bc

Benang Merah Takdir

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
family
HE
fated
goodgirl
sweet
bxg
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Sepanjang hidupnya, Karina (28 tahun), seorang arsitek berbakat namun pemalu, selalu merasa ada yang kurang. Ia sukses dalam kariernya, namun hubungan percintaannya selalu kandas. Ia mencari-cari sosok yang tepat untuk mengisi kekosongan dalam hidupnya, seseorang yang dapat memahami kepekaannya dan menghargai kesendiriannya. Karina digambarkan sebagai sosok yang cerdas, kreatif, dan memiliki jiwa seni yang tinggi, namun ia seringkali merasa kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya. Sementara itu, di kota yang berbeda, Arman (30 tahun), seorang dokter yang ramah dan penyayang, juga merasakan hal yang sama. Ia memiliki karier yang cemerlang, namun hatinya terasa hampa. Arman adalah sosok yang hangat, peduli, dan selalu siap membantu orang lain. Namun, ia seringkali merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang dapat memahami dedikasinya pada pekerjaannya dan menghargai kepribadiannya yang sederhana. Mereka berdua tak pernah menyangka bahwa takdir akan mempertemukan mereka di sebuah perjalanan sukarela ke daerah terpencil untuk membangun sebuah klinik kesehatan. Perjalanan yang tak terencana ini menjadi titik balik dalam hidup mereka. Di tengah tantangan dan keterbatasan di daerah tersebut, Karina dan Arman saling mengenal dan saling membantu. Mereka menemukan kesamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan dan semangat untuk berbagi. Pertemuan mereka bukan hanya sekadar pertemuan biasa. Di balik setiap tantangan yang mereka hadapi bersama, terjalin ikatan batin yang kuat. Mereka menemukan bahwa mereka adalah dua bagian yang saling melengkapi, dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama. Meskipun jalan menuju pertemuan mereka penuh dengan rintangan, takdir selalu mempertemukan mereka kembali, menjalin benang merah yang tak terlihat, membawa mereka menuju sebuah ikatan cinta yang abadi. "Benang Merah Takdir" adalah kisah tentang bagaimana takdir mempertemukan dua jiwa yang terpisah jarak dan waktu, menyatukan mereka dalam sebuah perjalanan cinta yang penuh makna.

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Tak Terduga
Matahari sore menyinari kota Jakarta dengan teriknya. Karina, seorang arsitek berbakat berusia 28 tahun, duduk di balkon apartemennya, menatap kota yang ramai di bawah. Ia baru saja menyelesaikan proyek desainnya, namun perasaan hampa masih menyelimuti dirinya. "Kapan aku bisa menemukan seseorang yang benar-benar mengerti aku?" gumam Karina dalam hati. Ia selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Kariernya sukses, namun hubungan percintaannya selalu kandas. Ia mencari seseorang yang dapat memahami kepekaannya dan menghargai kesendiriannya. Di kota yang berbeda, Arman, dokter berusia 30 tahun, juga merasakan hal yang sama. Ia baru saja menyelesaikan operasi yang menegangkan, namun pikirannya melayang ke kehidupan pribadinya. "Kapan aku bisa menemukan seseorang yang dapat memahami dedikasiku pada pekerjaan ini?" pikir Arman. Ia adalah sosok yang hangat, peduli, dan selalu siap membantu orang lain. Namun, ia seringkali merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang dapat menghargai kepribadiannya yang sederhana. Mereka berdua tak pernah menyangka bahwa takdir akan mempertemukan mereka dalam sebuah perjalanan sukarela ke daerah terpencil di pedalaman Kalimantan. Perjalanan yang tak terencana ini menjadi titik balik dalam hidup mereka. "Karina, kamu siap untuk perjalanan ini?" tanya Sarah, sahabat karib Karina, sambil menenteng tas ranselnya. "Siap, Sarah. Aku sudah lama ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat," jawab Karina dengan semangat. Di bandara, Karina bertemu dengan Arman, yang juga menjadi relawan di program ini. Mereka saling bertukar senyum, menunjukkan rasa hangat dan ramah. Perjalanan menuju pedalaman Kalimantan memakan waktu berjam-jam. Selama perjalanan, Karina dan Arman berbincang tentang alasan mereka ikut dalam program sukarela ini. Mereka menemukan banyak kesamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan dan semangat untuk berbagi. Setibanya di daerah terpencil tersebut, Karina dan Arman langsung disambut oleh keramahan warga setempat. Mereka diberikan rumah tradisional yang sederhana namun nyaman. "Karina, kamu akan membantu membangun kamar obat di klinik ini," jelas Ketua Kelompok Sukarelawan sambil menunjuk ke sebuah bangunan sederhana yang berada di dekat rumah mereka. "Baiklah, Pak. Aku siap membantu," jawab Karina dengan senyum yang lembut. Arman akan menangani pemeriksaan kesehatan dan pengobatan bagi warga setempat. Mereka berdua saling mendukung dan bekerja sama dengan semangat yang tinggi. Di sore hari, Karina dan Arman bersama-sama menjelajahi hutan di sekitar kampung. Mereka terpesona oleh keindahan alam yang masih asri. "Alam di sini sungguh luar biasa, Arman," ujar Karina sambil menarik napas dalam-dalam. "Ya, Karina. Aku juga merasa tenang berada di sini," jawab Arman sambil menatap langit senja yang indah. Mereka berbincang tentang cita-cita dan pengalaman hidup masing-masing. Suasana yang tenang dan alami membuat mereka merasa dekat satu sama lain. Saat matahari mulai terbenam, Karina dan Arman kembali ke rumah tradisional mereka. Mereka menikmati makan malam bersama warga setempat, mencicipi masakan tradisional yang lezat. "Karina, terima kasih sudah bersedia ikut dalam program ini," ujar Arman dengan tulus. "Sama-sama, Arman. Aku juga merasa senang bisa bertemu denganmu di sini," jawab Karina dengan senyum yang hangat. Di bawah langit bintang yang cemerlang, Karina dan Arman menatap masa depan yang belum diketahui. Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan kegiatan membangun klinik dan membantu warga setempat. Karina dan Arman bekerja bersama dengan semangat yang tinggi. Mereka menemukan kebahagiaan dalam berbagi dan membantu orang lain. Di tengah kesibukan mereka, Karina dan Arman mulai saling mengenal lebih dalam. Mereka bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing, mengenai cita-cita, kegemaran, dan keluarga. Mereka menemukan banyak kesamaan dalam nilai-nilai hidup dan pandangan tentang dunia. Suatu sore, setelah menuntaskan pekerjaan di klinik, Karina dan Arman duduk di pinggir sungai dekat kampung. Mereka menikmati suasana senja yang indah, sambil menikmati teh panas yang dibuat oleh warga setempat. "Arman, aku merasa sangat bersyukur bisa bertemu denganmu di sini," ujar Karina dengan tulus. "Aku juga, Karina. Aku merasa sangat beruntung bisa bertemu denganmu," jawab Arman dengan senyum yang hangat. Mereka berbincang tentang kehidupan di kota dan perbedaan yang mencolok dengan kehidupan di daerah terpencil. Mereka saling berbagi pengalaman dan pendapat. "Aku pernah berpikir bahwa kehidupan di kota lebih baik, tapi setelah berada di sini, aku merasa bahwa kehidupan di daerah terpencil juga memiliki keindahan tersendiri. Orang-orang di sini sangat bersahaja dan saling menghargai," ujar Karina. "Ya, Karina. Aku juga merasakan hal yang sama. Di sini, aku belajar untuk lebih menghargai kesederhanaan dan kebersamaan," jawab Arman. Saat matahari mulai terbenam, Karina dan Arman berpamitan dan kembali ke rumah masing-masing. Mereka merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungan mereka. Di malam hari, Karina terbangun dari tidurnya. Ia merasa gelisah dan tak bisa tidur. Ia terpikir tentang pertemuannya dengan Arman dan perasaan yang mulai tumbuh di dalam hatinya. "Apakah ini hanya perasaan sesaat atau sesuatu yang lebih?" gumam Karina dalam hati. Ia tak bisa menyangkal bahwa ia merasa tertarik pada Arman. Arman adalah sosok yang hangat, ramah, dan berjiwa baik. Ia merasakan kedekatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya dengan pria lain. Karina menutup matanya dan berdoa agar perasaan ini bukanlah sekadar khayalan. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi di antara mereka ketika program sukarela ini berakhir. "Ya, Tuhan. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," doa Karina dalam hati. Pagi berikutnya, Karina dan Arman bertemu lagi di klinik. Mereka saling menyapa dengan senyum yang hangat, menunjukkan bahwa hubungan mereka semakin dekat. "Karina, aku mau mengajakmu berjalan-jalan setelah menuntaskan pekerjaan di klinik nanti," ajak Arman dengan ramah. "Baiklah, Arman. Aku siap," jawab Karina dengan senyum yang lembut. Mereka bekerja sama dengan semangat yang tinggi. Karina menunjukkan kemampuannya dalam mendesain ruangan obat yang fungsional dan nyaman. Arman menunjukkan keterampilannya dalam menangani pasien dengan sabar dan profesional. Setelah menuntaskan pekerjaan di klinik, Karina dan Arman berjalan-jalan di hutan dekat kampung. Mereka menikmati keindahan alam yang masih asri, sambil berbincang tentang berbagai hal. "Karina, aku ingin menanyakan sesuatu padamu," ujar Arman dengan nada yang serius. "Ya, Arman. Apa itu?" jawab Karina dengan penasaran. "Aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika berada di dekatmu. Aku merasakan kedekatan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya dengan wanita lain. Apakah kamu merasakan hal yang sama?" tanya Arman dengan jujur. Karina terkejut dengan pertanyaan Arman. Ia menatap mata Arman dengan tatapan yang dalam. Ia tak bisa menyangkal perasaannya pada Arman. "Ya, Arman. Aku juga merasakan hal yang sama," jawab Karina dengan jujur. Mereka saling menatap dalam diam, seolah-olah waktu berhenti mengalir. Mereka merasakan bahwa pertemuan tak terduga ini bukanlah sekadar kebetulan. Mereka ditakdirkan untuk bersama. "Karina, aku ingin menyatakan perasaanku padamu. Aku mencintaimu," ujar Arman dengan tulus. "Aku juga mencintaimu, Arman," jawab Karina dengan senyum yang cerah. Mereka saling berpelukan dengan erat, menyatukan dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama. Matahari mulai terbenam, langit dihiasi warna jingga kemerahan, menyinari wajah Karina dan Arman yang dipenuhi senyum bahagia. Mereka berdua duduk di tepi sungai, saling berpegangan tangan, menikmati momen indah ini. "Aku tak pernah menyangka akan menemukan cinta di tempat seperti ini, Arman," ujar Karina, matanya berkaca-kaca karena terharu. "Aku juga, Karina. Sepertinya takdir memang sudah merencanakan pertemuan kita," jawab Arman dengan lembut, matanya menatap Karina penuh kasih sayang. Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keheningan dan keindahan alam sekitar. Saat itu, Karina merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Arman adalah pria yang selalu ia cari selama ini. "Karina, aku ingin mengajakmu kembali ke kota bersamaku, setelah program sukarela ini berakhir," ujar Arman dengan nada yang mantap. "Aku ingin bersamamu, Arman," jawab Karina dengan senyum yang ceria. Mereka berdua saling berpelukan dengan erat, menyatukan dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama. Mereka menikmati hangatnya pelukan dan kehangatan cinta mereka.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook