part 2

1876 Kata
Adriana memandangi air hujan yang masih membasahi muka bumi “dingin banget” ucapnya mengusap tubuhnya sendiri. Setelah sesi foto bersama Adriana pamit pulang, ia mengendarai motor maticnya seorang diri, namun sayang ia harus melanjutkan mendorong motornya karena ban belakangnya menginjak paku tak berselang lama hujan makin deras Adriana beberapa kali menghubungi Juna berharap lak-laki itu belum tidur “bodoh” ucapnya seraya menepuk jidatnya sendiri, ia baru ingat kalau sahabtnya tersebut tenga berbahagia, alhasil ia memilih menunggu hujan reda, dan menumpang di salah satu gerai rumah warga yang sudah tertutup. “butuh tumpangan?” tanya seorang laki-laki dari dalam mobil mewahnya Adriana menggeleng “gak perlu, saya menunggu hujan reda saja, lagi pula saya membawa motor” Laki-laki tersebut memandangi motor Adriana “ban motor kamu pecah, begini saja malam ini kamu pulang sama saya, nanti mekanik langganan saya akan mengantar motor kamu kalau sudah diperbaiki” ucap Adrian bernegosiasi “terima kasih tapi saya tidak mau merpotkan anda” tolak Adriana, ia merasa risih “gak masalah, lagi pula ini sudah malam sudah setengah satu pagi” Tap Adrian turun dari mobilnya menghampiri Adriana,”motor teman saya sedang mogok, tolong kamu bawa dulu, nanti alamatnya saya share” ucap Adrian di balik ponselnya “terima kasih, tapi anda tidak perlu mengatar saya setelah mekanik kamu datang saya bisa melanjutkan perjalanan, saya tak biasa merepotkan orang lain” “saya tidak merasa di repotkan, kamu bukan bayi yang baru pandai merangkak, keputusan saya sudah bulat kamu bersama saya malam ini, bisa kena getuk saya sama sahabat kamu, kalau dia tau saya menelantarkan sahabatnya” Mendengar itu Adriana memutar bola matanya. Ia sedikit kesal mendengar jawaban laki-laki tersebut “itu mekanik saya, kalau kamu tidak percaya kamu bisa datang ke perusahaan ini, kebetulan saya bekerja di sana” Adrian memberikan kartu tanda pengenalnya pada Adriana “saya percaya, tapi ini sebagai jaminan kalau motor saya kenapa-kenapa” ucap Adriana berjalan ke arah mobil Adrian “cepatlah, hujan makin lebat” ucap Adriana dari dalam mobil Adrian mengangkat alis matanya tinggi-tinggi merasa aneh dengan tinggkah Adriana “jadi rumah kamu di mana?” tanya Adrian yang masih fokus pada kemudinya Hgrrrr… Hggrrr… Mendengar dengkuran halus dari seseorang, Adrian menoleh kesamping, Adriana tertidur “heii, kita sudah di jalan belimbing, lalu kita akan kemana?” Adrian menggoyang lengan polos yang tertutupi helaian rambut Adriana “masih ngantuk Jun” racau Adriana “hei kost kamu di mana?” kali ini Adrian mengguncang tubuh perempuan itu sedikit kencang “apaan!” ucap Adriana membentak, tak hanya Adrian yang kaget Adriana pun kaget, karena membentak orang lain bahkan dirinya bukan di kost “ya ampun sorry, aku kira kamu Juna” ucapnya mengusap wajahnya “gak masalah, jadi kita kemana?” tanya Adrian “udah sampai itu kost aku, makasih yah” Adriana turun dari mobil tersebut “tunggu” ucap Adrian menarik pergelangan tangan Adriana “masih hujan setidaknya pakai ini” Adrian memberikan jaket kulit miliknya “tapi saya gak tau kapan bisa mengembalikkannya” “itu bisa jadi alasan untuk saya menemui kamu kembali mengambi jaket milik saya” “yah sudah besok saya titip sama Juna kamu bisa ambil sama dia” Adrian tak menolak ia hanya mengangguk setelah memastikan Adriana memasuki kostnya ia baru memutar balikkan arahnya. *** Setelah hampir dua bulan berlalu Adriana tak pernah bertemu dengan Adrian, ia benar-benar menitipkan jaket kullit milik Adrian pada Juna, dan fokusnya kini hanya pada skripsinya yang masih berantakan, penelitiannya masih membutuhkan beberapa penelitian terdahulu untuk mendukung penelitiannya, keterbatasan financial, judul yang  membuat otaknya berasap lengkap sudah. Adriana pernah menunda kuliahnya dengan bekerja di salah satu pabrik roti yang ada di kota tempat dirinya menuntut ilmu sehingga di tengah kelumitan menjadi Mahasiswi tingkat akhir, ia juga harus mengejar beberapa mata kuliah yang tertinggal. Saat akan memasuki laboratorium kampusnya Adriana melewati Aula yang bersebelahan dengan labnya, dimana sangat ramai oleh mahasiswi keperawatan ataupun kebidanan. “Ness, ada acara apa kok ramai gini tumben?” “ada seminar kak, pematerinya cakep, pengusaha herbal, masih muda pula” Adriana hanya menggeleng, sekolah kesehatan tidak banyak menemukan kaum adam seperti sekolah tinggi lainnya " yah sudah kalau gitu aku ke lab dulu yah” “iya kak, kalau kakak ada waktu ke Aula yah kak, kita kekurangan panitia, gak memperkirakan juga sampai se-ramai ini, ini aja kita pakai dana untuk tour bulan depan, untuk snack yang kurang” “serius, se-ramai itu, yah udah deh nanti aku usahakan” ucap Adriana kemudian melangkahkan kakinya memasuki laboratorium. ___ Adriana memasuki Aula yang masih saja ramai, suasana terasa semaikn riuh, bahkan setelah dua jam ia menghabiskan waktu di labaoratorium. Seminar yang di adakan mengenai kesehatan namun bukan hanya itu saja, dalam seminar tersebut juga mengupas mengenai peran penting pengusaha muda di bidang kesehatan. Adriana memilih menjadi seorang peserta acara, karena semua sudah terhendel oleh adik tingkatnya, ia memilih duduk di depan paling pojok, ia sangat menyukai sminar seperti ini, baginya ilmu bisa di dapati dari mana pun dan dari siapapun. Tak berselang lama matanya bertemu dengan laki-laki yang hampir dua bulan ini ia hindari, yang ia ketahui dari teman kostnya laki-laki itu beberapa kali menyambangi kostnya. Adriana melayangkan seulas senyuman namun tak ada balasan dari Adrian laki-laki itu kembali fokus pada materi yang ia sampaikan. Begitupun dengan Adriana ia cukup menikmati seminar yang membuatnya bisa menghilangkan rasa penatnya beberpa hari ini  ___ Setelah seminar berakhir Adriana membantu membereskan aula yang tadi dipakai untuk mengisi seminar, Adriana tak pernah sungkan membantu adik tingkatnya walaupun ia mahasiswi senior, dan hal itu lah yang membuat orang di sekitarannya menyukai kepribadiannya meskipun terkadang ceplas ceplos, tapi tak sedikit yang menganggap kalau hal itu adalah bentuk cari muka yang biasa di lakukan anak-anak perantauan, Adriana tak perduli, ia ingat ucapan mendiang ibunya, kita tak bisa berharap semua orang menyukai apa yang kita lakukan. “kamu mahasiswi di kampus ini?” tanya Adrian menghampiri Adriana “iya pak, saya mahasiswi di sini” ucap Adriana kaku, karena ini suasana kampus dan ia berusaha menyesuaikan dengan keadaan. “bisa tolong kamu temani  saya ke ruangan rektor, apa kamu tau di mana ruangannya?” tanya Adrian berbasa basi. “bisa, tapi apa anda bisa menunggu sebentar?” tanya Adriana sambil mengangkat bungkusan pelastik berisi sampah yang tadi ia pungut. “baiklah saya tunggu di depan lift” ucap Adrian berjalan tanpa menunggu jawabana Adriana “belum kategori lama kan pak?” tanya Adriana menemui Adrian yang seperti orang bodoh di depan lift yang terbuka dan tertutup beberapa kali “belum sampai jamuran kok, sekarang?” tanya Adrian Adriana mengangguk. Kemudian mempersialahkan Adrian untuk berjalan lebih dulu “bagaimana motor kamu, masih sering terkena paku?” “maaf saya lupa mengatakan terima kasih secara langsung pada anda” “tidak masalah, saya sudah mendengar hal itu dari Juna” “emm menegenai jaket anda yang waktu itu apa sudah anda terima juga?” tanya Adriana Adrian hanya mengangguk “juna cerita kalau kalian seangkatan, tapi kenapa kamu belum lulus?” “saya sempat terkendala biaya, sehingg saya harus mengambil cuti terlebih dahulu, karena itu juga jadwal magang saya harus di sesuaikan dengan semester sebelumnya” “lalu apa sekarang keadaan kamu sudah lebih baik?” “belum bisa di katakana baik juga, tapi cukup” ucap Adriana “ternyata dua bulan bisa membuat penilaian saya kepada kamu berubah” “maksud anda?” “kamu seperti tidak menyukai saya di pertemuan pertama ataupun pertemuan kedua kita” “saat itu saya memang dalam keadaan kesal, itu saja” kilah Adriana “kamu memang terkenal di kampus?” tanya Adrian, sebab hampir seluruh staf yang melintas menyapa dirnya “saya pernah membawa nama kampus di kanca Nasional, apa lagi saat itu kampus ini masih belum terkenal seperti sekarang” Adrian hanya mengangguk dan terus berjalan mengikuti langkah Adriana  “beberapa kali saya mencari kamu ke kost tapi teman kamu bilang kamu sedang tidak ada di kost” Adriana berhenti mendengar ucapan dari lawan bicaranya, namun tak mengubris apapun “pak, ada yang ingin bertemu dengan anda” ucap Adriana menyapa rektornya yang bersamaan akan keluar dari ruangannya seperti terburu-buru “kamu” “iya om tapi sepertinya anda sedang terburu-buru, kalau begitu lain kali saja” ucap Adrian bersaja “sebenarnya saya sedang ada pertemuan di luar, tapi kalau urgent kita bisa bicara di dalam” “kalau begitu saya permisi pak” ucap Adriana menyela percakapan kedua orang tersebut “iya terima kasih Adriana” ucap Adrian pada perempuan yang masih mengenakan Almamater kampusnya, dan hanya anggukan jawaban Adriana. “gak terlalu kok om, lain kali aja Rian mampir ke rumah” “baiklah, kalau gitu sekalian saja saya juga mau turun” Saat akan mmemasuki lift Adriana kedeluan oleh dua laki-laki yang tadi ia temui “bapak” ucap Adriana kembali menyapa rektornya “lantai berapa?” tanya Adrian pada Adriana “saya nanti saja bapak saja lebih dulu” ucap Adriana “baiklah” Adrian menekan angka 1 kemudian melanjutkan perbincangan yang tadi terpotong Saat pintu lift terbuka Adrian melangkahkan kakinya keluar namun saat kakinya akan benar-benar keluar ia menghentika lift yang akan tertutup “Rian baru ingat ransel rian tertinggal di toilet atas, Rian akan keluar nanti” ucapnya menutup pintu lift cepat dan dan menekan lantai 7 “kenapa lantai 7?” tanya Adriana, ia yakin laki-laki itu memang tak menggunakan ransel. Namun Adrian tak menjawab apapun Sesampainya di lantai 7Adrian menarik Adriana keluar dan menaiki pintu  tangga darurat menuju rooftop “kenapa anda membawa saya kemari” ucap Adriana bergetar ia takut denga pria di hadapannya “kenapa kamu menghindari saya?” ucap Adrian setealh mengehembuskan nafas dan memberi jarak di antara mereka “saya gak punya alasan untuk menghindari ataupun menemui anda, kita tidak memiliki hubungan apapun” ucap Adriana menuju pintu yang tadi membawanya menuju rooftop. “kamu tau saya ke kost kamu, lalu kenapa kamu menghindar?” tanya Adrian “karena saya memang ingin menghindari anda hanya itu, saya gak tau apa motivasi anda mendekati saya tapi yang pasti saya risih” “saya tertarik sama kamu” “sayangnya saya tidak” Adriana berjalan menuju pintu yang tadi ia gunakan bersyukur laki-laki itu tidak lagi mencegatnya . ____ Adriana memandangi sekitarnya yang hanya di penuhi dengan air. ia mencoba peruntungan dengan mengikuti program pemerintah dimana setelah pengabdiaannya ia akan di tempatkan di rumah sakit pemerintah ataupun pilihannya “kapan obat-obaan itu akan samapi?” ucap seseorang yang menggunakan Snelli sambil menghisap cerutunya sesekali mengeluarkan asapnya yang mengepul “mungkin malam ini dok, karena seharusnya sudah sampai dari tadi” ucap Adriana “yah sudah nanti kamu periksa terlebih dahulu sebelum barangnya masuk kedalam ruang penyimpanan” ucap dokter laki-laki yang juga mengambil program tersebut Adriana melakukan pengecekan sesuai dengan list yang sudah menjadi pesananya. “untuk obat-obatan herbalnya mana, bukannya seharusnya sampai bersamaan?” tanya Adriana memastikan “untuk itu beda kapal mungkin sebentar lagi” “yah sudah kalau begitu terima kasih “ ucap Adriana meletakkan obat tersebut pada ruang kusus penyimpanan obat. “sus, kapal mereka telah tiba” ucap seorang laki-laki yang tadi membantu mengepak obat-obatan Adriana mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut. Senyumya luntur ia melihat laki-laki yang hampir meluluh lantakkan hatinya 6 bulan yang lalu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN