame me. Is she really pregnant?" Kurt melangkah keluar dari lift mendahului Nikolaus yang terdiam. Ia melirik atasannya yang melangkah tanpa berkata-kata. "Siapa yang tahu? Seperti katamu di ponsel, hanya Lilo dan Tuhan yang tahu kenyataannya."
Walikota memerintahkan Kurt untuk menjaga putrinya sepanjang 24 jam, menjaga dalam arti sang walikota adalah sang bodyguard tak hanya menjaga keselamatan sang putri saja melainkan dalam segala hal. Baik kesehatan dan keperluan sehari-hari. Selama di desa tersebut, sebuah rumah telah persiapkan bagi mereka yang menempatinya, yaitu Lilo, Kurt, satu pembantu, satu koki dan satu guru Home Schooling. Kurt tak diijinkan mengenakan setelan khusus bodyguard dan diperbolehkan memakai pakaian sehari-hari, tak ada mobil mewah selain pick up yang ada di garasi rumah, Kurt harus mengganti nomor ponselnya dan diijinkan membawa pistol dan alat komunikasi canggih lainnya agar terhubung dengan Nikolaus. Singkatnya, Kurt tak boleh terlihat seperti bodyguard di mata penduduk, demikian pula Lilo. Mereka tak boleh menarik perhatian agar media tak mencium keanehan yang sedang terjadi di keluarga Dommer. Besok pagi Edith akan memberi daftar kebutuhan bagi seseorang yang sedang mengandung.
Sampai pada bagian itu, Kurt mendengus kecil dan mendapati sepatunya diinjak Nikolaus. Herr Dommer menghentikan pidato kecilnya dan menatap wajah yang berat senyum itu di depannya.
"Apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?"
Kurt berdehem dan menjawab ringkas. "Bagaimana dengan besar gajiku?"
Nikolaus mendesah frustasi. Selain bertampang sangar dan ketus, Kurt gemar melontarkan pertanyaan yang ada di otaknya tanpa filter.
Herr Dommer tersenyum kecil. "Gajimu akan naik dua kali lipat dari gaji pokok. Nikolaus akan mengaturnya. Aku tidak peduli bagaimana cara kau menjaga Lilo, yang pasti, bahwa kau harus menjaga anak itu seperti kau menjaga nyawamu sendiri. Tak ada yang boleh tahu bahwa Lilo adalah anak walikota Berlin apalagi ketika perutnya mulai membuncit."
Sudut bibir Kurt tertarik ke samping, menahan senyum tiap kali sang walikota menyinggung kehamilan sang putri. Sebelum Kurt kembali melontarkan apa yang ada di otaknya, demi kenaikan gaji yang fantastis, Nikolaus menukas cepat.
"Kami akan tiba saat saat pagi hari. Setidaknya Dahlheimer harus berkemas."
Herr Dommer mengangguk dan membiarkan dua lelaki itu keluar dari ruang kerjanya. Nikolaus mengantar Kurt hingga ke mobil lelaki itu yang terparkir di bagian belakang rumah. "Berkemaslah. Aku akan menunggumu pagi-pagi sekali."
"Siapa yang akan menyiram bunga-bunga dan tanaman hijau di apartemenku?" Kurt lebih bergumam pada dirinya sendiri meski Nikolaus mendengar gumaman itu dengan jelas.
"Aku akan menugaskan satu orang untuk ke apartemenmu setiap hari untuk menyiram tanaman dan bunga-bungamu." Nikolaus berkata dengan tingkat kesabaran yang di luar batas kemampuannya.
Kurt mengangguk dan menepuk pahanya. "Kalau begitu aku akan mencatat beberapa langkah penyiraman dan pencahayaannya. Kau tahu bahwa ada bunga yang tak boleh disiram terlalu banyak air."
Nikolaus memegang bahu jangkung Kurt. Kadang dia mengumpat akan tinggi Kurt yang kurang 10 cm lagi akan menjadi 2 meter, membuatnya tampak tak seperti seorang atasan bagi lelaki itu.
"Kurt, kuijinkan kau membawa beberapa pot bunga dan tanaman hijaumu. Kau terbang menggunakan pesawat pribadi jadi tak ada larangan membawa tanaman." Ketika dia melihat wajah kecut itu menyeringai senang, Nikolaus menghela napas keras. "Terkadang aku tak mengerti akan hobimu ini."
"Demi keamanan, kau tak bisa menggunakan ponsel canggih. Tak boleh menggunakan nomor lamamu. Jika kau tak ingin terlacak oleh paparazzi, maka tak ada i********:, f*******:, twitter, blog dan percakapan w******p. Tak ada list kontak teman-temanmu. Hanya ada kontak ayah dan ibumu, aku, Herr Eberwein dan Kurt."
Pagi-pagi sekali, Frau. Dommer memasuki kamar Lilo dan memeluk gadis itu dengan riang dan berkata dengan bahagia bahwa Lilo mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Sang walikota ternyata sudah memberitahu isterinya ketika matahari terbit, mengatakan Lilo akan belajar ke luar negeri selama setahun dan tak bisa diganggu oleh media apapun.
Lilo meringis mendapati ibunya lebih antusias membayangkan Lilo akan semakin populer dan membujuk Lilo memberitahu negara yang akan menjadi tempat belajar Lilo. Alasannya sederhana, sang ibu ingin berjalan-jalan ke sana. Frau. Dommer tidak menampilkan wajah cemas bahwa rumah megah mereka kini hanya diisi oleh dirinya dan sang suaminya yang super sibuk, tanpa Lilo yang sering berlarian di lantai atas hanya untuk membuat suara ribut di rumah yang sepi itu.
Lilo tidak memasukkan banyak pakaian ke dalam kopernya, yang membuat bawaannya bertumpuk adalah kumpulan koleksi grup boyband kesayangannya, boneka, sepatu-sepatu dan laptop. Lilo tak bisa hidup tanpa laptopnya yang penuh menyimpan musik video boyband kesukaannya. Kado-kado yang merupakan hadiah ulangtahun terlihat masih terbungkus rapi tak tersentuh. Maka ketika Edith mengatakan bahwa list kontak di ponsel tua yang kini berada di tangannya menyebutkan nama asing di antara nama-nama yang dikenalnya, Lilo melontarkan pertanyaan herannya.
"Kurt? Siapa itu?" Lilo membiarkan Alois menyeret koper-kopernya.
Edith menatap Lilo yang saat itu terlihat manis dengan dress terusan putih dengan pita hitam di bawah kerah leher. Sedikitpun tak terlukis wajah cemas di sana melainkan senyum ceria yang bersinar-sinar. Bahkan pipi Lilo yang sensitif pada sinar matahari terlihat merona merah muda sebelum diterpa cahaya matahari. Lilo sangat senang!
"Dia bodyguardmu." Tanpa sadar tangan Edith menyentuh perut rata Lilo.
"Eit!" Lilo mundur selangkah dan menyilangkan tangannya seperti orang yang akan siap bertanding. "Ada apa?"
Edith menatap Lilo cemas. "Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu. Tidakkah kau merasa mual? Itu biasa dialami mereka yang sedang hamil di awal trimester."
Lilo lupa bahwa dia sedang "hamil." Maka dengan mengerutkan hidungnya, Lilo mengipas udara hangat di kulitnya. "Sedikit. Tapi bukan masalah besar. Aku bisa menanggulanginya." Aku sedang hamil. Orang hamil biasanya mual dan berwajah pucat. Benar tidak ya? Lilo harus bisa mencari tahu di internet. Ketika dia meraba tasnya dan menemukan ponsel jadul di tangannya, Lilo merintih di dalam hati.
"Kau harus memeriksanya secara rutin di Gruyere. Beberapa daftar untuk keperluan kehamilanmu sudah ada di tangan Kurt."
"Lagi-lagi Kurt! Siapa sih dia? Bodyguardku? Mana orangnya?"
"Guten Morgen*, Fräulein Lilo." Nikolaus muncul di hadapan Lilo bersama seorang lelaki jangkung berkacamata, berdiri diam dengan wajah seperti tak memiliki emosi apapun, bahkan pakaian yang dikenakannya sangat berbeda dari Paman Nikolaus, pikir Lilo. (*selamat pagi)
"Onkel Nikolaus." Lilo memeluk Nikolaus dengan erat, dia yakin bahwa lelaki inilah yang akan mengantarnya ke bandara, menggantikan ayahnya yang sudah pergi ke gedung walikota sementara ibunya hanya tersenyum-senyum kecil dan selalu mengisyaratkan dirinya sudah ditunggu di gedung musikal. (*paman/uncle)
Lilo tahu bahwa yang akan ikut bersamanya ke Gruyere adalah Nyonya Hedy yang akan bertugas membersihkan rumah, Klaus sang koki, dan Nyonya Clotilda yang merupakan guru home schooling Lilo. Tapi ketiganya bukan sang bodyguard yang dikatakan papa adalah yang terbaik dari Onkel Nikolaus untuk menjaga Lilo.
"Kau akan baik-baik saja di sana, Fräulein Lilo. Segalanya bisa anda percayakan pada Kurt Dahlheimer."
"Yang mana orangnya?" leher Lilo memanjang ke sana kemari mencari nama yang dimaksud.
"Aku." Sebuah suara bernada malas menjawab pertanyaan Lilo.
Tatapan Lilo kembali pada satu objek yang berdiri jangkung di samping Nikolaus Eberwein. Lelaki yang diperkirakan Lilo hampir menyamai tinggi pintu rumahnya. Ya Tuhan, apakah orang ini jerapah? Wow! Lilo bukanlah gadis yang berukuran pendek dengan tinggi 173 cm, tapi lelaki di hadapannya itu sudah persis tiang listik yang dihiasi grafiti di sepanjang lengan kanannya yang mengenakan kaos lengan pendek.
Ini pertama kalinya Kurt sungguh-sungguh berhadapan dengan Lilo yang selama ini hanya dilihatnya dari rekaman kamera pelacak maupun foto-foto yang ada di berkas. Gadis remaja itu berwajah cukup lucu dengan pipi kemerahan seperti yang tertulis di dalam berkas, sensitif pada sinar matahari. Kurt melepas kacamatanya dan menatap langsung pada mata Lilo yang melebar bulat.
"Aku Kurt Dahlheimer. Bodyguardmu selama setahun ini." Kurt menekan kata "setahun" agar didengar oleh Nikolaus. Dia bersedia menjadi penjaga Lilo hanya sebatas setahun saja. Selebihnya, Lilo akan diserahkannya kembali pada Alois dan kawan-kawannya.
Secara otomatis, tindakan secara tak terduga diciptakan seorang Lilo Dommer, gadis itu melebarkan senyumnya hingga deretan giginya terpampang jelas. Pipinya menggembung kemerahan dan sepasang matanya menyipit. Tangannya terulur menarik tangan Kurt yang kokoh.
"Hai, aku Lilo! Meskipun aku tahu kau pasti sudah tahu inilah si Lilo, tapi aku penasaran dengan ini!" Lilo tampak menelengkan kepalanya, menatap tato di lengan Kurt.
Kurt berusaha menarik lepas tangannya tetapi Lilo masih bertahan dengan memegang pergelangan tangannya. Mau apa anak ini?
"Gambar apa ini?" Lilo, tanpa segan menunjuk gambar wajah perempuan bertanduk di lengan atas Kurt. "Apakah ini wajah kekasihmu? Tidakkah dia akan marah jika digambarkan dengan sepasang tanduk?"
Kurt jelas melihat senyum geli Nikolaus dan Edith. Anak ini nakal, pikir Kurt masam bercampur dongkol. Apakah ini termasuk gejala hamil muda? Tapi dengan sabar, ia menjawab pertanyaan aneh Lilo.
"Bukan. Itu bukan gambar kekasihku."
Lilo melepaskan tangannya dari lengan Kurt, kaget saat menyentuh kerasnya otot lengan itu. "Oh? Lalu siapa?"
Kurt membesarkan bola matanya. "Cuma lukisan sembarangan." Dia mundur, memberi Lilo kesempatan untuk berjalan lebih dulu ke arah mobil. Tapi gadis itu jelas masih penasaran dengan gambar tatonya. Memangnya anak ini tak pernah melihat tato? Mungkin saja jika menilik ketatnya penjagaan terhadap dirinya namun anehnya bisa "hamil" secara mendadak.
"Di mana kekasihmu?" Lilo kembali bertanya.
Kurt menggerakkan tangannya, membuka pintu mobil bagi Lilo. "Aku tidak punya kekasih. Apakah kau sudah puas dengan jawabanku, Fräulein Lilo? Jadi silakan masuk. Nanti pesawat lelah menunggumu."
Lilo tersenyum lebar. "Pesawatnya memang harus menungguku." Dia masuk ke dalam mobil dan duduk di dalamnya.
Kurt membanting pintu mobil dengan keras. Didengarnya suara Alois di belakangnya. Ditolehnya bodyguard itu.
"Selamat bertugas, Kurt."
Ya, Kurt akan menjalankan tugasnya mulai hari ini. Menjaga gadis hamil yang tampak sangat bugar di awal "kehamilannya." Kurt tetap tidak percaya kalau Lilo Dommer sedang hamil. Mana ada orang hamil dengan girang bisa menggoda orang lain disamping perubahan tubuh mereka yang mulai tak biasa. Setidaknya berwajah pucat?