Part 1

2162 Kata
cerita ini dalam tahap revisi, sehingga masih ada kesalahan dalam beberapa part Mencintai dalam diam mungkin bagi sebagian orang sangat sulit, tapi bagi seorang Adriana, hal itu sudah biasa ia rasakan. memiliki penampilan bak pria banyak yang menganggap dirinya tak memiliki rasa suka pada lawan jenis. dan jika orang lain menganggap Adriana rela mati demi sahabatnya itu benar. yang paling benar adalah Adriana mencintai sahabatnya dalam diam. Namun sayang, sahabatnya itu telah memiliki tambatan hati. bahkan sebenatar lagi akan memiliki keluarga kecilnya sendiri, lalu Adriana? ia tetap tersenyum kendati hatinya berteriak membrontak pada takdirnya. Adriana Chiara Pradipta seorang gadis desa yang merantau demi sebuah cita-cita, mempunyai mimpi untuk bisa menolong sesama dan merubah perekonomian keluarga, tak seorangpun mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya yang dirasakan oleh Adriana selain Juna, sahabat sekaligus pria yang ia idamkan dalam diamnya. “Woi Adrian!” sentak Juna menaiki kasur yang hanya muat dinaikin satu orang, Adriana diam tak menanggapi panggilan yang paling ia benci dalam hidupnya. “Cie ngambek, gak suka dipanggil Adrian? lagian kamu cocok kok di panggil Adrian, keren untuk perempuan berjiwa laki seperti kamu,” ucap Juna asal. “Keren apaan? lagian kamu ngapain sih ke kost aku, ini khusus putri! emang kamu udah ganti jenis kelamin sampai bisa masuk seenaknya?” cecar Adriana mencoba tak terbawa emosi pada sahabat yang kadang-kadang membuatnya darah tinggi, ia harus mempunyai stok sabar yang banyak. “Aku udah dapet izin sama pemilik kost, lagian gak masalah kok cowok masuk kamar cewe asalkan gak ngapa-ngapain aja di dalam, apa lagi sama kamu dari atas sampai bawah cowok tulen,” seloroh Juna, sementara Adriana hanya menampakkan wajah datarnya. sebagai perempuan terkadang Adriana merasa sedih, ia seperti ini hanya untuk membentengi dirinya sendiri. hidup jauh dari orang tua membuat ia harus bisa berhati-hati apa lagi bila tinggal di kota besar dengan banyaknya kejahatan yang mungkin terjadi. “Oh ya? seyakin apa kamu kalau aku aku cowok, emang situ udah pernah nyoba?” ujar Adriana membuka beberapa kancing bajunya, ia penasaran apakah ia sebegitu tidak menariknya dimata seorang pria bahkan sahabat tengilnya ini. Melihat adegan live action tersebut Juna segera mengehentikan aktivitas temannya, yang entah kesambet apa Adriana begitu sensitive. “Jangan di lanjutkan! aku laki-laki normal yah, walaupun tubuh datar kaya triplek begini, kamu tetap perempuan. oke, aku akui itu. Dan aku juga mau menjaga diri hanya untuk wulan.” Adriana mendengus pelan menimpali pertahanan sahabatnya satu itu. “Yee! aku mau ganti baju kali, pun aku Makai kaos dalam. sebentar lagi aku ada kuis, mending kamu keluar gih! Aku mau beres-beres sekalian pergi ke kampus, gak ada yah acara nginap di kost aku!” peringat Adriana mengingat kebiasaan sahabatnya tersebut yang sering menginap di kostnya, jika ia sedang berada di luar atau terlalu malam untuk pulang ke rumah orang tuanya. “Lagi datang bulan yah buk? bawaanya sewot aja dari tadi, aku mau traktir makan, sekali-kali bolos kuliah gak masalah lah,” ucap Juna menggandeng tangan Adriana. “Aku gak bisa, aku takut beasiswa aku di cabut, mata kuliah semester ini mata kuliah penting semua.” jawab Adriana membereskan buku anatomi manusia yang berserakan di atas kasurnya. Menjadi mahasiswi keperawatan membuat dia harus banyak memiliki buku dari pada mahasiswa lainnya. “Adriana, gak mungkin sekali bolos beasiswa kamu di cabut, lagian siapa sih yang gak kenal Adriana yang katanya Asdos yang lebih killer dari dosen sebenarnya.” mendengar itu Adriana hanya mendesah kasar sebelum akhirnya mengangguk. “oke, tunggu sebentar di sini! awas masuk,” peringat Adriana sebelum menutup pintu kamar mandi “Siapp, lagian triplek gitu mana ada yang tertarik.” Adriana mencoba untuk tak termakan bualan sahabat sialannya itu Tak berselang lama Adriana keluar dengan balutan dress putih selutut, rambut panjang sebahu ia biarkan menjuntai rasanya sudah lama tidak berpenampilan se-feminim ini. “Bagaimana penampilan aku udah seperti cewe beneran apa belum__” ucapan Adriana terpotong karena tak mendapati Juna tidak di sana. “sorry Riana, mama Wulan nelepon aku katanya Wulan sedang di opname, lain kali aku janji akan traktir kamu.” pesannya pada sebuah stickey note yang laki-laki itu tempel di tumpukan bukunya “Sialan! aku udah capek-capek dandan, izin gak masuk lah dianya malah pergi,” dumel Adriana menghapus lipstik nya. ___ menghilangkan kekesalannya pada Juna Adriana memilih berjalan-jalan dan membeli es krim cokelat andalannya, biasanya kalau ia sedang mumet memakan es krim bisa merubah moodnya, namun saat asik menikmati sensasi dingin dan manisnya cokelat serta memandangi taman bunga yang membuat otaknya rileks. tiba-tiba ada seorang anak kecil yang tak sengaja menumpahkan kuah batagor pada dress putihnya “ya ampun dressnya jadi kotor.” Adriana menggantungkan ucapannya melihat yang melakukan itu adalah seorang anak kecil. “maaf aunty, Ezha gak sengaja,” ucap seorang anak kecil yang mungkin berusia empat tahun “Lain kali hati-hati jalannya yah dek, kali ini tante maafin” ucap Adriana mengulum senyum dan membersihkan kuah yang beraroma kacang tersebut. “Maafkan keponakan saya, dia tidak sengaja.” Adriana mendongakkan kepalanya melihat siapa yang berbicara “bapak kalau menjaga anaknya yang bener dong, untung saya yang kena tumpahan kuah batagor, kalau orang lain abis bapak kena omel” ucap Adriana pada seorang laki-laki yang meminta maaf padanya, sementara tangannya masih sibuk membersihkan bekas tumpahan kuah batagor tersebut. “yah, saya minta maaf atas keteledoran saya, sebagai permintaan maaf saya akan mengganti rugi membayar laundry dress kamu” pemuda itu mengeuarkan bebrapa lembar duit berwarna biru memberikan pada Adriana” “sebenarnya saya gak suka sama yang namanya sogok-sogoaan tapi berhubung saya sedang membutuhkan duit saya ambil” ucap Adriana tersenyum, dikatakan matre terserah, keadaanlah yang membuat dirinya harus bisa berpandai-pandai pada setiap kesempatan. “saya mengganti dress kamu yang kotor bukan menyogok kamu” ralat laki-laki tersebut “sebenarnya gak masalah juga kok, gaun murah gini aja” ucap Adriana memasukkan duit yang tadi ia terima dalam tas tangnnya. “sekali lagi saya minta maaf, permisi” ucap laki-laki itu menuntun anaknya pergi “d**a aunty” ucap laki-laki yang bernama Ezha tersebut Melihat itu Adriana membalas lambaian tangan sang anak *** Adriana mendapati Juna sedang mengacak kamarnya dan yang membuatnya kaku di tempatnya berdiri saat laki-laki itu menemukan diary , dan foto Juna di dalamnya. “ngapain kamu buka-buka laci itu, kembalikan” ucap Adriana panik “jadi kamu mencintai aku, selama ini?” tanya Juna dengan raut terkejut Adriana hanya mengangguk kikuk, ia sudah ketangkap basah “ya ampun Ri, oke mualai sekarang lupakan aku, dan segera cari pria lain” Adriana memijit tengkuknya yang terasa berat “kenapa aku harus mehapus perasaan yang udah mengakar, apa selama ini perasaan ku itu menggagu dirimu, enggakkan?” ucap Adriana sambil mengumpulkan semua foto yang menjadi koleksinya bertebaran di atas kasurnya “aku gak bisa membalas perasaan kamu Adriana, aku menyayangi kamu hanya sebatas sahabat gak lebih” “apa aku pernah memaksa Jun, tidakkkan aku fine aja, lalu dimana salahnya?” Juna mengusap rambutnya kasar, “itu yang jadi masalah, kau sakit hati kan, ketika aku jalan dengan Wulan atau ketika aku menganggap kau laki-laki, jangan berbohong aku membaca semua yang kau tulis” “kau fikir kau siapa, mengatur perasaanku jun, kau fikir aku mau menyukai laki-laki yang tidak pernah melihat ke arahku barang sedikitpun, enggak Jun, jadi kenapa harus jadi masalah untuk kau?” “terserah tapi ingat, aku gak akan pernah menawarkan cinta sampai kapan pun, aku cuma mencintai tunangan aku” ucap Juna keluar dari kost Adriana Selepas kepergian Juna Adriana menggusap kepalanya yang terasa berat, di tolak sebelum mengutarakan niatnya sungguh menyedihkan. Dengan perasaan tak enak Adriana membereskan laci yang tadi sempat di berantaki oleh Juna. Adriana tersenyum kecut mendapati undangan pertunangan sahabatnya itu “pantes aja tu orang ngebet banget nyuruh ngelupain dia, udah mau taken toh” ucap Adriana pada dirinya sendiri *** Adriana mematut penampilannya di depan cermin, penampilan dengan dress di atas lutut dengan tas tangan dan tak lupa sepatu heels juga riasan natural yang menambah kesan feminim dari dirinya menguar seketika. “gak buruk juga” ucapn Adriana menatap cermin yang memantulkan wajahnya sendiri. Adriana mendatangi rumah Wulan yang sebenarnya juga teman dekatnya, ia mengenal Wulan saat Juna mengenalkan padanya. “Adriana kamu udah nyampai, ya ampun kamu cantik banget malam ini” puju Diana, mama kandung Juna. “iya dong tante, kan harus tampil beda di acaranya Juna, Junanya mana tante?” “tadi sama temenya kalau gak salah, coba kamu ke tamana belakang, Wulan juga ada di sana. Pertunangannya setengah jam lagi akan dimulai” “Adriana ke belakang dulu yah tan” Adriana berjalan begitu anggun, dan hampir setiap tamu yang menyapanya merasa heran dan tak biasa melihat penampilan Adriana yang tak seprti biasanya “hai Jun selamat yah atas pertuanangan kamu dengan Wulan” ucap Adriana mencoba tersenyum, seolah tak terjadi apapun di antara keduanya. “kamu datang, ah ia ada yang mau aku kenalin sama kamu mari ikut aku” Juna meraih pergelangan tangan Adriana, menuju pada seorang pria yang sedang menikmati hidangannya “Rian kenalin teman yang aku katakan tadi” “Adriana” menjjabatkan tanganya terlebih dahulu “Adrian” “waw nama ternyata kita memiliki nama yangsampair sama” ucap Adriana antusias “eh bukannya kamu laki-laki yang bawa anak di taman tempo hari itu kan?” “itu keponakan aku, bukan anak aku” “jadi, kalian sebelumnya sudah pernah bertemu, bagus lah siapa tau memang cocok” “maksud kamu apa Jun?” tanya Adriana heran, ia mencium aroma perjodohan “gak ada aku hanya memperkenalkan kalian siapa tau cocok dan bisa melanjutkan perkenalan ini pada tahap selanjutnya, secara nama kalian pun sudah berjodoh” “baiklah aku permisi senang berkenalan dengan anda tuan” ucap Adriana undur diri berusaha sesopan mungkin, ia masih mengahrgai pertunangan sahabatnya itu. “Riana” ucap juna mengejar sahabatnya itu “apa lagi Jun, apa maksud kamu mengatakan seperti itu, aku tau menyukai kamu berarti mimpi di siang bolong, kamu langit sedangkan aku keset kaki, tapi tolong lah gak usah kaya gini” “Riana bukan gitu, aku gak berniat merendahkan kamu, aku hanya ingin kamu melihat laki-laki lain, mencintai aku berarti melukai dirimu sendiri” “lalu apa urusannya dengan kamu jun, kamu bukan siapa-siapa, jangan seenaknya mengatur perasan aku” “aku sahabat kamu dan aku perduli dengan keadaan kamu, makanya aku mencari jalan lain” “mulai saat ini lupakan persahabatan sialan itu, terima kasih kamu udah menjadi malakiat tak bersayap untuk aku” Adriana melepas cengkraman tangan sahabatnya itu menghapus air matanya, baginya air mata kesedihan hanya lah musibah yang gak akan berakhir “Riana aku minta maaf aku gak berniat menyinggung perasaan kamu, aku menyanyangi kamu tulus, maafkan aku, aku janji gak akan memaksakan kamu lagi tapi please jangan pulang dulu oke acara aku belum di mulai” Adriana menghela nafas kasar dan mengangguk kemuadian kembali ke taman tadi **** Adriana memberikan senyum terbaiknya saat Juna dan Wulan melambaikan tangan padanya, ia berusaha untuk mengesampingkan perasaannya demi dua orang yang dicintainya. Ia tak pernah mempercai siapapun di kota ini selain dua orang yang sedang menyematkan cincin dijari mereka, ia ingat cincin itu, cincin yang pernah ia pilih, ternyata untuk Wulan. “merka tampak serasi” ucap seorang yang membuyarkan lamunan Adriana. “minum?” tawar Adrian memberikan segelas minuman “saya tidak minum alkohol” tolak Adriana halus “ini non alkohol, kamu perawatkan silahkan kamu cek sendiri” tukas Adrian tak menyarah “saya tidak mengkonsumsi apapun di atas jam 7 malam” tolak Adriana sekali lagi Mendapati penolakan untuk yang kesekian kalinya Adrian mendekat “setidaknya hargai saya sedikit saja, jangan buat saya malu, karena kamu terus menolak tawaran saya” paksa Adrian. Adriana seolah terpana melihat mata serius yang tampak menawan di matanya, tanpa sadar tangannya menerima minuman yang tadinya di tawarkan padanya kemudian mencicipinya “katanya tak mengkonsumsi gula di atas jam 7” “kita harus menghargai pemberian seseorang agar tidak mempermalukan orang tersebut” ucap Adriana mengulang ucapan yang tadi ia dengar tanpa menoleh pada lawan bicaranya “mereka tampak cocok” ucap Adrian mengikuti pandangan Adriana “ya karena itu mereka bertunangan, kalau mereka musuh gak mungkin bersama” “lalu kenapa kita tidak bisa bersama?” tanya Adrian asal “karena kita tidak cocok” “bahkan kita belum mencobanya” mendengar itu Adriana menoleh pada laki-laki tersebut, kemudian menggelengkan kepalanya merasa aneh dengan ucapan laki-laki tersebut. “bagaimana kabar gaun kamu tempo hari?” tanya Adrian “udah bersih lagian hanya terkena tumpahan makanan dikucek sedikit udah bersih, terimakasih atas sedekahnya” “saya tidak menganggap kamu orang yang membutuhkan” Adriana tak memperdulikan ucapan Adrian barusan, ia hanya terlalu fokus pada kedua sahabatnya yang tengah berbahagia. Adriana melambaikan tangannya saat Juna dan Wulan memanggilnya “terima kasih, mereka memanggilku” ucap Adriana meletakkan gelas yang tadi dalam genggamannya pada meja terdekat. “saya pun sama” ucap Adrian menyamakan langkah mereka Adriana mencoba menikmati momen-momen manis sahabatnya satu itu, berpose dengan berbagai gaya kendati hatinya masih ngilu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN