bc

I Miss U || Bahasa Indonesia

book_age12+
970
IKUTI
7.1K
BACA
badboy
police
mafia
gangster
hollywood
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Ana merasa hancur ketika kekasihnya meninggal akibat kecelakaan, yang membuatnya fatal karena ia mengidap penyakit yang tak ia beritahu pada siapapun di hari hampir menjelang pernikahannya.

Ketika Ana bersiap untuk menikah dengan pria lain, seorang pria bernama Daniel datang dengan wajah yang hampir mirip dengan mantan kekasihnya dulu yang bernama Nathan. Ana yang penasaran mengikutinya, dan pada akhirnya tinggal bersamanya karena ia tak mau pergi dari nya.

Tanpa Ana ketahui jika pria itu bukanlah pria baik-baik. Apa yang akan Ana lakukan ? sebuah kejahatan terungkap, dan fakta kematian sang mantan kekasih membuat Ana terkejut bukan main.

chap-preview
Pratinjau gratis
Episode 01.
09.00 am. Bandon Oregon Ana Pov             "hah" aku mengadahkan kepalaku menghirup dalam, dalam udara yang sejuk yang ku rasakan ketika angin berhembus menerpa wajahku, dan menghembuskan nafasku perlahan. Kedua tanganku menarik kedua jaketku, mengeratkan jaket coklatku dan membetulkan syal rajut hitam di leherku, udara dingin begitu menusuk tubuhku pantas saja, musim akan segera berganti. Musim gugur mulai meninggalkan kota dan membiarkan musim salju berderap masuk.             Aku berjalan masuk ke sebuah area yang membuat senyum ku terus mengembang di bibirku, memori yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku bahkan untuk seumur hidupku, dan aku tidak rela untuk melupakan semuanya. Langkahku terhenti di sebuah gedung sekolah namanya Bandon High School. Kepalaku mendongak, menatap gedung tersebut dengan lamat. Sekolah menengah yang membuat memori itu nampak berkesan di ingatanku.             Gedungnya bercat kuning, besar dengan 3 lantai. Hari ini hari minggu, sekolah sedang libur. Itu kenapa aku bisa masuk dan mengelilingi sekolah ini dengan bebas. Ku langkahkan kakiku memasuki lorong kelas yang dulu sering menjadi tempat aku berjalan menuju kelasku di lantai 2. Rasanya seolah, olah aku memang kembali ke jaman itu dan benar-benar berjalan masuk menuju kelasku. Kini aku berdiri di hadapannya. Pintu yang masih sama namun di cat ulang dengan warna yang berbeda. Dulu warnanya hijau, kini menjadi coklat tua. Tanganku tergerak untuk menyentuh gagang pintu dan membuka pintunya lebar-lebar. SREEETTT... Sama.             Tidak ada yang berubah. Posisi ruangan, cat, bunga kaktus di atas meja di pojok kelas dekat jendela, papan tulis berwarna hijau.. semuanya masih sama.             Aku berjalan menuju kursi ku ketika aku sekolah dulu. Mendudukan diriku di mana aku duduk untuk mulai belajar, yaitu di baris pertama dari dalam, dan urutan ke 2 dari belakang. Aku menyentuh permukaan meja ini dengan kulit t*******g. Perasaan dingin menyeruak ke telapak tanganku, ini tempatku dan di belakangku pria itu. >> Flassback On *SRET             Pintu tergeser dan mendapati Mr. Gerald datang dengan seorang pria di belakang tubuhnya. Mr. Gerald berdiri dan pria itu berdiri di sisi kirinya. Rambutnya berwarna coklat alami. Tubuhnya tinggi bahkan melebihi mr. Gerald beberapa cm.             "Halo, pagi semuanya. Aku membawa seorang murid baru. Seorang murid pindahan dari New York. Perkenalkan namamu"             "Nama saya Nathan Braker. Salam kenal" ucapnya. Itu sangat simple. Wajahnya datar tanpa ekspresi apapun. Jelas bukan seorang murid yang suka berbaur pada orang, orang.             "baiklah, karena hanya ada satu kursi kosong yang tersisa di sebelah sana. Kau boleh duduk di sana" seru Mr. Gerald menunjuk kursi yang berada di belakangku. Dia menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke arahku, bukan tapi ke tempat di belakangku. Aku menatapnya ketika ia berjalan menuju kursi di belakangku dengan lamat, hingga akhirnya aku mengalihkan pandanganku ke arah lain ketika dia menatapku sinis. Aku terkejut karena balasannya yang terlihat tidak ramah, aku rasa dia sadar aku terus saja menatapnya, dan dia tidak menyukai itu.                 Kami mulai mencatat rumus matematika yang mr. Gerald tulis di papan tulis utuk kami salin ke dalam buku catatan. Hingga akhirnya bel istirahat terdengar dengan keras. Wajahku mendongak, melirik ke arah jam lalu menatap Mr. Gerald.             "okey. Kita akhiri sampai di sini. Sampai ketemu di pelajaran berikutnya" aku menyelesaikan tulisanku yang terakhir ketika mr. Gerald bergegas keluar dengan buku di tangannya.             “Ana” aku mendongak ketika mr. Gerald memanggilku. Dia menatapku. Memberi isyarat. Aku paham itu. Dia tersenyum dan akupun membalas senyumannya dengan anggukan kecil. Ketika aku selesai dan menutup buku tulisku, aku berbalik mengahadap si murid baru di belakangku.             "Halo Nathan, namaku Analice Houten, kau bisa memanggilku Ana, aku adalah ketua kelas di sini. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa berbicara denganku, kita bisa berteman" ucapku berusaha seramah mungkin, tapi dia hanya menatapku dengan ekspresi datarnya sebelum pergi dari hadapanku begitu saja.             "yang benar saja. Sombong sekali dia”gerutuku. Merapikan buku-bukuku dengan kesal.     Ini pasti tidak akan mudah. dan aku percaya Nathan adalah manusia yang sangat dingin dan susah di dekati. tapi bukan Ana namanya jika tidak suka dengan tantangan. Ini adalah tugasnya, di percayai bukanlah hal mudah. Ketika Ana memilikinya untuk di pegang teguh sebagai kekuatan, Ana akan melakukan sebaik mungkin untuk menunjukan jika tidak salah ia di percayai untuk itu. * >> Taman belakang sekolah.....             Bandon  High School memiliki taman yang luas, aura pedesaan masih cukup melekat di kota ini. Dan tanaman hijau juga pepohonan di depan rumah, bukan lagi sesuatu yang mengherankan. Aku berjalan ke arah taman belakang sekolah dengan sosis di genggamanku, memakannya dengan perlahan, hingga mataku menangkap sesosok pria yang kini sedang berbaring di atas bangku panjang taman, dengan headseat yang bertengger manis di telinganya.             "jadi benar dia sangat penyendiri dan tidak punya teman. Tapi dia terlihat menyeramkan di mataku" aku berjalan menghampirinya, walaupun sebenarnya aku enggan, sungguh sangat malas berurusan dengan hal seperti ini, kalau bukan karena kepala sekolah yang memintaku untuk berteman dengannya, aku tidak akan mau.             Sebelum masuk kelas pagi ini, kepala sekolah memintaku untuk bertemu dengannya, dia memintaku untuk berteman dengan cucunya, katanya dia menjadi seorang pendiam semenjak kematian kedua orang tuanya, di sekolah sebelumnya dia suka terlibat dalam tauran dan perkelahian antar siswa karena tempramennya yang sangat buruk. Kepala sekolah memintaku mungkin karena aku adalah ketua kelas. Aku rasa aku juga berkewajiban untuk melindungi pasukanku.             "Hei, kau sedang mendengarkan lagu apa?" aku mengambil tempat di sampingnya, mencabut earphone sebelah miliknya dan memasangnya di telingaku.             "Hip Hop, huh" tanyaku ketika mendengar sebuah lagu milik Eeminem mengalun dengan keras. Dia menarik headseat nya dariku dan kembali memasang di telinganya.             "dasar pelit"gerutuku menatapnya. mataku menyipit sinis.             "apa dia tidak tidur semalaman wajahnya buruk, seperti orang yang tidak tidur berhari, hari" dia beralih menatapku dengan tatapan tajamnya, hal itu sukses membuat ku terpanjat.             "Kenapa?!!" tayanya menatapku.             "apa kau mengalami insomnia Nathan?" tanyaku.tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja.             "apa itu masalah untukmu"ucapnya yang kemudian berhambur dari hadapanku.             "aishhh.. lagi, lagi dia meninggalkanku seperti orang bodoh" decakku kesal. Mulai hari itu aku terus membuntutinya dan mengajaknya bebicara walaupun pada akhirnya, dia hanya menjawab dengan ya tidak ataupun kembali meninggalkanku lagi..             "NATHAN BRAKER KAU MEMBUATKU FRUSTASI" >> Flasback off             Aku tersenyum mendapati diriku kembali mengingat memoriam itu, aku bangkit berdiri dari kursiku, berjalan menuju sisi ruang ke arah jendela. Membuka jendela kelasku lebar-lebar. Angin menerjang dengan keras, udara membelai lembut membuat perasaanku nyaman. Halaman sekolah bisa di lihat dari sini. Di sinilah dulu aku terbiasa melihat ketika aku sedang merasa bosan. hal indah terlihat dari sini.     Ketika aku mengendarkan pandanganku aku menemukan sesuatu yang dengan kuat menarik seluruh perhatianku dan berpusat padanya.             Mataku menyipit ke arah bukit di belakang sekolah.             Aku keluar dari dalam gedung sekolah dan berjalan ke arah bukit. Kedua mataku memandang ke segalah arah dengan telapak tanganku yang kutaruh di pelipisku untuk menghalangi sinar matahari yang menyilaukan, aku seperti melihat segerombolan murid, aku menyipitkan mataku hingga aku mendapati 5 orang pria murid sekolah dengan Nathan berada di atas bukit. >> Flasshback On *Priiiiiiiitttttt             "hah... hah.. hah..." aku berlari, bahkan sampai terengah-engah dengan tongkat bisbol di sebelah tanganku, yang ku pinjam dari team bisbol di sekolahku.             "tunggu sebentar hah...hah... tu.. tunggu hahh.....lelah sekali"ucapku sambil berjongkok sebentar di tengah, tengah mereka dan Nathan, hingga aku tersadar.. "ohh.." aku menarik Nathan ke arah belakang tubuhku, aku berdiri di hadapannya dengan tongkat bisbol di tanganku.             "anak baru kau baik, baik saja?!" tanyaku padanya yang di balas tatapan malas darinya.             "HEI. Apa yang ingin kalian lakukan, beraninya melawan yang lemah. Aku lawan kalian sekarang, kalian berani padaku –huh” tantangku dengan menunjuk mereka menggunakan tongkat bisbol di tanganku.             "aku tidak mau melawannya dan berakhir di ruang kepala sekolah dengan dad di sampingku" ucap salah seorang pria dari 5 pria itu berbisik.             "aku juga, dia lebih berbahaya dari pada berkelahi dengan siswa sekolah sebelah. Lebih baik kita pergi" ucap temannya yang lain dan berlalu             "HEI. Dasar penakut. Eoh, hanya karena aku seorang perempuan, dasar penakut" teriakku pada mereka. Ketika mereka semakin jauh, kemudian aku berbalik untuk melihat Nathan yang malah juga berjalan menjauh dariku dan bergegas menuruni bukit.             "dasar pria tidak tahu terima kasih" gumamku jengkel.             "Hei. Apa kau bodoh... tidak tahu terima kasih, bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja setelah membantumu barusan" teriakku yang membuatnya berhenti melangkah dan berbalik menghadapku dengan kedua tangan di dalam saku celananya             "aku tidak pernah meminta bantuanmu. Wanita bodoh. Berhenti mengejarku seperti orang bodoh berhenti, bersandiwara dan pura-pura kasihan padaku. Berhenti melakukan semua ini. Kau kira aku tidak tahu kalau grandma yang memintamu untuk mendekatiku dan berteman dengan ku. Kalian semua sama saja. Aku tidak butuh pesikiater, psikolog atau apapun orang sepertimu. Berhenti mengejarku seperti w************n" setelah mengatakannya dia kembali berbalik dan berjalan pergi meninggalkanku begitu saja.             "Apa! Hah.... " kesal. Tentu saja, dan aku merasa sesak setelah mendengarnya.             "dasar pria bermulut pedas. Kau menyebalkan Nathan" gumamku dan menyeka air mataku yang menetes dengan kasar.             "aku tidak akan mendekatinya lagi" batinku membanting tongkat baseball dan berlari. >> Flassback Off             Aku melihat semuanya terasa nyata bagiku, aku mengalami semuanya pertengkaran pertama aku dengan Nathan, seharusnya aku bahagia karena untuk pertama kalinya juga dia berbicara sepanjang itu setelah 3 bulan aku mendekatinya, berusaha untuk membuatnya berbicara selain Ya dan Tidak.     Tak ada hal yang membuat senyumku mengembang, selain kebahagiaan mengingat moment-moment indah bersama dengan Nathan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

See Me!!

read
88.2K
bc

Because Alana ( 21+)

read
362.1K
bc

Long Road

read
129.1K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.4K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
118.3K
bc

Skylove

read
111.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook